7 Efek Samping Terlalu Sering Donor Darah

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Melakukan donor darah bagi sebagian besar ilmu pengetahuan memberi manfaat yang baik. Memang benar adanya, bahwa dengan mendonorkan darah maka zat besi yang berlebihan di dalam tubuh dapat berkurang, karena zat besi yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan resiko terkena kanker [1].

Kanker yang terlalu tinggi juga akan mengakibatkan serangan jantung. Selain itu, dengan menyumbangkan darah berarti juga mengurangi tingkat stress pada diri seseorang tersebut. Namun, untuk donor darah disarankan sekali dalam 1 (satu) tahun saja, tetapi terkadang ada orang yang memang rajin donor darah bahkan berlebih, maka orang tersebut mungkin saja akan terkena efek samping terlalu sering donor darah[1].

1. Gejala menurut Gender dan Usia

Untuk pria yang sering melakukan donor darah, akan mengalami beberapa gejala seperti merasa lemas, lelah, sesak napas, dan pusing. Pria lebih rentan merasakannya dibanding dengan wanita.  Selain itu pria akan mengalami palpitasi dan rasa tidak nyaman akan kakinya. Dari segi usia juga memiliki perbedaannya masing-masing. Untuk usia lebih muda akan lebih cepat merasakan pusing dan lemas, jika dibandingkan usia yang lebih tua.[2].

2. Kadar Hemoglobin Rendah

Untuk pria dan wanita yang lebih sering mendonorkan darahnya akan mengakibatkan kekurangan zat besi di dalam tubuhnya dengan reaksi pusing, lemas, lesu dan tidak bertenaga. Selain itu kadar hemoglobin yang rendah, dan hal ini dapat mengakibatkan anemia. Sehingga, dengan kadar hemoglobin yang rendah ini, maka akan terjadi penundaan jika ingin mendonorkan kembali darahnya[2].

3. Reaksi Lokal

Ada beberapa reaksi lokal yang tidak terlalu parah, namun masuk ke dalam efek samping yang harus diperhatikan, seperti alergu, hematoma, sindrom nyeri lengan. Untuk konsekuensi yang paling parah memang terpisah dengan reaksi lokal ini  seperti thrombosis vena dalam, fistula  arteriovenosa, dan sindrom kompartemen. Reaksi lokal walaupun tidak terlalu memperparah tubuh, namun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan efek jangka panjang terhadap darah yang sering didonorkan.[3].

4. Tanpa Gejala

Ada efek samping yang tidak memiliki gejala seperti kejang, kehilangan control usus atau kandung kemih. Hal ini juga tidak ada cedera yang terjadi, sehingga tidak terlalu diketahui oleh si penderitanya. Untuk komplikasi yang sifatnya parah atau dengan gejala adanya alergi umum atau disebut anafilaksis. [3].

5. Komplikasi Jangka Panjang

Beberapa penelitian sayangnya jarang menyebutkan adanya komplikasi jangka panjang yang terjadi untuk terlalu sering donor darah. Untuk jangka panjang adanya mobirditas, namun sebagian besar penelitian sering membahas seputar zat besi di dalam tubuh saja yang mengalami penurunan. [3].

6. Rentan Efek Donor Darah

Penelitian juga menunjukkan adanya rentan terhadap efek donor darah apabila ada kebiasaan si pendonor yang berpengaruh untuk kesehatannya, seperti jenis kelamin, status merokok,  dan usia. Sehingga jika terlalu sering melakukan donor darah, maka beberapa kerentanan itu akan berpengaruh terhadap kebiasaan pendonor[4].

7. Pengaruh Psikologi

Kebiasaan yang dimiliki pasien pendonor, setelah melakukan donor kerap mengalami sakit kepala, perasaan tidak nyaman, sehingga si pasien malah ingin menambah donor darah lagi, dikarenakan merasa sudah tidak sehat. Ia akan merasa jika mendonor tubuhnya malah akan seimbang. Hal itu terjadi karena ada kebiasaan di dalam diri pasien, sehingga menyebabkan ingin melakukan donor kembali. Hal yang negatif di dalam dirinya menjadi positif untuk dirinya sendiri dengan donor kembali[4].

Cara Mengatasi Efek Samping Donor Darah

Donor darah yang berlebihan memang tidak baik, bukan hanya dari segi fisik saja namun dari segi psikologi juga dapat berpengaruh. Untuk itu perlu diatasi akibat dari efek sampping tersebut yaitu dengan menghubungi dokter. Ini untuk gejala yang sudah sangat parah terjadi pada si pendonor. Dari rumah sakit akan memberikan pemahaman kepada si pasien mengenai donor darah ini [5].

Kemudian akan dilakukan pemulihan oleh dokter. Dari Organisasi International pun seperti WHO sudah mendukung tentang pemulihan untuk pendonor darah. Para staff dan karyawan rumah sakit sudah terlatih untuk pemulihan tersebut [5].

Namun dari sisi kita Pribadi harus mulai mengumpulkan tenaga dan kesehatan dengan makanan yang bergizi dan memperkuat energi kita kembali. Selain itu, untuk mengembalikan zat besi di dalam tubuh perlu adanya banyak cairan di dalam tubuh kita[5].

Waktu Tepat Donor Darah

Untuk diketahui bahwa butuh waktu 24 jam bagi seseorang untuk mengisi kembali plasmanya, namun butuh waktu 4-6 minggu untuk mengganti darahnya yang hilang. Dengan alasan ini, seseorang tidak dapat menyumbang darah lebih dari 1 (satu) kali setiap 8 (delapan) minggu [6].

Jika dilanggar, akan sangat wajar jika seseorang akan mengalami rasa lemas, pusing dan gejala jangka panjang lainnya. Tubuh seseorang harus diisi darah kembali dengan waktu yang cukup lama, hingga dia mendapat darah yang cukup untuk disumbangkan [6].

Sel darah merah yang berada di dalam tubuh kita memang sangat banyak persediaannya, namun membutuhkan waktu untuk mengumpulkannya. Sedangkan tubuh kita yang membutuhkan zat besi juga butuh pemulihan untuk diisi energi, sehingga kita harus menyeimbangkan antara sel darah merah dan energi yang ada di dalam tubuh [6].

Baik bagi setiap pendonor untuk mengatur waktu donornya, dan memperhatikan kebiasaan dan asupan yang cukup sebelum melakukan donor darah. Selain itu mengatur waktu yang tepat untuk melakukan donor darah, apakah sudah cukup hingga 8 (delapan) minggu[6].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment