Blok Jantung: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Blok Jantung?

Blok jantung ialah suatu gangguan pada sistem elektrik jantung yang menyebabkan jantung berdetak terlalu pelan (bradikardi). Pada kondisi ini jantung berdetak dengan tidak teratur dan lebih pelan dari normal, berpotensi berhenti selama 20 detik pada satu waktu[1, 2].

Kondisi ini juga disebut sebagai blok atrioventrikuler (AV). Nodus AV merupakan sekumpulan sel yang menghubungkan aktivitas elektrik pada puncak atrium (ruang jantung sebelah atas) ke ventrikel (ruang jantung sebelah bawah)[1].

Jantung manusia yang sehat berdetak sekitar 60 hingga 100 kali dalam satu menit. Satu detak jantung adalah satu kontraksi otot jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. Kontraksi otot jantung ini dikontrol oleh impuls elektrik yang berasal dari atrium ke ventrikel[2].

Detak jantung pelan disebabkan oleh keterlambatan, obstruksi, atau gangguan di sepanjang jalur yang dilalui impuls elektrik untuk menghasilkan detak jantung. Gangguan atau kerusakan dapat diakibatkan oleh cedera atau kerusakan pada otot jantung atau vulva jantung[2].

Prevalensi  blok jantung meningkat seiring usia, dengan sebagian besar studi menunjukkan prevalensi sebesar 1,0% hingga 1,5% sampai usia 60 tahun, di mana prevalensi meningkat sekitar 6%[3].

Blok jantung sudut pertama lebih umum pada pria, dengan rasio sekitar 2:1 antara pria dan wanita[3].

Penyebab Blok Jantung

Blok jantung dapat berupa kongenital atau bawaan lahir. Blok jantung kongenital dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan ibu saat mengandung bayi atau masalah jantung yang dialami bayi[4, 5].

Pada umumnya, blok jantung berkembang seiring bertambahnya usia karena serabut yang menghubungkan bagian atas dan bagian bawah jantung dapat mengalami fibrosis dan lama kelamaan rusak. Hal ini terkadang disebabkan oleh usia lanjut[4].

Blok jantung dapat terjadi pada semua usia, tapi orang berusia lanjut memiliki risiko yang lebih besar, terutama orang-orang yang memiliki masalah jantung lainnya seperti[6]:

Faktor Risiko Blok Jantung

Berikut beberapa faktor risiko terjadinya blok jantung[4, 5]:

  • Usia lanjut
  • Operasi bedah tertentu yang mempengaruhi sistem elektrik jantung
  • Perubahan pada gen
  • Mengalami serangan jantung
  • Masalah jantung seperti arteri tersumbat, inflamasi otot jantung, gagal jantung
  • Sarkoidosis
  • Penyakit Lyme
  • Kadar kalium tinggi
  • Hipertiroidisme berat
  • Penyakit neuromuskuler menurun tertentu
  • Penggunaan obat yang memperlambat laju jantung

Jenis Blok Jantung

Blok jantung dibedakan oleh berapa banyak impuls elektrik di antara atrium dan ventrikel yang mengalami perlambatan[1, 6].

Blok jantung dibedakan menjadi[4, 7, 8]:

Blok Jantung Sudut Pertama

Blok jantung sudut pertama merupakan bentuk blok jantung yang paling ringan. Pada blok jantung sudut pertama impuls elektrik memerlukan waktu lebih lama untuk bergerak dari atrium ke ventrikel,  tapi semua impuls dapat mencapai ventrikel.

Kondisi ini umumnya tidak menyebabkan gejala dan tidak memerlukan penanganan. Jenis blok jantung ini tidak tergolong tidak umum di antara atlet yang memiliki laju jantung istirahat pelan.

Blok Jantung Sudut Kedua

Pada blok jantung sudut kedua, impuls elektrik terlambat dengan setiap detak jantung hingga detak gagal mencapai ventrikel. Kondisi ini dapat asimptomatik (tidak menimbulkan gejala) atau simptomatik (menimbulkan gejala).

Gejala yang ditimbulkan meliputi pusing, kondisi ini dapat memerlukan penanganan seiring progres penyakit.

Blok jantung sudut kedua dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:

  • Mobitz tipe I

Biasanya terjadi di dalam nodus AV. Kondisi ini umum pada orang yang masih muda dan orang sehat (terutama selama tidur).

Pada blok jantung jenis ini impuls elektrik menjadi makin pelan di antara detak, lama kelamaan jantung melewatkan detak. Biasanya tidak menimbulkan gejala.

  • Mobitz tipe II

Biasanya terjadi di bawah nodus AV di dalam jaringan konduksi lainnya. Diduga sebagai dampak penuaan.

Kondisi ini juga ditemukan pada orang-orang dengan penyakit jantung signifikan atau selama serangan jantung berat. Pada blok jantung ini, impuls elektrik terkadang sampai ke ventrikel dan kadang tidak.

Tidak terdapat perlambatan impuls elektrik progresif. Jenis blok jantung ini sering kali dapat berprogres menjadi blok jantung sudut ketiga. Gejala dapat berupa pusing atau pingsan (sinkop).

Blok Jantung Sudut Ketiga

Blok jantung sudut ketiga disebut juga sebagai blok jantung sepenuhnya. Kondisi ini merupakan yang paling berat, ditandai dengan tidak adanya impuls elektrik dari atrium yang mencapai ventrikel.

Ketika ventrikel tidak menerima impuls elektrik, ventrikel dapat membuat impuls sendiri, tapi detak yang dihasilkan biasanya sangat pelan dan berbeda dari detak atrium.

Pasien dengan blok jantung sudut ketiga dapat merasa pusing, pening, dan keletihan. Jika dibiarkan tanpa perawatan, blok jantung sudut ketiga dapat berakibat fatal.

Gejala Blok Jantung

Gejala umum dari blok jantung menyerupai gejala aritmia lain, dapat meliputi pusing, pingsan, keletihan, sakit dada, atau napas pendek. Beberapa pasien, terutama yang memiliki blok jantung sudut pertama, dapat tidak mengalami gejala sama sekali[8].

Gejala blok jantung sudut kedua meliputi[4, 5]:

  • Sakit dada
  • Pusing
  • Pingsan
  • Keletihan
  • Mual
  • Napas pendek
  • Perasaan bahwa jantung melompati satu detakan

Blok jantung sudut ketiga memerlukan pertolongan medis segera. Gejala yang ditimbulkan meliputi[4, 5]:

  • Serangan jantung
  • Pusing
  • Pingsan
  • Kelelahan berat dan tiba-tiba
  • Detak jantung tidak beraturan atau palpitasi baru

Komplikasi Blok Jantung

Pasien dengan blok jantung sisi kiri memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi dibandingkan pasien dengan blok jantung sisi kanan[2].

Komplikasi yang dapat terjadi meliputi[2, 4]:

  • Aritmia, atau detak jantung tidak teratur
  • Bradikardi, atau laju jantung rendah
  • Kontraksi tidak cukup
  • Pingsan
  • Tekanan darah rendah
  • Kerusakan organ internal
  • Serangan jantung dan kegagalan sirkulasi
  • Kematian jantung secara tiba-tiba, yang dapat menjadi fatal dalam satu jam sejak gejala dimulai

Diagnosis Blok Jantung

Untuk mendiagnosis blok jantung, dokter perlu memeriksa riwayat kesehatan pasien dan riwayat kesehatan keluarga pasien.

Dokter juga perlu mengecek obat yang digunakan pasien, gaya hidup (seperti kebiasaan merokok, minum alkohol atau penggunaan narkoba), serta deskripsi gejala yang dialami[2, 4].

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter dapat melakukan tes untuk mendiagnosis blok jantung, di antaranya[2, 4]:

Electrocardiogram merupakan tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis blok jantung. Alat ini merekam aktivitas impuls elektrik jantung.

Probe ditempatkan pada kulit dada untuk menunjukkan impuls elektrik yang melalui jantung sebagai pola gelombang.

Abnormalitas pada gelombang dapat mengindikasikan blok jantung. ECG juga dapat mengecek branch kanan atau kiri yang terdampak.

  • Holter Tape

Holter tape adalah alat portable yang merekam semua detak jantung pasien. Pasien memakai alat ini selama aktivitas normal untuk 1 hingga 2 hari. Holter tape merekam ritme jantung selama periode tertentu dan membantu mencatat perubahan ritme jantung.

  • Ekokardiogram

Ekokardiogram termasuk scan ultrasound yang memungkinkan dokter untuk memeriksa otot dan vulva jantung.

  • Tes Elektrofisiologi

Tes elektrofisiologi menggunakan kejutan listrik kecil untuk menentukan penyebab ritme abnormal dan bagian jantung yang mengalami ritme abnormal.

  • Tes Tilt-table

Tes ini dilakukan dengan membaringkan pasien pada tempat tidur yang dapat mengubah posisi. Hal tersebut akan merangsang aritmia atau detak jantung abnormal.

Pengobatan Blok Jantung

Pengobatan bergantung pada jenis blok jantung yang dialami. Umumnya, blok jantung sudut pertama tidak memerlukan pengobatan. Penyebab kondisi seperti hipertensi tetap memerlukan penanganan[2, 4].

Pasien dengan blok jantung sudut kedua dapat memerlukan pacemaker (alat pacu jantung ) jika timbul gejala atau jika teramati tipe Mobitz II. Blok jantung sudut ketiga memerlukan pacemaker[4].

Pacemaker (alat pacu jantung) berupa alat kecil dengan baterai sebagai sumber energi yang ditanam di bawah kulit. Penanaman atau implantasi dilakukan dengan prosedur bedah minor yang berlangsung selama 1-2 jam dengan anestesi lokal. Alat ini ditempatkan di dekat tulang selangka [2, 5].

Alat pacu jantung dapat menghasilkan impuls elektrik ketika diperlukan. Sehingga ketika alat pacu jantung mendeteksi detak jantung melambat atau berhenti, alat tersebut akan menghasilkan impuls listrik untuk memicu detak jantung kembali normal. Alat pacu jantung dilengkapi dengan baterai yang dapat bertahan hingga bertahun-tahun[2, 5].

Alat pacu jantung tidak terpengaruh oleh ponsel, stereo pribadi atau peralatan rumah tangga, tapi pasien dengan alat pacu jantung tidak diperbolehkan menjalani scan MRI[2].

Selain itu, dokter dapat memberikan obat atau mengganti obat yang dikonsumsi pasien dengan kondisi kesehatan tertentu. Jika pasien dengan blok jantung mengalami serangan jantung, terapi reperfusi dapat diberikan untuk memmulihkan aliran darah melalui arteri yang tersumbat[2].

Dokter dapat memberikan agen anti pembekuan darah, seperti streptokinase, untuk melarutkan bekuan darah dan meningkatkan aliran darah ke jantung[2].

Pasca Pengobatan Blok Jantung

Pasien sebaiknya mengikuti anjuran dokter untuk penggunaan obat dan alat pacu jantung, jika diaplikasikan. Selain itu, pasien perlu melakukan kunjungan rutin ke dokter untuk memastikan pengobatan sesuai tahapan dan memudahkan dokter melakukan pemantauan kondisi[4].

Pasien juga perlu melakukan beberapa hal berikut untuk menjaga kualitas hidup menggunakan alat pacu jantung[4, 5]:

  • Memahami jenis alat pacu jantung yang dipakai
  • Menginformasikan pada tenaga kesehatan yang bersangkutan bahwa pasien menggunakan alat pacu jantung
  • Melakukan pengecekan secara rutin untuk memastikan alat bekerja dengan baik
  • Mengenakan gelang atau kalung medis untuk menginformasikan orang lain mengenai pacemaker dalam rangka antisipasi keadaan darurat
  • Menjaga jarak dari alat elektronik dengan medan magnet kuat yang dapat mengganggu kerja alat pacu jantung
  • Beraktivitas fisik secara aktif, tapi hindari olahraga kontak

Pencegahan Blok Jantung

Untuk ibu mengandung yang diketahui mengalami penyakit autoimun dapat menerima perawatan tertentu yang dapat menurunkan risiko terjadinya blok jantung pada janin[4].

Pencegahan blok jantung terutama berfokus pada penanganan faktor risiko. Gaya hidup sehat berperan pada kesehatan secara menyeluruh, termasuk kesehatan jantung.

Sebagai pencegahan, kita dapat membiasakan mengkonsumsi makanan sehat seimbang, berolahraga secara teratur, menghindari rokok, alkohol, dan obat berbahaya[2, 4].

Sebaiknya pasien mempelajari risiko dari obat yang diresepkan dokter, atau pasien dapat berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk menurunkan risiko blok jantung teinduksi obat[4].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment