Famotidine adalah penghambat histamin-2 yang bekerja dengan mengurangi jumlah asam yang dihasilkan lambung. Famotidine bisa digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa. [3]
Daftar isi
Berikut keterangan mengenai famotidine mulai dari indikasi, kelas, peringatan, sampai penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui; [1]
Indikasi | Asam lambung berlebih |
Kategori | Obat resep dan obat bebas |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | H-2 blocker, Antasida |
Bentuk | Tablet, infus [2] |
Kontraindikasi | Hipersensitif terhadap komponen produk ini. Sensitivitas silang dalam kelas senyawa ini telah diamati. Oleh karena itu, famotidine tidak boleh diberikan kepada pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap antagonis reseptor H2 lainnya. [6] |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan Famotidine: → Pasien yang memiliki alergi terhadap histamin → Pasien dengan penyakit paru-paru kronis dan diabetes → Pasien dengan penyakit kanker perut → Pasien immunocompromised atau intubated (dalam ICU) → Pasien dengan gangguan ginjal dan hati → Anak-anak, ibu hamil dan menyusui |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Melalui IV/ Parenteral dan PO / Rektal (Diminum / dari anus): Kategori B: Studi pada reproduksi hewan tidak menemukan risiko pada janin. Belum ada studi yang memadai dan terkontrol pada wanita hamil |
Famotidine mengurangi produksi asam lambung, dan aktivitas farmakologisnya digunakan dalam pengobatan kondisi gastrointestinal terkait asam.[5] Famotidine bekerja dengan mengurangi jumlah asam yang dihasilkan perut. Hal ini akan meredakan gejala seperti;
Famotidine termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai H-2 blocker. Obat ini tersedia melalui resep dan juga tanpa resep dokter.
Famotidine digunakan untuk anak-anak dan juga orang dewasa. Berikut dosis penggunaan famotidine; [1,3]
Parenteral/ Injeksi/ IV/ Intravena ⇔ Pasien dengan ulserasi lambung dan duodenum yang jinak. Kondisi hipersekresi → 20 mg/ 12 jam melalui injeksi atau melalui infus selama 15-30 menit. → Dosis sekali minum Maksimal: 20 mg → Interval Dosis Minimum: setiap 12 jam (injeksi) atau 15-30 menit (infus) → Dosis Maksimum: 20 mg |
Oral/Diminum: ⇔ Pasien dengan kondisi hipersekresi → Awalnya; 20 mg/ 6 jam, dapat meningkatkan dosis hingga 800 mg setiap hari, sesuai kebutuhan. → Interval Dosis Minimum: setiap 6 jam → Dosis sekali minum Maksimum: 20 mg → Dosis Maksimum: 800 mg setiap hari. ⇔ Pasien dengan refluks gastro-esofagus → 20 mg untuk 6-12 minggu atau hingga 40 mg jika ada erosi esofagus. Pemeliharaan: 20 mg. → Interval Dosis Minimum: setiap 24 jam selama 6-12 minggu → Dosis sekali minum Maksimum: 20 mg → Dosis Maksimum: 40 mg jika ada erosi esofagus ⇔ Pasien dengan dispepsia non-ulkus → 10 atau 20 mg per hari → Interval Dosis Minimum: setiap 24 jam → Dosis sekali minum Maksimum: 20 mg → Dosis Maksimum: 20 mg per hari ⇔ Pasien dengan ulserasi lambung dan duodenum jinak → 40 mg setiap hari pada malam hari selama 4-8 minggu. Pemeliharaan: 20 mg pada malam hari. → Interval Dosis Minimum: setiap 24 jam selama 4-8 minggu → Dosis sekali minum Maksimum: 40 mg → Dosis Maksimum: 40 mg setiap hari. ⇔ Pasien dengan gangguan ginjal → CrCL : <50 ke <10 : Kurangi dosis menjadi setengah atau memperpanjang interval dosis menjadi 36-48 jam berdasarkan respons klinis |
Parenteral/ Injeksi/ IV/ Intravena ⇔ Pasien dengan refluks gastro-esofagus → Usia 1-16 tahun → 0,25 mg / kg setiap 12 jam melalui injeksi selama 2 menit atau melalui infus selama 15 menit. Dosis dapat ditingkatkan hingga 40 mg setiap hari. → Dosis Sekali Minum Maksimum: 0,25 mg/ kg → Interval Dosis Minimum: tiap 12 jam → Dosis Harian Maksimum: 40 mg setiap hari ⇔ Pasien yang mengalami maag → Usia 1-16 tahun → 0,25 mg / kg melalui injeksi setidaknya 2 menit atau melalui infus selama 15 menit setiap 12 jam. Maksimum 40 mg per hari → Dosis Sekali minum Maksimum: 0,25 mg → Interval Dosis Minimum: setiap 12 jam → Dosis Harian Maksimum: 40 mg per hari ⇔ Pasien dengan refluks gastroesofagus → Usia 1-16 tahun →0,25 mg / kg melalui injeksi setidaknya 2 menit atau melalui infus selama 15 menit setiap 12 jam. Maksimum 40 mg per hari → Dosis Sekali minum Maksimum: 0,25 mg → Interval Dosis Minimum: setiap 12 jam → Dosis Harian Maksimum: 40 mg per hari |
Oral/Diminum: ⇔ Pasien dengan refluks gastroesofagus ⇔ sebagai larutan berdasarkan usia ; → 0 – 3 bulan : 0, 5 mg / kg tiap hari → 4 – 12 bulan : 0,5 mg / kg → 1 tahun – 16 tahun : 0,5 mg / kg hingga 40 mg ⇔ Pasien dengan ulserasi lambung dan duodenum jinak → Usia 1-16 tahun → Awalnya; 0,5 mg / kg pada waktu tidur atau dibagi dalam 2 dosis. Dosis dapat ditingkatkan hingga 40 mg setiap hari. → Interval Dosis Minimum: setiap 12 jam → Dosis sekali minum Maksimum: 0,5 mg / kg → Dosis Maksimum: 40 mg setiap hari ⇔ Pasien dengan dispepsia (pencernaan terganggu) → Usia 12 tahun atau lebih → Formulasi Over-the-Counter (OTC): 10 hingga 20 mg sekali sehari. Pencegahan: 10 hingga 20 mg per 10 hingga 60 menit sebelum makan. → Interval Dosis Minimum: setiap jam → Dosis sekali minum Maksimum: 10 – 20 mg / kg → Dosis Maksimum: 2 tablet setiap hari |
Famotidine bukanlah obat sempurna. Famotidine memiliki efek samping seperti berikut; [3]
Efek samping yang membutuhkan penanganan dokter dengan segera;
Efek samping tidak memerlukan penanganan medis dengan segera;
Info efek samping secara medis; [3]
Berikut keterangan detail dari famotidine, mulai dari penyimpanan, cara kerja, interaksi dengan obat lain, sampai ke interaksi dengan makanan; [1]
Penyimpanan | (Data Hanya contoh) Tablet / solusi (oral): → Simpan di bawah suhu 30 ° C. → jangan simpan di freezer. → Lindungi dari cahaya dan kelembaban. Solusi (Injeksi): → Simpan antara 2-8 ° C. → Jangan simpan di freezer. |
Cara Kerja | Deskripsi: Famotidine secara kompetitif menghambat histamin pada reseptor H2 sel parietal lambung sehingga menghambat sekresi asam lambung dan volume lambung. Onset: Efek antisekresi: Dalam 1 jam (oral). Durasi: Efek antisekresi: 10-12 jam (oral, IV). Farmakokinetik: Penyerapan: Diserap sepenuhnya dari saluran pencernaan. Ketersediaan hayati: 40-45% (oral). Waktu untuk memuncak konsentrasi serum: Sekitar 1-3 jam (oral). Distribusi: Melintasi plasenta dan ada dalam ASI. Volume distribusi: 1,3 ± 0,2 L / kg. Pengikatan protein plasma: 15-20%. Metabolisme: Menjalani metabolisme first-pass minimal untuk membentuk S-oksida. Ekskresi: Melalui urin (oral: 25-30%, IV: 65-70% sebagai obat tidak berubah). Waktu paruh eliminasi: 2,5-3,5 jam. |
Interaksi dengan obat lain | → Dapat menurunkan konsentrasi serum atazanavir, cefditoren, delavirdine, ketoconazole, dan fosamprenavir. → Dapat mengurangi penyerapan dasatinib. Probenecid menghambat sekresi tubular famotidine ginjal. → Antasid dapat mengurangi penyerapan famotidine. |
Interak dengan makanan | → Alkohol dapat meningkatkan resiko efek samping di dalam perut [3] |
Apa yang harus diperhatikan saat menggunakan famotidine?
Hindari mengendarai kendaraan bermotor, karena famotidine dapat mengakitbatkan kantuk. Hindari aktivitas berat yang dapat melelahkan tubuh, karena famotidine dapat mengakibatkan otot-otot lemas. Hindari mengonsumsi minuman beralkohol, karena akan meningkatkan resiko parah pada perut. [3]
Apa yang dilakukan bila lupa dosisnya?
Segera informasikan ke doter maupun petugas kesehatan. Jangan sekali-kali mencoba untuk menggandakan dosisnya tanpa anjuran dokter. [2,3]
Apa yang harus dilakukan bila overdosis?
segera bawa pasien ke Unit Gawat Darurat.
Brand Merek Dagang |
Pepcid [3] |
1. Anonim. Famotidine. Mims; 2020.
2. Anonim. Famotidine Tablet Peptic Ulcer Agents. Webmd; 2020.
3. Sanjai Sinha MD. 2020.
4. Cerner Multum, Inc. UK Summary of Product Characteristics O 0. Drugs; 2020.
5. McCullough AJ, Graham DY, Knuff TE, Lanza FL, Levenson HL, Lyon DT, Munsell WP, Perozza J, Roufail WM, Sinar DR. Gastroenterology ; Suppression of nocturnal acid secretion with famotidine accelerates gastric ulcer healing. 97(4):860-697(4):860-6. National Center for Biotechnology Information : 2020.
6. Anonim. Famotidine. Dailymed : 2019.