3 Perbedaan ADHD dan Autisme untuk Dipahami Orang Tua

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) merupakan salah satu kondisi yang umum terjadi pada anak-anak dengan prevalensi sebesar 7,6% pada anak usia 3-12 tahun dan 5,6% pada remaja usia 12-18 tahun [1].

ADHD masih tergolong dalam gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan hiperaktifnya anak [1,3].

Selain ADHD, kondisi lain yang juga diderita oleh sebagian anak di dunia adalah autisme dengan data menunjukkan bahwa 1 dari 36 anak (2,8%) terdiagnosa ASD (autism spectrum disorder) menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) [2].

Autisme juga merujuk pada gangguan perilaku anak disertai gangguan interaksi sosial yang berkaitan dengan perkembangan saraf otak yang abnormal [2,4].

Walau kerap dianggap sama, kedua kondisi sungguh berbeda; berikut poin-poin perbedaan ADHD dan autisme yang banyak orang tua perlu pahami.

1. Penyebab

ADHD maupun autisme diyakini merupakan kondisi yang bisa dialami anak karena faktor genetik/keturunan [5,6].

Meski demikian, salah satu maupun keduanya juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan tertentu [5,6].

Para peneliti mencoba menelaah dan membuktikan beberapa perbedaan yang terjadi pada struktur dan kimia otak sehingga kemudian menyebabkan ADHD maupun autisme [5,6].

Meski belum diketahui pasti penyebab ADHD dan autisme, para orang tua wajib mengetahui faktor risikonya.

Faktor peningkat risiko ADHD sebenarnya dapat meliputi kondisi-kondisi seperti berikut [7].

  • Kelahiran prematur
  • Kelahiran dengan berat badan rendah
  • Paparan bahan atau zat kimia yang berbahaya selama sang ibu hamil
  • Orang tua mengonsumsi alkohol dan merokok selama kehamilan
  • Cedera kepala pada anak

Sementara pada autisme, berbagai faktor risiko ADHD tersebut dapat menjadi penyebab autisme, kecuali cedera otak [5].

Cedera otak tidak dapat memicu atau menyebabkan autisme pada anak [5].

Meski berbagai faktor risiko tersebut bisa memicu autisme anak, kondisi ini sebenarnya lebih umum disebabkan oleh gangguan perkembangan gen spesifik dan paparan zat kimia berbahaya [4,5,8].

Fragile X syndrome adalah salah satu gangguan atau kelainan genetik yang mampu meningkatkan risiko autisme [4,5,8].

Thalidomide dan valproic adalah dua zat kimia yang jika ibu hamil terpapar bisa meningkatkan risiko autisme pada anak setelah lahir [4,5,8].

Melahirkan di usia yang sudah cukup tua juga pada beberapa kasus memperbesar peluang anak tumbuh dengan autisme [5].

2. Gejala

Walau tampak serupa, kondisi ADHD dan autisme memiliki beberapa perbedaan yang perlu dimengerti para orang tua dengan anak penderita salah satu kondisi tersebut.

Berikut ini adalah perbedaan gejala keduanya yang bisa orang tua ketahui dan waspadai.

  • Waktu Kemunculan Gejala

Gejala ADHD umumnya baru nampak saat anak sudah berusia 3 tahun atau lebih [10].

Pada usia 3 tahun ke atas, terdapat potensi gejala akan lebih sering terlihat [10].

Bahkan bukan tidak mungkin bahwa gejala ADHD bisa timbul saat anak beranjak dewasa [11].

Sementara itu, anak-anak usia 1-2 tahun sudah dapat teridentifikasi mengidap autisme [12].

Pada kasus tertentu yang cukup jarang, gejala bisa juga timbul saat usia menginjak dewasa [13].

  • Aktivitas dan Rutinitas

Anak dengan ADHD adalah anak yang hiperaktif, namun tidak menyukai aktivitas yang sama berturut-turut [3,5,7].

Rutinitas yang sama bukan tipe anak pengidap ADHD; mereka juga cenderung bosan ketika harus melakukan aktivitas yang sama dalam waktu lama [3,5,7].

Sedangkan anak dengan autisme, mereka lebih menyukai aktivitas yang teratur dan sama [4,5,8].

Penderita autisme tidak suka dan mudah marah bila rutinitas yang seharusnya sama mendadak berubah [4,5,8].

  • Fokus dan Konsentrasi

Anak dengan ADHD yang terlalu aktif biasanya enggan untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan fokus yang lama [3,5,7].

Berhitung dan membaca adalah dua kegiatan yang biasanya mereka hindari [3,5,7].

Sementara itu, anak dengan autisme justru selalu mampu untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang mereka sukai dan sedang kerjakan [4,5,8].

Anak autisme cenderung suka dalam mempelajari hal yang mereka sukai serta bermain dengan mainan yang menarik minat mereka [4,5,8].

Oleh sebab itu, anak-anak dengan autisme kerap disebut berada di dunia mereka sendiri karena mampu fokus dan konsentrasi dalam waktu lama [4,5,8].

  • Komunikasi dan Interaksi

Anak-anak dengan ADHD adalah tipe yang aktif, tak sekadar saat bergerak, tapi juga saat berbicara [3,5,7].

Mereka terlalu suka berbicara sampai seringkali memotong pembicaraan orang lain [3,5,7].

Meski demikian, anak dengan ADHD tidak mampu memerhatikan petunjuk atau arahan yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya [3,5,7].

Perhatian mereka mudah sekali teralihkan dari satu hal ke hal lainnya sehingga saat diacak bicara pun mereka kerap tidak mendengarkan [3,5,7].

Namun pada anak dengan autisme, mereka kesulitan dalam mengungkapkan emosi mereka sehingga terlihat selalu tanpa emosi dan tanpa ekspresi pada raut wajahnya [4,5,8].

Anak-anak autisme juga akan menghindari kontak mata dengan lawan bicaranya, termasuk juga kontak fisik [4,5,8].

Mereka tidak mampu mengawali maupun melanjutkan percakapan dengan orang lain, sekalipun itu orang tua atau orang-orang terdekatnya [4,5,8].

Anak dengan kondisi autisme kerap juga dijumpai memiliki kondisi ADHD [5].

3. Penanganan

Penanganan anak dengan ADHD kerap meliputi konseling, latihan pengembangan kemampuan, dan terapi perilaku [3,5,7].

Tujuan penanganan, khususnya dalam bentuk terapi dan latihan adalah agar fokus dan konsentrasi anak meningkat dan sisi impulsif dapat berkurang [3,5,7].

Sementara itu, penanganan anak autisme lebih kepada obat-obatan anticemas, terapi bicara, terapi fisik dan okupasi, serta terapi kemampuan sosial untuk berinteraksi lebih baik dengan orang-orang sekitarnya [4,5,8].

Para orang tua diharapkan memahami perbedaan ADHD dan autisme untuk dapat menangani gejala yang anak alami secara benar.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment