Tinjauan Medis : dr. Christine Verina
Terapi dengan bantuan hewan telah ada, diakui, dan dieksplorasi sejak tahun 1800-an. Ada dua jenis terapi dengan bantuan hewan yang dapat dilakukan, yaitu Pet Therapy atau Animal-Assisted Activities (AAA)... dan Animal-Assisted Therapy (AAT). Pet therapy atau AAA tidak spesifik diarahkan pada tujuan tertentu, namun dapat memberikan peluang, motivasi, pendidikan, rekreasi, atau terapeutik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. AAT membutuhkan satu pendamping, konselor, atau terapis yang telah dilatih dan dilisensi dengan mempertemukan hewan dan pasien. AAT dapat meningkatkan kesembuhan fisik, emosi, sosial, serta kognitif pasien. Beberapa hewan yang dapat membantu dan biasa digunakan dalam terapi ini adalah anjing, kucing, ikan, lumba-lumba, marmut, kuda, kambing, burung kakatua. Hewan - hewan tersebut sudah dilatih secara khusus dan telah divaksinasi. Persiapan untuk dilakukan terapi ini adalah hewan yang akan mendampingi harus dipastikan vaksinasi dan kesehatannya. Sedangkan dari segi pasien harus dilihat dari segi alergi, ketakutan terhadap hewan, serta risiko penularan penyakit dari hewan ke manusia. Read more
Daftar isi
Apa itu Terapi Bantuan Hewan?
Berdasarkan jurnal Annals of Long-Term Care (melalui American Addiction Centers) dikatakan bahwa hubungan potensi terapeutik (berkaitan dengan terapi) antara manusia dan hewan pertama kali telah ada, diakui, dan dieksplorasi pada tahun 1800-an oleh Florence Nightingale.
Nightingale menemukan bahwa hewan peliharaan dapat mengurangi kecemasan pada pasien psikiatri dan anak-anak. Pada awal 1930-an, Sigmund Freud diketahui membawa anjingnya untuk sesi terapi bersama pasien. [2]
Setelah itu, kemudian terapi yang dilakukan dengan bantuan hewan disertifikasi. Sehingga, pada zaman sekarang sudah dengan mudah masyarakat menemukan akses untuk melakukan terapi dengan bantuan hewan melalui program dan dengan berbagai pengaturan.
Pasien dapat menemukan cara terapi dengan bantuan hewan melalui rumah sakit untuk berbagai program, seperti untuk anak dengan masalah kejiwaan hingga program untuk penyembuhan yang berkaitan dengan penyalahgunaan zat atau obat. [2]
Jenis Terapi Bantuan Hewan
Ada dua jenis terapi dengan bantuan hewan yang dapat dilakukan, yaitu:
Animal-Assisted Therapy
Terapi yang dilakukan oleh Freud pada pasiennya dengan menggunakan anjing kemudian diberi nama Animal-Assited Therapy (disingkat dengan AAT). [2]
AAT membutuhkan satu pendamping, konselor, atau terapis yang secara spesifik terlibat dan membantu terapi ini. [2]
Seperti yang dilakukan oleh Freud pada pasiennya. AAT bisa dilakukan dengan terapis yang telah dilatih dan dilisensi dengan mempertemukan hewan dan pasien. [1]
Tujuan besar dari AAT adalah meningkatkan kesembuhan fisik, emosi, sosial, serta kognitif pasien. [1]
Pet Therapy atau Animal-Assisted Activities
Beberapa di antara jurnal atau web kesehatan menyebut pet therapy atau Animal-Asissted Activities (disingkat dengan AAA).
Pet therapy tidak spesifik diarahkan pada tujuan tertentu, namun dapat memberikan peluang, motivasi, pendidikan, rekreasi, atau terapeutik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. [1]
Hewan yang digunakan dalam pet therapy biasanya berasal dari relawan yang membawa hewan mereka yang tentunya telah terlatih ke sekolah atau rumah sakit.
Hewan pada pet therapy digunakan untuk menyemangati dan membantu pemulihan lebih cepat pada pasien yang baru saja melewati masa operasi atau masa pengobatan yang panjang.
Selain membawa hewan ke tempat pasien yang baru saja melalui pengobatan, biasanya teknik atau jenis ini juga diaplikasikan di tempat umum, seperti meletakkan akuarium ikan pada ruang tunggu rumah sakit atau sekolah. [1, 2]
Tujuan Terapi Bantuan Hewan
Meskipun peran hewan serta cara terapi yang berbeda, antara animal-assisted therapy dan pet therapy memiliki tujuan yang sama. Beberapa tujuan dilakukannya terapi dengan bantuan hewan adalah: [3, 4]
- Menekan tingkat stress;
- Mengurangi agresi atau rasa marah;
- Mengurangi rasa benci pada diri sendiri;
- Meningkatkan interaksi sosial pasien;
- Mengurangi kecepatan detak jantung dan tekanan darah;
- Meningkat produksi endorfin pada tubuh;
- Meningkatkan penghargaan pada diri sendiri, rasa sabar, dan rasa percaya;
- Membantu pasien merasa lebih berdaya;
- Memotivasi untuk berlatih;
- Meningkatkan keinginan untuk ikut pada suatu aktifitas;
- Meningkatkan keterampilan motorik dan gerak sendi;
- Meningkatkan komunikasi verbal;
- Mengurangi rasa kesepian dan terisolasi;
- Mengurangi rasa cemas.
Pasien yang Membutuhkan Terapi
Pasien yang biasanya mendapat terapi dengan bantuan hewan adalah pasien yang umumnya memiliki gangguan kejiwaan atau pasien dengan perawatan medis yang cukup panjang. Namun tidak tertutup sebatas itu, beberapa di antaranya seperti: [3, 5]
- Anak yang akan menjalani pengobatan gigi;
- Pasien yang menjalani terapi kanker;
- Pasien yang dirawat akibat gagal jantung kronis;
- Pasien stroke atau pasien yang membutuhkan kembalinya keterampilan motorik;
- Pasien dengan penyakit kardiovaskular;
- Pasien dengan dimensia;
- Veteran dengan PTSD (post traumatic stress disorder);
- Pasien dengan gangguan kecemasan;
- Pasien dengan penyakit yang perawatannya jangka panjang.
Beberapa orang tidak bisa mendapatkan terapi bantuan hewan dari hewan berbulu seperti umumnya kucing atau anjing, karena disebabkan oleh beberapa hal:
- Memiliki penyakit asma;
- Memiliki alergi pada bulu hewan tertentu;
- Memiliki alergi pernapasan yang belum diketahui penyebabnya;
- Kelainan imunosupresif.
Hewan yang Membantu Terapi
Hewan yang dapat digunakan untuk membantu terapi ini ada banyak dan tidak terbatas, meski begitu tetap harus memenuhi syarat seperti keterlatihan hewan dan kebersihannya. [2, 5]
Hewan akan terlebih dahulu dibersihkan, divaksinasi, dilatih, dan dipilih berdasarkan perilaku hewan tersebut.
Ini dilakukan agar terapi dengan bantuan hewan ini menjadi lebih efektif. Beberapa hewan yang dapat membantu dan biasa digunakan dalam terapi ini adalah: [2, 5]
- Anjing;
- Kucing;
- Ikan;
- Lumba-lumba
- Marmut;
- Kuda;
- Kambing;
- Kakatua.
Meski begitu, hewan hewan tertentu yang paling banyak digunakan untuk membantu terapi penyembuhan adalah anjing, kucing dan kuda. [2]
Persiapan Sebelum Terapi
Pasien akan direkomendasikan oleh dokter, jika diperkirakan terapi dengan bantuan hewan akan membantu kemajuan pengobatan.
Terapis yang akan membawa hewan kepada pasien, saat setiap pertemuan atau setelah masa pengobatan dan mengarahkan interaksi antara hewan dan pasien. [4]
Ada beberapa langkah pemeriksaan yang akan dilakukan pada hewan, seperti: [4]
- Pemilihan hewan dan organisasi yang menyediakan jasa terapi dengan bantuan hewan. Sebelum terapi dimulai tim yang harus diperiksa terlebih dahulu memenuhi persyaratan.
- Hewan diperiksa fisiknya dan diimunisasi, untuk memastikan bahwa hewan terbebas dari berbagai penyakit.
- Riwayat keterlatihan hewan dilihat untuk memastikan bahwa hewan terkontrol dan terlatih dengan baik.
- Setelah hewan dan terapis siap, maka hewan bisa membantu terapi. Jenis, ukuran, umur, dan perilaku alami hewan akan dicocokkan agar sesuai dengan kebutuhan penyembuhan.
Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan baik oleh pasien dan pihak yang menyediakan layanan terapi dengan bantuan hewan.
Beberapa hal ini berkaitan dengan hewan yang akan membantu terapi. Pasien yang menerima hewan yang tidak sesuai, dapat berkomunikasi dengan dokter dan pihak terkait agar menghindari hal yang tidak diinginkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan tersebut adalah: [7]
- Hewan harus diimunisasi dengan obat-obatan profilaksis sesuai dengan rekomendasi dokter hewan berlisensi dan berdasarkan kebutuhan.
- Kesehatan hewan dan status perilakunya harus dievaluasi secara berkala.
- Hewan harus bebas dari ektoparasit (misalnya kutu) dan tidak boleh memiliki jahitan, luka terbuka, atau lesi dermatologis yang berkaitan dengan infeksi bakteri, jamur, atau virus.
- Hewan tidak boleh terlalu muda, di bawah satu tahun karena masih ada perilaku yang tidak terduga dan tidak dapat dikontrol.
- Kunjungan hewan harus diawasi oleh orang yang mengenal dan melatih mereka yang biasa disebut terapis.
Risiko Terapi dengan Bantuan Hewan
Ada risiko yang dapat terjadi selama terapi dengan bantuan hewan ini dilakukan, baik pada pasien dan pada hewan yang membantu. Beberapa di antaranya adalah: [6]
- Alergi: pasien bisa saja memiliki alergi terhadap bulu hewan tertentu, sehingga ada baiknya memberi tahu dokter atau psikolog yang menangani.
- Perpindahan penyakit: tidak menutup kemungkinan bahwa hewan dapat menularkan penyakit pada manusia, hal ini disebut dengan penyakit zoonosis. Pemilihan dan perawatan hewan yang membantu terapi dapat meminimalisasi risiko.
- Ketakutan terhadap hewan: tidak semua orang menyukai hewan, ada pasien yang takut pada hewan tertentu sehingga mungkin tidak semua orang bisa mendapat terapi dengan bantuan hewan.
- Masalah kebiasaan hewan: ada kemungkinan bahwa hewan melakukan sesuatu di luar dari rencana, meskipun hewan telah terlatih.
- Penghargaan pada hewan: pada kasus tertentu, ada pasien yang mungkin dapat mencelakakan atau menyakiti hewan baik secara sadar atau tidak sadar. Sehingga perlu juga dipastikan bahwa selamat dan tidak tersakiti selama terapi.
Tingkat Keberhasilan Terapi
Berdasarkan jurnal yang dapat di akses melalui The National Centre for Biotechnology Information, penulis jurnal tersebut meneliti 59 orang pasien dengan beberapa penyakit yang berbeda seperti:[8]
- AIDS, kanker, asma, gagal jantung, diabetes, serta penyakit arteri koroner dan gastrointestinal.
- Ada pula pasien yang harus menjalani operasi seperti amputasi, perbaikan aneurisma, bedah vena, operasi gastrointestinal, dan endarterektomi karotis.
Hasil menjukkan bahwa lima dari pasien yang mendapatkan terapi dengan bantuan anjing:[8]
- Mengatakan bahwa terapinya menenangkan, yang lain berkata bahwa “adanya pengurangan kecemasan”.
- Beberapa pasien lainnya mengatakan bahwa mereka mengalami penurunan depresi dan mengatakan “terapi yang baik”, “sangat menikmati”, “mencerahkan hari”, “aku menyukainya”, “napas menjadi segar”, bahkan ada yang mengatakan “saya lebih bisa menggerakkan lengan saya”.
Itu adalah respon-respon yang ditunjukkan oleh pasien-pasien setelah menjalani terapi selama perawatan mereka. [8]
Terapi dengan bantuan hewan telah terbukti dapat memberikan efek yang positif, tidak hanya pada pasien, namun juga pada hewan yang membantu.
Meski begitu, terapi ini masih harus tetap disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memperhatikan segala aspek kesehatan dan keselamatan. [3]