Menstruasi terjadi ketika dinding rahim yang meluruh dikarenakan tidak adanya pembuahan sel telur. Proses inilah yang mengakibatkan darah keluar dari uterus, mengalir pada rahim, dan keluar dari organ intim wanita[1,2].
Tidak hanya berisi darah, namun cairan menstruasi terdiri dari sel telur yang tidak dibuahi dan jaringan lapisan rahim. Oleh karena itu, tak heran apabila darah menstruasi sedikit berbau [1,2].
Namun, bau tersebut tergolong normal. Hal ini dikarenakan kondisi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor [1,2].
Sejumlah faktor inilah yang mempengaruhi bau dari darah haid. Tak jarang, beberapa wanita menemukan bau yang beragam dari darah mentruasinya, salah satunya bau busuk [1,2].
Jenis bau yang satu ini tidak dapat disepelekan. Namun, kondisi ini juga harus diwaspadai [1,2].
Hal ini dikarenakan kondisi tersebut dapat dijadikan sebagai pertanda masalah kesehatan yang serius. Tentunya, bau busuk dari darah menstruasi disebabkan oleh berbagai faktor [1,2].
Berikut di bawah ini beberapa faktor penyebab darah menstruasi berbau busuk yang harus diwaspadai [1,2]:
- Terlalu Lama Menggunakan Pembalut
Pada saat menstruasi, seringkali sifat malas muncul ketika beraktivitas. Salah satunya ialah mengganti pembalut [1,2].
Namun, kebiasaan tersebut harus dihindari. Hal ini dikarenakan akan mempengaruhi bau dari darah menstruasi [1,2].
Idealnya, pembalut harus diganti setiap 4 hingga 6 kali atau setiap 4 jam sekali. Darah menstruasi yang berbau busuk merupakan pertanda bahwa pembalut terlalu lama dikenakan [1,2].
Bau busuk tersebut dihasilkan dari bakteri yang bercampur dengan darah haid. Hal ini biasanya terjadi ketika aliran menstruasi sedang deras [1,2].
Untuk itu, pembalut tidak dapat dikenakan terlalu lama karena akan memperparah bau busuk dari darah haid tersebut [1,2].
- Bakteri Dalam Vagina
Vagina merupakan tempat dari berbagai jenis bakteri sehat dan bakteri jahat. Bakteri sehat tersebut ialah Lactobacillus, bakteri yang memproduksi asam laktik dan menjaga pH vagina agar tetap terjaga [1,2].
Bakteri ini dapat berfluktuasi dan mempengaruhi bau dari menstruasi. Bakteri baik ini juga berperan dalam membatasi pertumbuhan bakteri jahat [1,2].
Apabila bakteri sehat dalam vagina ini mengalami gangguan, kemungkinan akan menimbulkan infeksi dan masalah kesehatan serius lainnya. Sedangkan bakteri jahat pada vagina adalah bakteri anaerob [1,2].
Apabila bakteri ini mengalami peningkatan pada pertumbuhannya, maka akan menyebabkan timbulnya infeksi pada vagina. Infeksi vagina tersebut dalam istilah medis dikenal dengan vaginosis bakterialis [1,2].
Kondisi ini tidak membahayakan, namun dapat menggangu aktivitas sehari-hari penderitanya [1,2].
- Lingkungan Asam Vagina
Lingkungan asam sekitar vagina dapat menjadi salah satu penyebab dari darah menstruasi berbau busuk yang harus diwaspadai. Untuk itu, pH vagina harus seimbang [1,2].
Vagina memiliki pH normal 3,8 hingga 4,5 yang bersifat asam. Namun, beberapa hal seperti air mani, urin, dan darah dapat mempengaruhi pH dari vagina [1,2].
Salah satunya ketika haid, kemungkinan pH vagina akan terganggu. Namun, usahakan pH vagina dalam pH asam, yaitu tidak diatas 4,5 [1,2].
Perubahan pH vagina ini juga dapat menimbulkan bau yang berbeda pada darah menstruasi [1,2].
Cara Mengatasi Darah Menstruasi yang Berbau Busuk
Darah menstruasi yang berbau busuk dapat diatasi dengan sejumlah cara. Berikut ini beberapa cara untuk mengatasi darah menstruasi yang berbau busuk [3]:
- Mengganti Pembalut Secara Rutin
Salah satu penyebab dari darah menstruasi yang berbau busuk ialah penggunaan pembalut yang terlalu lama. Untuk itu, sebaiknya gantilah pembalut secara rutin [3].
Idealnya, pembalut diganti selama 4 hingga 6 jam sekali. Namun, jika aliran deras, pembalut dapat diganti setiap 4 jam sekali [3].
Dengan begitu, bau busuk dari darah menstruasi tidak akan bertambah parah [3].
- Menjaga Kebersihan Area Kewanitaan
Selain rutin mengganti pembalut selama periode haid, area kewanitaan juga harus dijaga kebersihannya. Beberapa tindakan menjaga kebersihan area kewanitaan yaitu dengan rajin membersihkan vagina, mencukur bulu kemaluan secara rutin, menggunakan pakaian dalam berbahan katun, dan lain sebagainya [3].
Dengan beberapa tindakan tersebut, area kewanitaan Anda akan terjaga kebersihannya [3].
- Memakai Produk Kewanitaan yang Aman
Area kewanitaan merupakan daerah sensitif sehingga produk yang dikenakan juga tidak boleh sembarangan. Pakailah produk kewanitaan yang aman agar tingkat risiko iritasi pada vagina tidak meningkat [3].
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan menghindari penggunaan sabun untuk membersihkan area kewanitaan. Hal ini dikarenakan akan mempengaruhi keseimbangan pH vagina [3].
Dokter juga tidak menyarankan penggunaan pembersih, semprotan khusus, ataupun douching. Selain menimbulkan iritasi, penggunaan produk tersebut juga dapat menyebabkan infeksi pada vagina, seperti infeksi jamur dan vaginosis bakterialis [3].
Untuk itu, sebaiknya bersihkan dan bilas bagian luar vagina dengan menggunakan air bersih [3].