Hipersplenisme : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Hipersplenisme?

Hipersplenisme adalah sebuah kondisi di mana limpa bekerja secara overaktif atau berlebihan [1,2,3,5].

Ketika dalam keadaan overaktif, hal ini menandakan Adult Games bahwa limpa tengah mengalami kelainan sehingga menghancurkan sel-sel darah terlalu cepat atau prematur [1].

Pada kondisi seperti ini, limpa bisa menghancurkan banyak sel darah, termasuk sel-sel darah yang sehat [1].

Bila sel-sel darah matang dan sehat hilang karena dihancurkan oleh limpa, maka tubuh seseorang akan kehilangan kemampuan melawan infeksi.

Selain itu, sebagai akibatnya penderita hipersplenisme dapat mengalami anemia karena jumlah sel darah merah yang semakin sedikit [1,2,13].

Karena sel darah merah berkurang, oksigen yang dibawa ke seluruh jaringan tubuh ikut berkurang.

Tinjauan
Hipersplenisme adalah sebuah kondisi di mana limpa bekerja terlalu aktif atau berlebihan sehingga sel-sel darah dihancurkan secara prematur, termasuk sel darah normal dan sehat.

Penyebab Hipersplenisme

Terdapat dua jenis kondisi hipersplenisme, yaitu primer dan sekunder. Hipersplenisme primer adalah limpa overaktif yang tak diketahui penyebabnya [1].

Namun hipersplenisme sekunder adalah sebuah kondisi yang timbul karena adanya penyakit atau gangguan kesehatan lain pada tubuh penderita [2,3].

Pada dasarnya, hipersplenisme dapat dialami oleh seseorang yang utamanya mengalami splenomegali atau pembesaran limpa [1,2,3].

Maka dengan kata lain, splenomegali mampu menyebabkan hipersplenisme karena limpa yang membesar menampung lebih banyak sel-sel darah (sel darah sehat maupun rusak) [15].

Pada kondisi ini, sel-sel darah sehat kemudian dapat berhenti bersirkulasi sehingga fungsi tubuh terhambat dan tubuh juga menjadi lebih rentan terhadap penyakit [15].

Pada kasus hipersplenisme sekunder, berikut ini adalah beberapa penyakit yang memicu pembesaran limpa sekaligus berdampak pada timbulnya hipersplenisme :

  • Penyakit Gaucher

Penyakit Gaucher tergolong dalam jenis kelainan genetik di mana salah satu jenis lemak mengalami akumulasi di salah satu organ atau lebih organ tubuh [1,2,4].

Biasanya, organ tubuh yang menjadi lokasi penumpukan lemak ini adalah limpa dan hati [4].

Akibatnya, pembesaran limpa dan hati terjadi dan mengganggu fungsi utama kedua organ ini [4].

Akumulasi lemak di kedua organ ini biasanya disebabkan oleh enzim pemecah lemak (GBA1) yang bermasalah [4].

  • Penyakit Liver Kronik

Penyakit-penyakit liver kronik yang mampu meningkatkan risiko hipersplenisme maupun splenomegali adalah sirosis hati dan hepatitis C [1].

Sirosis hati adalah ketika organ hati mengalami kerusakan akibat jaringan parut terbentuk di sana [1,5].

Jaringan parut ini sendiri timbul sebagai akibat dari penyakit liver yang tak segera mendapatkan penanganan [5].

Penyakit liver tersebut umumnya disebabkan oleh kecanduan alkohol maupun virus hepatitis [5].

Sementara itu, hepatitis C adalah sebuah kondisi penyakit menular di mana organ hati mengalami peradangan akibat infeksi virus hepatitis C [1,6]

  • Kanker

Limfoma adalah salah satu jenis kanker yang mampu menyebabkan pembesaran limpa [1].

Kanker yang tumbuh di sistem limfatik ini dapat kemudian berpengaruh pada timbulnya kondisi hipersplenisme.

  • Penyakit Autoimun

Beberapa penyakit autoimun juga mampu meningkatkan risiko hipersplenisme, seperti rheumatoid arthritis dan penyakit Lupus [1].

Kedua kondisi ini sangat mampu meningkatkan risiko peradangan pada limpa yang kemudian berakibat pada hipersplenisme.

Tinjauan
Hipersplenisme dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti splenomegali, penyakit autoimun, penyakit Gaucher, kanker, sirosis, dan hepatitis C.

Gejala Hipersplenisme

Penderita-penderita hipersplenisme kemungkinan besar sulit menyadari bahwa limpanya sedang bekerja secara abnormal.

Berikut ini merupakan tanda-tanda utama bahwa limpa bekerja overaktif dan mampu merugikan tubuh bila dibiarkan terlalu lama [1,2,7].

  • Mengalami rasa kenyang yang tidak wajar, bahkan ketika hanya makan dengan porsi sedikit.
  • Mengalami pembesaran limpa; biasanya ditandai dengan rasa penuh di bagian dada kiri atas serta rasa nyeri di bagian tersebut.
  • Mengalami infeksi berulang karena tubuh kehilangan kemampuannya dalam melawan infeksi (akibat limpa yang overaktif).
  • Mengalami sitopenia di mana kadar sel-sel darah merah dalam tubuh berkurang (hal ini dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah).
  • Mengalami anemia di mana tubuh kekurangan sel-sel darah merah serta hemoglobin; biasanya ditandai dengan tubuh lebih cepat lelah, mudah kedinginan, sakit kepala, dan sesak napas.
Tinjauan
Gejala hipersplenisme terkait dengan kondisi splenomegali, maka gejala yang ditimbulkan pun berupa rasa penuh pada area perut walau makan sedikit, limpa membesar, menderita infeksi berulang, sitopenia, hingga anemia.

Pemeriksaan Hipersplenisme

Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode diagnosa di bawah ini perlu ditempuh pasien agar dokter mampu menegakkan diagnosa :

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan oleh dokter untuk mengecek apakah pasien mengalami pembesaran limpa [8].

Seperti pada umumnya, riwayat kesehatan pasien pun perlu dokter ketahui dengan mengajukan sejumlah pertanyaan terkait penyakit apa yang pernah atau sedang diderita pasien [8].

Dari pemeriksaan riwayat kesehatan, dokter biasanya juga dapat mengidentifikasi kondisi ketidakmampuan tubuh dalam melawan infeksi sekaligus adanya kondisi anemia [8].

  • Tes Darah

Pemeriksaan yang sama pentingnya dengan pemeriksaan fisik serta riwayat kesehatan adalah tes darah [2,9].

Tes darah lengkap akan direkomendasikan oleh dokter untuk memeriksa kadar konsentrasi sel-sel darah merah maupun sel darah putih pasien [2,9].

Melalui tes darah juga akan diketahui apakah limpa dan hati pasien mengalami infeksi [2,9].

  • Tes Pemindaian

Tes penunjang berupa tes pemindaian pun biasanya perlu pasien jalani [1,8,9].

USG atau ultrasonografi akan membantu memperlihatkan kondisi limpa di dalam tubuh pasien secara jelas dan lebih rinci [1].

Tinjauan
Metode pemeriksaan untuk mendiagnosa hipersplenisme antara lain adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah, dan tes pemindaian (USG).

Pengobatan Hipersplenisme

Pengobatan hipersplenisme pada intinya harus mengetahui penyebabnya secara jelas.

Sebab untuk mengatasi hipersplenisme, penyebabnya perlu ditangani lebih dulu.

Berikut ini merupakan metode-metode pengobatan hipersplenisme disesuaikan dengan kondisi penyebabnya :

  • Diet atau Perubahan Pola Hidup

Bagi penderita hipersplenisme yang disebabkan oleh sirosis, maka diet dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat adalah penanganan utama yang bisa dilakukan oleh pasien [10].

Perubahan pola hidup untuk kasus ini meliputi tidak mengonsumsi alkohol dan mengonsumsi makanan-makanan yang lebih sehat.

Jika diperlukan, pasien bisa menggunakan diuretik agar kelebihan cairan dalam tubuh dapat dikeluarkan [11].

  • Obat Antivirus

Bagi penderita hipersplenisme yang disebabkan oleh hepatitis C, maka dokter biasanya akan memberikan resep obat antivirus [6].

Karena hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus, maka obat-obatan antivirus dapat membantu memulihkan kondisi pasien [6].

Untuk penderita hipersplenisme yang disebabkan oleh tuberkulosis atau TBC, dokter perlu meresepkan obat antibiotik untuk melawan bakteri penyebab infeksi [12].

  • Terapi Radiasi

Radioterapi merupakan metode penanganan lainnya yang kemungkinan dokter rekomendasikan kepada pasien apabila splenomegali atau pembesaran limpa terjadi [13].

Tujuan terapi ini adalah untuk menyusutkan limpa yang membesar.

Bahkan terapi dengan dosis rendah mampu mengurangi ukuran limpa sebesar 78%.

Karena limpa berhasil membaik, anemia otomatis ikut teratasi.

  • Splenektomi

Jika hipersplenisme tak dapat ditangani dengan perubahan gaya hidup maupun obat-obatan, hal ini menandakan bahwa hipersplenisme sudah telanjur parah.

Dokter kemungkinan kecil merekomendasikan splenektomi atau prosedur bedah untuk mengangkat limpa sebagai solusinya [1,2,3].

Hanya saja, pasien perlu lebih dulu dipastikan telah memperoleh vaksinasi agar pada prosedur splenektomi pasien terhindar dari infeksi Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, dan Streptococcus pneumoniae [2].

Pada banyak kasus hipersplenisme yang sudah parah, pasien dapat menjalani prosedur bedah pengangkatan limpa dengan laparoskopi [1,14].

Pada prosedur ini dokter akan membuat sayatan kecil lebih dulu di kulit area limpa, lalu memasukkan alat yang telah dilengkapi cahaya ke dalamnya [14].

Pasien-pasien hipersplenisme yang menempuh metode laparoskopi ini terbukti tak lagi mengalami kekurangan sel darah merah [14].

Selain itu, keuntungan menjalani metode perawatan ini adalah pemulihan yang lebih singkat dan cepat sehingga tak perlu dirawat inap di rumah sakit terlalu lama.

Bahkan fungsi hati pasien pasca operasi pun jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil pasca perawatan metode lainnya, bahkan untuk penderita hipertensi portal [14].

Tinjauan
Penanganan hipersplenisme disesuaikan dengan penyebabnya, seperti melalui diet dan perubahan gaya hidup (terutama menghindari alkohol), penggunaan antivirus atau antibiotik, terapi radiasi, laparoskopi, atau splenektomi (walau lebih jarang direkomendasikan).

Komplikasi Hipersplenisme

Risiko komplikasi hipersplenisme umumnya berkaitan dengan pembesaran limpa.

Bila kondisi pembesaran limpa tak segera ditangani, sejumlah bahaya komplikasi ini dapat dialami [15] :

  • Pecahnya limpa, di mana limpa yang bermasalah akan lebih mudah pecah sebab bahkan limpa dalam kondisi sehat pun sangat lembut sehingga mudah mengalami kerusakan dan pecah.
  • Infeksi berulang, di mana hal ini disebabkan oleh berkurangnya kadar sel darah merah dan putih akibat pembesaran limpa sehingga tubuh tak lagi mampu melawan infeksi.
  • Anemia berkelanjutan, di mana hal ini adalah dampak dari berkurangnya kadar sel darah merah dan hemoglobin apabila kondisi hipersplenisme dan splenomegali tak segera diatasi.
Tinjauan
Komplikasi hipersplenisme terkait dengan splenomegali yang tidak diatasi segera dan kondisi itu berupa anemia terus-menerus, infeksi berulang, hingga pecahnya limpa.

Pencegahan Hipersplenisme

Belum diketahui secara pasti bagaimana cara mencegah hipersplenisme, namun meminimalisir risiko splenomegali atau pembesaran limpa tentu akan sangat berpengaruh.

Untuk mencegah pembesaran limpa, penting untuk menjaga pola hidup sehat, seperti menghindari konsumsi alkohol berlebihan [10].

Segera mengatasi berbagai penyakit yang mampu memicu hipersplenisme juga akan meminimalisir risiko terjadinya hipersplenisme.

Tinjauan
Untuk mencegah hipersplenisme, pastikan untuk meminimalisir risiko splenomegali, salah satunya yang terpenting adalah menghindari asupan alkohol berlebihan.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment