Rekonstruksi Payudara : Jenis – Prosedur – Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Rekonstruksi Payudara?

Rekonstruksi payudara adalah tindakan bedah plastik rekonstruktif terhadap payudara untuk membuat tampilannya kelihatan seperti semula sebelum terkena penyakit [1,2].

Bedah ini bertujuan membuat cetakan payudara agar kedua payudara lebih simetris [1,2].

Rekonstruksi payudara juga berbeda dari mastektomi atau bedah pengangkatan payudara [1,2].

Prosedur rekonstruksi payudara biasanya dapat pasien tempuh setelah menjalani proses bedah pengangkatan payudara [1,2].

Manfaat / Tujuan Rekonstruksi Payudara

Rekonstruksi payudara adalah tindakan bedah yang biasanya direkomendasikan oleh dokter atau diputuskan oleh pasien untuk menempuhnya setelah menjalani mastektomi atau lumpektomi [1,2].

Pembentukan kembali payudara yang jaringannya sudah diangkat melalui mastektomi atau lumpektomi menjadi tujuan utama [1,2].

Bila pasien kehilangan sebagian jaringan payudara, maka rekonstruksi payudara paling dibutuhkan agar payudara tampak simetris dari segi ukuran maupun bentuknya [1,2].

Setelah pasien menjalani rekonstruksi payudara, diharapkan penampilan payudara menjadi lebih baik dan rasa percaya diri juga meningkat [2].

Meski rekonstruksi payudara membantu memperbaiki penampilan payudara, tak jarang pula pasien yang enggan menempuh tindakan ini setelah mastektomi [2].

Jenis-jenis Rekonstruksi Payudara

Rekonstruksi payudara yang dapat ditempuh usai menjalani mastektomi terdiri dari tiga jenis metode, yakni sebagai berikut [1,2].

Rekonstruksi Implan

Pada jenis rekonstruksi implan, dokter bedah pada prosedurnya akan menggunakan implan silikon atau saline [1,2,3].

Penggunaan implan silikon atau saline ini adalah untuk menciptakan kembali jaringan payudara, meskipun terkadang dokter juga akan menggunakan implan dan jaringan dari tubuh pasien sendiri lalu mengombinasikannya [1,2,3].

Rekonstruksi implan adalah prosedur rekonstruksi payudara yang bisa dokter terapkan bersamaan dengan mastektomi [1,2,3].

Namun walaupun pasien ingin menjalaninya secara terpisah pun tetap diperbolehkan, yakni setelah mastektomi usai [2].

Rekonstruksi implan sendiri masih terbagi lagi menjadi tiga jenis tindakan, yaitu [2,3] :

  • Di atas otot dada, yaitu proses ketika dokter menempatkan implan di bagian atas otot dada pasien di mana setelah menjalani prosedur ini pun pasien bisa pulih dengan cepat karena otot dada tidak terpengaruh.
  • Di bawah otot dada, yaitu proses ketika dokter menempatkan implan di bawah payudara pasien supaya otot dada terangkat atau tersangga sehingga terlihat lebih naik.
  • Implan dengan tissue expander, yaitu proses ketika sebuah expander dokter pasang di bawah kulit dan pasien perlu datang seminggu sekali ke dokter agar expander tersebut bisa diisi dengan saline. Hasilnya, kulit akan meregang/melebar (expand) secara perlahan dan ketika sudah cukup melebar, dokter baru memutuskan pemasangan implan.

Rekonstruksi Flap

Tipe rekonstruksi payudara lainnya adalah metode rekonstruksi flap, yakni prosedur rekonstruksi payudara dengan mengambil jaringan dari tubuh pasien sendiri (jaringan autologous) [1,2,4,5].

Rekonstruksi flap juga disebut dengan istilah rekonstruksi autologous karena proses pengambilan jaringan autologous [1,2,4,5].

Jaringan-jaringan tubuh yang biasanya dokter ambil untuk proses rekonstruksi flap adalah jaringan bawah perut, bokong, punggung, atau paha [2,4,5].

Untuk bagian tubuh yang hendak diambil jaringannya lalu dibentuk kembali oleh dokter bedah sebagai payudara baru, dokter akan lebih dulu menghilangkan otot, pembuluh darah, kulit dan lemak dari jaringan tersebut [2,4,5].

Sama seperti halnya rekonstruksi payudara metode implan, rekonstruksi flap juga terdiri dari beberapa metode, yakni [2,4,5] :

  • TRAM flap, yaitu proses menghilangkan pembuluh darah, otot, lemak dan kulit dari bagian perut bawah yang hendak digunakan dalam rekonstruksi payudara.
  • DIEP flap, yaitu proses mengambil pembuluh darah, lemak, dan kulit dari perut bawah namun tanpa menghilangkan ototnya.
  • PAP flap, yaitu proses di mana dokter bedah menghilangkan jaringan dari bagian belakang dan dalam paha tanpa bagian ototnya yang hendak digunakan untuk rekonstruksi payudara.
  • SGAP flap, yaitu proses di mana dokter menghilangkan jaringan dari bokong tanpa mengambil ototnya.
  • IGAP flap, yaitu proses pengambilan jaringan dari bokong, namun otot tidak digunakan.
  • Latissimus dorsi flap, yaitu ketika dokter menghilangkan otot dan jaringan punggung pasien yang hendak digunakan dalam proses rekonstruksi payudara.
  • SIEA flap, yaitu proses serupa dengan DIEP flap hanya saja pembuluh darahnya dibiarkan dan tidak dihilangkan karena dokter menggunakannya; namun, teknik satu ini lebih jarang digunakan.
  • TUG flap, yaitu proses serupa dengan PAP flap hanya saja dokter menggunakan jaringan dari paha menyertakan pula jaringan maupun otot dari paha pasien.

Rekonstruksi Onkoplastik

Pada jenis rekonstruksi payudara yang disebut dengan rekonstruksi onkoplastik, biasanya pasien bisa menempuhnya setelah menjalani lumpektomi, bukan mastektomi [2,6].

Pada prosedur bedah rekonstruksi onkoplastik, dokter bedah menerapkan metode pengencangan atau pengecilan payudara di saat yang sama dengan proses lumpektomi [2,6].

Tujuan dari rekonstruksi ini entah dalam bentuk mengecilkan atau mengencangkan adalah dengan meningkatkan bentuk payudara pasien [2,6].

Bagaimana cara mengetahui metode rekonstruksi payudara yang tepat?

Pasien bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai seluruh riwayat medis (baik kondisi kesehatan menyeluruh hingga riwayat pengobatan) [2].

Dokter biasanya akan menggunakan beberapa hal ini sebagai poin pertimbangan dalam menentukan jenis rekonstruksi payudara yang paling sesuai bagi pasien [2].

  • Pola hidup pasien
  • Kesehatan pasien secara keseluruhan
  • Usia pasien
  • Tujuan pasien menjalani rekonstruksi pasien dan penampilan payudara seperti apa yang diharapkan
  • Riwayat operasi
  • Jenis mastektomi atau lumpektomi yang pernah ditempuh
  • Berapa banyak jaringan payudara yang masih tersisa dari hasil lumpektomi atau mastektomi
  • Apakah pasien perlu menjalani terapi radiasi dan kemoterapi

Persiapan dan Prosedur Rekonstruksi Payudara

Pasien dengan gangguan kesehatan payudara biasanya menjalani rekonstruksi payudara usai menjalani lumpektomi atau mastektomi [2].

Dokter kemungkinan akan menyarankan pasien menjalani terapi radiasi atau kemoterapi lebih dulu apabila pasien mengalami kanker payudara [2].

Beberapa persiapan yang pasien perlu lakukan sebelum menjalani rekonstruksi payudara adalah [2] :

  • Berkonsultasi dengan dokter mengenai tujuan dan hasil yang diharapkan dari proses rekonstruksi payudara.
  • Menjalani pemeriksaan komprehensif.
  • Menginformasikan kepada dokter mengenai riwayat medis dan riwayat pengobatan.
  • Memberi tahu dokter mengenai pola hidup yang selama ini dimiliki.
  • Menghentikan penggunaan obat apapun yang sedang dikonsumsi beberapa hari sebelum menjalani rekonstruksi payudara (konsultasikan lebih detail dengan dokter mengenai berapa hari harus melakukannya).
  • Melakukan puasa sebelum menjalani rekonstruksi payudara (apabila dianjurkan oleh dokter dan pasien pun perlu menanyakan tentang berapa jam harus menerapkan puasa).

Ketika proses persiapan telah dilakukan dengan baik, maka pada hari-H pasien bisa langsung menempuh rekonstruksi payudara [2].

Berikut ini adalah beberapa langkah dari prosedur rekonstruksi payudara [1,2,3,4,5] :

  • Dokter akan memberi anestesi atau obat bius lebih dulu kepada pasien.
  • Pasien setelah diberi anestesi akan merasa mengantuk lalu tertidur dan selama proses rekonstruksi payudara pasien tidak akan merasakan sakit.
  • Tergantung dari teknik rekonstruksi payudara yang pasien tempuh, dokter akan melakukannya sesuai dengan jenisnya.
  • Jika menjalani rekonstruksi implan, maka dokter kemudian memasang implan di dalam dada pasien.
  • Jika menjalani rekonstruksi flap, dokter lebih dulu mengambil jaringan dari satu bagian tubuh pasien yang lain, membentuknya menjadi payudara dan kemudian baru memasangkannya sebagai payudara baru.
  • Selama prosedur rekonstruksi payudara, dokter akan memasukkan sebuah selang tipis ke bawah kulit pasien yang ujungnya muncul dari dada pasien. Selang ini berguna sebagai pengalir darah sekaligus cairan di saat bersamaan dengan waktu pasien pulih.
  • Dokter akan segera melepas selang tipis tadi apabila kondisi pasien stabil dan tidak membutuhkannya lagi.

Perawatan Setelah Rekonstruksi Payudara

Usai menjalani rekonstruksi payudara, dokter akan meminta pasien untuk tetap berada di rumah sakit untuk rawat inap selama kurang lebih 1 minggu [2].

Selama masa pemulihan di rumah sakit pasien berada di bawah pemantauan tenaga medis [2].

Selama di rumah sakit pun usai rekonstruksi payudara, pasien perlu mengenakan bra khusus bedah untuk mempercepat dan memaksimalkan pemulihan [2].

Bra ini juga biasanya mengurangi pembengkakan sekaligus mendukung agar payudara tetap berada di tempatnya dengan stabil [2].

Setelah dipastikan pulih benar, dokter akan memperbolehkan pasien pulang ke rumah dan memberi instruksi apa saja yang pasien perlu lakukan untuk perawatan luka bekas operasi [2].

Dokter juga akan memberi obat pereda nyeri apabila memang dibutuhkan; pemberian disesuaikan dengan kondisi pasien [2].

Pemulihan setiap pasien bisa berbeda-beda karena kesehatan menyeluruh pasien dan jenis rekonstruksi payudara yang ditempuh sangat menentukan cepat lamanya pemulihan [2].

Membutuhkan waktu hingga berminggu-minggu untuk menghindari aktivitas berat, seperti berolahraga, mengangkat benda berat, dan aktivitas lainnya [2].

Konsultasikan perkembangan kondisi pasca rekonstruksi payudara dengan dokter supaya dapat mengetahui kapan pasien bisa kembali beraktivitas normal [2].

Risiko Komplikasi Rekonstruksi Payudara

Seperti pada proses bedah lainnya, walau tingkat keberhasilan prosedur rekonstruksi payudara termasuk tinggi, risiko komplikasi tetap ada.

Beberapa risiko komplikasi yang perlu pasien pertimbangkan sebelum menempuh rekonstruksi payudara adalah [1,2] :

  • Perdarahan
  • Infeksi
  • Ukuran dan bentuk yang berbeda satu sama lain pada payudara. Walau bertujuan membuat keduanya simetris, ada kalanya tidak berjalan sesempurna itu. Satu sisi payudara dapat lebih keras dari sisi lainnya dan baik puting payudara maupun areola berpotensi nampak tidak simetris.
  • Penggumpalan darah; kondisi ini jauh lebih berpotensi terjadi bila pasien harus menjalani rekonstruksi flap atau autologous.
  • Nekrosis atau kematian jaringan transplantasi yang kemungkinan terjadi usai menjalani rekonstruksi flap.
  • Memar atau bekas luka pada area payudara yang direkonstruksi; kondisi efek samping seperti ini tergolong wajar dan bekas luka akan memudar seiring waktu.
  • Masalah pada implan (terjadi robekan, pecah, atau kerutan pada implan), jika pasien menempuh rekonstruksi implan.

Bila beberapa kondisi seperti perubahan warna pada payudara dan area bekas rekonstruksi berubah, terjadi perdarahan/keluar nanah dari bekas luka operasi, nyeri yang semakin hebat, hingga demam (tanda infeksi), segera konsultasikan kondisi ini dengan dokter [2].

Pastikan sebelum menempuh prosedur rekonstruksi payudara, pasien sudah lebih dulu mengumpulkan informasi dari dokter mengenai manfaat, prosedur itu sendiri, dan risiko efek sampingnya [2].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment