Menurut studi penelitian menerangkan bahwa sepertiga dari penderita hemofilia dengan pengembangan antibodi yang kuat terhadap darah yang digunakan sebagai penghentian atau pencegahan perdarahan. Itulah mengapa para peneliti mengembangangka antibodi bagi penderita hemofilia [13].
Daftar isi
Hemofilia merupakan kelainan perdarahan di mana darah tidak dapat membeku dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan spontan serta perdarahan saat cedera atau pasca operasi [3].
Darah mengandung banyak protein yang disebut faktor pembekuan yang dapat membantu menghentikan pendarahan. Orang dengan hemofilia memiliki kadar faktor VIII (8) atau faktor IX (9) yang rendah [3].
Tingkat keparahan hemofilia yang dimiliki seseorang ditentukan oleh jumlah faktor dalam darah. Semakin rendah jumlah faktor, semakin besar kemungkinan perdarahan akan terjadi, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius [3].
Sebagian besar kasus melibatkan orang setengah baya dan lanjut usia, atau wanita muda yang baru saja melahirkan atau sedang dalam tahap akhir kehamilan. Kondisi ini seringkali sembuh dengan perawatan yang tepat [2].
Hemofilia diperkirakan terjadi 1 kasus dari setiap 5.000 kelahiran. Saat ini, sekitar 20.000 pria di Amerika Serikat hidup dengan gangguan tersebut [2].
Hemofilia A empat kali lebih sering daripada hemofilia B, dan sekitar setengah dari mereka yang terkena memiliki gejala yang parah. Hemofilia menyerang orang-orang dari semua kelompok ras dan etnis [3].
Bagaimana Bisa Terjadi Hemofilia ?
Hemofilia adalah kondisi genetik/penyakit keturunan. Kondisi ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati untuk meminimalkan gejala dan mencegah komplikasi kesehatan di masa depan [4].
Dalam kasus yang sangat jarang, hemofilia dapat berkembang setelah lahir. Ini disebut “acquired hemophilia.” Ini adalah kasus pada orang yang sistem kekebalannya membentuk antibodi (immunosupresif) yang menyerang faktor VIII atau IX [4].
immunosupresif adalah jenis obat yang dapat menekan atau dapat menurunkan sistem kekebalan dalam
Kenapa hemofilia menyerang anak laki-laki
Penyakit hemofilia lebih banyak di derita oleh anak laki-laki di banding perempuan karena [2]:
Dengan demikian, laki-laki dapat memiliki penyakit seperti hemofilia jika mereka mewarisi kromosom X yang terkena yang memiliki mutasi pada faktor VIII atau gen faktor IX.
Tinjauan Hemofilia adalah penyakit perdarahan yang disebabkan kurangnya faktor pembekuan dalam darah. Faktor pembekuan yang menyebabkan penyakit hemofilia adalah faktor pembekuan VIII, IX dan XI.
Hemofilia adalah kelainan perdarahan herediter (genetik) dengan angka kejadian hemofilia A adalah 1 dari 10.000 kelahiran. Sedangkan hemofilia B 1 dari 60.000 kelahiran [8].
Hemofilia A dapat terjadi dalam bentuk ringan, sedang, dan parah. hal ini berkaitan dengan kadar faktor plasma [14].
Hemofilia ringan memiliki kadar faktor plasma 6-40%, sedang 1-5% dan berat kurang dari 1% [8].
Ada beberapa jenis hemofilia. berikut ini adalah yang paling umum [3][4]:
Tinjauan Hemofilia A dan B lebih sering terjadi pada pria daripada wanita karena transmisi genetik.Sedangkan hemofilia C adalah suatu bentuk penyakit yang diturunkan secara autosomal.
Hemofilia disebabkan oleh mutasi atau perubahan pada salah satu gen yang memberikan instruksi untuk membuat protein faktor pembekuan yang dibutuhkan untuk membentuk bekuan darah [3].
Perubahan atau mutasi ini dapat menghambat protein pembekuan untuk bekerja dengan baik atau bahkan hilang [3].
Penyebab lainnya Hemofilia adalah [4]:
Warisan Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit keturunan yang banyak menyerang anak laki-laki di banding anak perempuan. Ini di sebabkan karena wanita mewarisi kromosom X dari ibunya dan kromosom X dari ayahnya. Sedangkan, Laki-laki mewarisi kromosom X dari ibunya dan kromosom Y dari ayahnya [9].
Inilah yang menyebabkan hemofilia lebih di tularkan pada anak lelaki melalui salah satu gen ibu. Bagi wanita hamil yang memiliki gen tidak bagus atau rusak bisa berisiko sebagai pembawa tetapi tidak mengalami gejala hemofilia.
Cara Penularan Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit genetik atau diturunkan dari orangtua, sehingga sudah terbentuk sejak seseorang dilahirkan. Hemofilia bukan penyakit menular[6].
Bagaimana peluang memiliki anak dengan hemofilia [6] ?
Siapa Saja yang Berisiko Terkena Hemofilia ?
1 dari setiap 5.000 anak laki-laki bisa mengidap hemofilia. Dan hempfilia A lebih banyak terjangkit dibandingkan dengan hemofilia B dengan kondisi yang sangat parah. Hemofilia ini bisa menyerang pada siapa saja dari semua kelompok baik itu ras atau etnik [10].
Acquired Hemophilia adalah kelainan pendarahan yang sangat jarang tetapi memiliki potensi besar mengancam jiwa di penderita). Faktor Risiko yang ada adalah [6] :
Tinjauan Penyebab hemofilia adalah terjadinya mutasi gen yang menghambat pembentukan protein faktor pembekuan.
Tanda-tanda dan gejala umum hemofilia meliputi [3]:
Kapan Harus ke Dokter ?
Segera ke dokter jika terjadi gejala :
Di anjurkan bagi anda yang memiliki riwayat hemofilia di keluarga anda, sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk menjalani tes genetik. Tes tersebut akan memberitahukan apakah anda memiliki keturunan hemofilia sebelum anda ingin memulai berkeluarga.
Tinjauan Tanda hemofilia paling umum adalah perdarahan yang sukar untuk berhenti.
Efek jika perdarahan terus terjadi, adalah syok hipovolemik, yaitu kegagalan fungsi organ akibat kehilangan darah dalam jumlah yang banyak [4].
Faktor Risiko Umum [6] :
Komplikasi hemofilia meliputi [3] :
Tinjauan Hemofilia yang terus menerus dapat menyebabkan perdarahan pada organ dalam tubuh sehingga fungsi organ tersebut dapat terganggu
Pemeriksaan Hemofilia
Bagi keluarga yang memiliki riwayat hemofilia, terutama yang sedang hamil di wajibkan untuk pemeriksaan. Akan tetapi, pemeriksaan tersebut bisa mengakibatkan risiko buruk terhadap janin yang sedang di kandung [9].
Gejala hemofilia bisa terjadi di berbagai usia. Biasanya, bagi yang memiliki riwayat turunan penyakit hemofilia, di wajibkan untuk memeriksakan diri baik saat dalam kandungan samapi dengan bayi lahir.
Untuk anak-anak dan orang dewasa wajib melakukan pemeriksaan agar dapat di ketahui seberapa parah mereka mengidap hemofilia. Gejala hemofilia sangat sulit untuk di diagnosa.
Gejala tersebut akan terlihat saat melakukan operasi pembedahan dimana darah akan keluar cukup banyak dan berlebihan selama masa pembedahan.
Diagnosa Hemofilia
Hemofilia dapat di diagnosa sebelum kehamilan, selama kehamilan, atau setelah melahirkan jika memang ada riwayat keturunan hemofilia. Jika memang dalam keluarga tidak memiliki penyakit hemofilia, pemeriksaan di lakukan setelah anak sudah mulai merangkak dan bisa berjalan [12].
Sebelum kehamilan bisa di lakukan tes dan konseling genetik supaya kita bisa mengetahui risiko penularan pada anak. Hal yang di lakukan dengan pemeriksaan sampel darah apakah memiliki tanda-tanda mutasi genetik yang bisa menyebabkan hemofilia.
Bagi wanita yang memiliki riwayat hemofilia wajib melakukan uji gen hemofilia. Tes tersebut meliputi chorionic villus sampling (CVS) yaitu dengan melakukan sample tes plasenta yang di lakukan pada minggu 11-14 kehamilan. Tes lainnya yaitu amniosentesis, yaitu pengambilan sampel air ketuban yng di lakukan selama 15-20 minggu kehamilan.
Diagnosis bagi hemfilia yang bisa lakukan adalah [11]:
Terapi fisik merupakan pengobatan non medis yang digunakan untuk rehabilitasi jika sendi Anda rusak oleh hemofilia [2].
pengobatan medis yang dapat dilakukan adalah [2]:
Pengobatan rumahan
Gaya hidup dan pengobatan yang dapat di lakukan di rumah untuk menghindari pendarahan yang berlebihan dan untuk melindungi sendi [7]:
Berolahraga dapat membangun otot serta melindungi persendian. Perlu diprehatikan jenis olahraga kontak berat seperti sepak bola, hoki, atau gulat tidak aman untuk penderita hemofilia.
Gunakan asetaminofen (Tylenol, yang lain), yang merupakan alternatif obat yang lebih aman untuk meredakan nyeri ringan. Hindari aspirin dan ibuprofen (Advil, Motrin IB, lainnya) karena obat-obatan ini dapat memperparah perdarahan.
Obat pengencer darah seperti heparin, edoxaban (Savaysa), warfarin (Coumadin, Jantoven), clopidogrel (Plavix), prasugrel (Effient), rivaroxaban (Xarelto), ticagrelor (Brilinta), rivaroxaban (Xarelto), apixaban (Eliquis), dan dabigatran) .
Tujuannya untuk mencegah pencabutan gigi. karena pencabutan gigi dapat menyebabkan pendarahan yang berlebihan.
Gunakan pelindung seperti, Kneepads, bantalan siku, helm dan sabuk pengaman. Hal ini dapat membantu mencegah kecelakaan yang dapat menimbulkan cedera.
Selain pengobatan medis dan non medis, terapi bisa menjadi faktor berikutnya untuk pengobatan. Terapi ini terdiri dari [9]:
Pantangan dan Anjuran Penderita Hemofilia
Penderita hemofilia sebaiknya menghindari makanan tinggi lemak dan gula. Makanan yang digoreng, snack, permen, soda, serta suplemen (baik itu bahan kimia maupun herbal) [6].
Selain itu juga penderita hemofilia dianjurkan untuk [6]:
penderita hemofilia masih bisa mendapatkan sejumlah manfaat sehat dari makanan alami seperti berikut ini [5]:
Tinjauan Jenis obat yang diberikan berbeda-beda tergantung jenis hemofilia yang di derita pasien. Fungsi dari obat tersebut adalah untuk menambahkan faktor pembekuan yang dapat menghambat perdarahan.
Sebenarnya, hemofilia tidak mudah untuk bisa di cegah. Cara terbaik yang harus di lakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan dini sejak kehamilan jika terdapat riwayat hemofilia dengan konseling genetik. Bisa juga dengan Pra-konsepsi dan konseling pranatal juga dapat membantu untuk memahami risiko memiliki bayi dengan hemofilia [5].
Pembuahan dengan menggunakan fertilisasi in vitro dapat dilakukan untuk mencegah penularan hemofilia ke anak. Karena dengan metode ini hanya sel telur tanpa hemofilia yang bisa ditanamkan. Fertilisasi in vitro adalah proses pembuatan bayi tabung dari sel telur dan sel sperma di laur kandungan [5].
Bagi yang sudah terkena hemofilia dari lahir, lakukan langkah-langkah berikut sebagai pencegahan terjadinya luka dan juga cidera [15].
Tinjuan Pencegahan hemofilia baik dari sejak dini atau sudah terdeteksi menderita hemofilia merupakan hal yang sangat penting untuk kesehatan anda.
1) Mansouritorghabeh, Hassan. 2015. Clinical and Laboratory Approaches to Hemophilia A.
2) Franchini, Et Al.. 2012. Past, present and future of hemophilia: a narrative review.
3) Centers for Disease Control and Prevention. 2019. National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities,
4) Mauro, A. 2016. Medically reviewed. Hemophilia
5) Roberts, Drive. The hemophilia disease & platelet disorders handbook. How Hemophilia is Inherited
6) Mannucci PM, Tuddenham EG. 2001. "The hemophilias--from royal genes to gene therapy".
7) Keith, W. Et Al.. Hemophilia A and B: Routine management including prophylaxis.
8) Kessler CM, Mariani G. 2006. Clinical manifestations and therapy of the
hemophilias.
9) Mayo Foundation. 2020. .mayoclinic.org. Hemophilia
10) Anonim. Diakses 2019. cdc.gov. Hemophilia
11) Rockville Pike. 2020. medlineplus.gov. Hemophilia
12) Anonim. Diakses 2020. Chorionic villus sampling
13) Center For Disease Control and Prevention. 2019. cdc.gov. Why We Do Research on Hemophilia
14) Anonim. 2020. webmd.com. Hemophilia A
15) Cleveland Clinic. 2016. Disease and Conditions. Hemophilia.