Alergi kosmetik ialah reaksi alergi terhadap komponen dalam produk kosmetik. Kosmetik meliputi substansi yang diaplikasikan pada permukaan kulit, rambut, atau kuku, yang didesain untuk mengubah penampilan seseorang untuk sementara waktu[1, 2].
Reaksi alergi merupakan reaksi berlebihan dari sistem imun tubuh terhadap substansi yang normalnya tidak berbahaya. Reaksi alergi terhadap kosmetik sering memicu gejala seperti gatal, ruam merah pada kulit atau dermatitis kontak[2, 3].
Tingkat gejala alergi kosmetik juga berbeda-beda, dapat berupa ruam kulit ringan hingga reaksi alergi berat. Gejala dapat mulai muncul tepat setelah menggunakan produk baru atau bisa juga muncul setelah bertahun-tahun menggunakan produk tertentu tanpa mengalami masalah[3].
Reaksi terhadap kosmetik umum terjadi dan pemeriksaan dokter akan membedakan antara sensitivitas akibat alergi dari reaksi iritasi biasa. Biasanya iritasi akan terjadi saat pertama kali kosmetik diaplikasikan, sedangkan reaksi alergi akan memerlukan beberapa kali paparan sebelum menimbulkan gejala[1].
Alergi kosmetik dapat dialami oleh siapa saja dan pada usia berapa saja. Studi dermatologi tahun 2010 menemukan bahwa lebih dari sepertiga dari 900 lebih partisipan studi memiliki setidaknya satu reaksi alergi terhadap bahan kosmetik[2, 3].
Prevalensi pasti alergi kosmetik pada populasi umum tidak diketahui, tapi beberapa studi mengindikasikan bahwa hingga 10% dari populasi mengalami beberapa jenis reaksi terhadap suatu produk kosmetik[1, 4].
Alergi kosmetik lebih umum dialami oleh wanita karena mereka cenderung lebih sering menggunakan kosmetik daripada pria[1].
Daftar isi
Reaksi Terhadap Kosmetik
Saat mengalami reaksi terhadap suatu produk perawatan kulit, kita sering kali menyebutnya sebagai alergi. Akan tetapi tidak semua reaksi kulit merupakan alergi[5].
Iritasi pada kulit yang disertai gatal dan kemerahan disebut sebagai dermatitis. Paparan terhadap kosmetik dapat mengakibatkan berbagai macam reaksi, meliputi[3, 4, 5]:
Dermatitis Kontak Iritan
Reaksi terjadi karena suatu komponen dalam kosmetik mengiritasi kulit. Sekitar 80% kasus dermatitis kontak berupa dermatitis kontak iritan. Gejala terbatas pada bagian di mana kosmetik diaplikasikan dan reaksi tidak melibatkan sistem imun.
Dermatitis biasanya mulai muncul sebagai petak-petak kulit bersisik yang gatal atau ruam merah. Dermatitis kontak iritan juga dapat menyebabkan kulit melepuh yang mengeluarkan cairan.
Paparan terhadap senyawa iritan kuat dapat mengakibatkan reaksi yang muncul dalam hitungan menit atau jam. Sementara senyawa iritan yang lebih lemah dapat memerlukan paparan selama beberapa hari atau minggu sebelum menimbulkan gejala.
Dermatitis Kontak Alergik
Dermatitis kontak alergik terjadi ketika sistem imun seseorang bereaksi terhadap suatu alergen. Reaksi berupa timbulnya ruam kulit, biasanya memerlukan waktu lebih dari 12 jam setelah kontak dengan alergen dan kondisi paling buruk terjadi pada 48 jam setelah paparan.
Gejala dermatitis kontak alergik meliputi kulit merah, pembengkakan, gatal berat dan eritema urtikaria. Reaksi alergi paling umum terjadi pada bagian wajah, bibir, mata, dan leher. Reaksi biasanya lebih berat daripada dermatitis kontak iritan.
Urtikaria Kontak
Reaksi ditandai dengan sensasi terbakar pada bagian tertentu, kesemutan, dan gatal yang dapat muncul dalam hitungan menit hingga sekitar 1 jam setelah senyawa kontak dengan kulit.
Penderita juga dapat mengalami pembengkakan dan kulit kemerahan. Ruam biasanya membaik dengan sendirinya dalam 24 jam setelah muncul.
Dermatitis Fotocontak
Dermatitis fotocontak terjadi akibat interaksi bahan dalam kosmetik dengan paparan sinar matahari.
Anafilaksis
Anafilaksis merupakan bentuk reaksi alergi berat. Anafilaksis menyebabkan kesulitan bernapas, mual dan muntah, serta urtikaria akut dan angioedema. Kasus anafilaksis tergolong langka, akan tetapi dapat berakibat fatal.
Gejala Alergi Kosmetik
Reaksi alergi dapat memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda pada setiap kasus. Alergi kosmetik dapat menimbulkan gejala seperti[1, 2, 6]:
- gatal
- ruam
- kulit mengeripik atau mengelupas
- wajah bengkak
- iritasi mata, mulut, dan hidung
- mengi
- sensasi menyengat
- komedo
- folikulitis
- kulit menjadi lebih hitam
Pada kasus berat, alergi dapat mengakibatkan anafilaksis, yaitu reaksi alergi berat yang dapat berakibat fatal. Anafilaksis memerlukan pertolongan medis segera[2, 6].
Gejala anafilaksis meliputi[2, 6]:
- kesadaran menurun
- napas pendek
- kesulitan menelan
- pusing
- sakit dada
- denyut nadi cepat dan lemah
- mual
- muntah
Reaksi biasanya tidak langsung terjadi saat menggunakan produk pertama kali. Reaksi alergi cenderung muncul setelah pernah menggunakan produk sekali atau lebih[5].
Setelah mengalami alergi, pasien akan terus memiliki alergi seumur hidup, sehingga reaksi alergi akan muncul setiap kali menggunakan produk yang mengandung alergen (substansi penyebab alergi)[5].
Penyebab Alergi Kosmetik
Terdapat ribuan bahan yang digunakan dalam produk kosmetik dan perawatan kulit. Banyak di antaranya berpotensi sebagai alergen. Jenis alergen yang paling sering menyebabkan alergi kosmetik ialah pewangi, pengawet, dan paraphenylenediamine (PPD) di dalam pewarna rambut[4].
Berikut berbagai jenis zat yang dapat menyebabkan alergi kosmetik[1, 4, 5, 6]:
Pewangi
Terdapat lebih dari 5.000 pewangi yang digunakan dalam produk kosmetik dan perawatan kulit. Senyawa pewangi paling banyak ditemukan pada kosmetik seperti parfum, sampo, kondisioner, pelembap, kosmetik wajah, dan deodoran.
Pewangi merupakan penyebab paling umum terjadinya dermatitis kontak akibat produk kosmetik. Reaksi alergi dapat menimbulkan gejala berupa ruam pada leher yang muncul pada suatu pola yang sesuai dengan bagian yang terpapar parfum/pewangi.
Sekitar 70-80% alergi pewangi dapat dikenali menggunakan patch test dengan Fragrance Mix dan Balsam of Peru.
Pengawet
Senyawa pengawet merupakan penyebab paling umum kedua dermatitis alergik kontak akibat kosmetik. Pengawet digunakan dalam produk kosmetik yang mengandung air untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur. Pengawet dapat ditemukan pada berbagai produk kosmetik dan produk kebersihan.
Jenis pengawet yang umum ditemukan dalam kosmetik meliputi:
- Parabean
- Formaldehyde
- Imidazolidinyl urea
- Quaternium-15
- Isothiazolinone
- Methylisothiazolinone
PPD di dalam Cat Rambut
Paraphenylenediamine (PPD) merupakan bahan penyebab paling umum ketiga terjadinya dermatitis kontak alergik akibat kosmetik. PPD banyak digunakan dalam cat rambut permanen karena menghasilkan warna yang alami.
Reaksi alergi terhadap PPD dapat berupa gejala ringan, seperti dermatitis pada kelopak mata atas atau tepi telinga. Pada kasus tertentu, alergi dapat menimbulkan reaksi berat seperti pembengkakan kulit kepala, wajah, dan lebih luas lagi.
Coating Kuku
Reaksi pada coating akrilik pada kuku jari umum menyebabkan dermatitis kontak pada bagian jari tangan, wajah, dan kelopak mata. Hal ini dikarenakan orang yang menggunakan kosmetik pada kuku jari seperti kuku buatan atau coating, tanpa sadar sering menyentuh wajah dan kelopak mata.
Senyawa yang umum digunakan dalam coating kuku meliputi akrilat dan resin berbahan dasar formaldehid. Senyawa ini dapat ditemukan dalam cat kuku, terutama pada produk yang mengklaim dapat memperkuat kuku dan mengandung coating tingkat tinggi.
Sulfat
Sodium laureth sulfate dan sodium lauryl sulfate merupakan dua bahan yang umum digunakan dalam produk perawatan kulit, dan produk untuk mandi dan rambut. Kedua bahan ini dapat menimbulkan reaksi alergi berupa ruam dan gatal-gatal.
Benzil Alkohol
Benzil alkohol digunakan untuk aromanya, kemampuan untuk mengawetkan, dan manfaat antimikroba. Pada kasus langka, benzil alkohol dapat mengakibatkan reaksi seperti gatal-gatal.
Propilen Glikol
Propilen glikol umum digunakan dalam pelembap sebagai substansi yang berfungsi untuk mengunci kelembapan. Bahan ini dapat menimbulkan reaksi alergi, bahkan pada konsentrasi rendah.
Minyak Esensial
Minyak esensial ialah substansi terkonsentrasi tinggi yang diekstrak dari berbagai tumbuhan untuk aroma dan manfaat antimikroba. Minyak esensial yang merupakan alergen paling umum ialah minyak pohon teh.
Komponen Alami
Beberapa produk kosmetik dapat mengandung komponen yang berasal dari bahan alami, antara lain[5]:
- Gluten: orang yang sensitif terhadap gluten sebaiknya mewaspadai aplikasi produk kosmetik yang mengandung gluten pada sekitar bibir atau mulut. Terdapat risiko gluten tertelan secara tidak sengaja saat mandi sehingga reaksi alergi muncul.
- Guanine: dikenal juga sebagai sisik ikan. Komponen ini perlu diwaspadai oleh orang yang memiliki alergi ikan. Guanine dapat digunakan dalam lipstick, cat kuku, eye shadow, dan produk berkilauan lain.
- Lanolin: berasal dari bulu domba dan digunakan dalam produk pelembap seperti losion tubuh dan krim wajah
- Minyak arachis: dapat terkandung dalam beberapa krim dan pensil mata
- Minyak almon: ditemukan dalam beberapa sampo, gel mandi, minyak mandi, dan pelembap kuilt
- Senyawa yang berasal dari telur atau susu: dapat digunakan sebagai bahan sampo
- Alpukat: digunakan dalam beberapa pelembap
- Minyak biji wijen: dapat ditemukan dalam pelembap wajah/tangan dan sabun
- Senyawa yang berasal dari buah: dapat ditemukan dalam produk kosmetik wajah dan lip balm
- Senyawa yang berasal dari lupin: dapat terkandung dalam makeup dan produk perawatan kulit
- Minyak kacang Macadamia: terdapat dalam beberapa balsem dan serum pelurus rambut
Produk Kosmetik yang Umum Menyebabkan Alergi
Berbagai produk kosmetik diketahui dapat menyebabkan reaksi alergi dan dermatitis kontak iritan. Berikut beberapa produk yang umum menjadi penyebab[5]:
- Sabun dan gel mandi
- Krim pelembap
- Cat rambut
- Kuku artifisial
- Parfum
- Cat kuku
- Tabir surya
- Sampo
- Henna
- Deodoran
- Tisu pembersih
Diagnosis Alergi Kosmetik
Jika dokter menduga reaksi disebabkan oleh alergi kosmetik, maka untuk mendiagnosis pasien dapat diminta untuk melakukan tes pengaplikasian produk, seperti patch test[1, 4].
Tes ini dilakukan dengan menempatkan sejumlah kecil alergen pada kulit dan menutupnya selama 48 jam. Dokter akan memeriksa kondisi kulit setelah 72 hingga 96 jam dan mengecek ada tidaknya reaksi alergi[2, 4].
Jika timbul reaksi alergi, maka dokter dapat melakukan tes lain untuk memeriksa jenis alergi yang dialami dan menentukan jenis senyawa penyebab alergi secara spesifik[1].
Jika pasien memiliki kulit sensitif, maka patch test dapat kurang spefisik untuk mengidentifikasi alergen. Selain itu, karena adanya berbagai alergen potensial di dalam kosmetik, diagnosis dapat meliputi tes terhadap berbagai senyawa yang berbeda[2, 4].
Tes lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis alergi kosmetik ialah[2]:
- Prick Test: dilakukan dengan menempatkan alergen pada kulit pasien dan menusuk kulit pada bagian yang sama menggunakan jarum. Bagian yang ditusuk akan dipantau untuk memeriksa muncul atau tidaknya reaksi alergi.
- Tes intradermal: alergen diinjeksikan ke dalam lapisan atas kulit kemudian dilakukan pengamatan reaksi alergi.
- Tes darah alergi: meliputi pengujian sampel darah pasien dan menambahkan alergen lalu dianalisa apakah terbentuk antibodi. Pasien yang alergi akan memproduksi antibodi untuk merespon alergen.
Pengobatan Alergi Kosmetik
Dermatitis kontak akan membaik dengan segera setelah alergen dalam kosmetik dihilangkan. Untuk mengatasi gejala seperti gatal, bengkak, dan kulit kemerahan, dapat digunakan krim dan salep yang mengandung steroid topikal ringan, seperti krim hidrokortison[3, 4].
Gejala gatal ringan juga dapat diredakan dengan antihistamin seperti diphenhydramine atau loratadine. Untuk reaksi alergi berat, okter dapat meresepkan krim steroid[4, 5].
Jika reaksi alergi terjadi pada bagian kulit dengan meluas, dokter dapat meresepkan kortikosteroid oral seperti prednisone. Penggunaan obat perlu dilakukan sesuai petunjuk dokter, meski gejala kulit dapat menghilang setelah beberapa hari saja[6].
Pencegahan Alergi Kosmetik
Cara paling efektif untuk menghindari terjadinya reaksi alergi seperti dermatitis kontak akibat kosmetik ialah dengan menghindari semua produk yang mengandung alergen[4].
Berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah alergi kosmetik[3, 4]:
- Membaca daftar bahan-bahan pada semua produk kosmetik yang digunakan. Hal ini penting untuk memastikan apakah produk mengandung alergen tertentu.
- Melakukan tes pada produk kosmetik baru dengan menempatkan sejumlah kecil produk pada pergelangan tangan atau siku bagian dalam dan amati selama 24-48. Jika mengalami kulit kemerahan, bengkak, gatal, atau sensasi terbakar, jangan gunakan produk.
- Memilih produk dengan bahan yang lebih sedikit untuk meminimalkan risiko terdapatnya alergen.
- Mengaplikasikan parfum pada pakaian bukan pada kulit secara langsung. Biarkan parfum mengering sebelum menggunakan pakaian. Cara ini dapat mengurangi risiko reaksi alergi terhadap pewangi.
- Perlu diingat pula bahwa meskipun produk memiliki label “hipoalergenik”, “sensitivity tested”, atau “non-iritating”, tidak menjamin bahwa produk tidak akan mengakibatkan reaksi pada kulit. Untuk opsi yang lebih aman, sebaiknya membaca daftar bahan yang digunakan.
- Memperhatikan komponen atau bahan pada produk berlabel “natural”. Produk natural atau alami sering kali dianggap lebih sehat dan aman, tapi hal ini bukan berarti produk natural bebas dari komponen alergen. Faktanya, sebagian besar alergen termasuk dalam protein natural.
- Mewaspadai kosmetik dengan label “tanpa aroma” tidak berarti bahwa produk tersebut tidak mengandung zat pewangi sama sekali. Ada kemungkinan produk menggunakan pewangi untuk menutupi aroma dari senyawa lain. Pilihlah produk dengan label “tanpa pewangi”.