Stimulan Otot Kolinergik : Manfaat, Cara Kerja dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Stimulan otot kolinergik adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan kadar asetilkolin pada neuromuscular junction, yaitu hubungan antara otot dan saraf. Obat ini digunakan pada kondisi myasthenia gravis,... yaitu suatu penyakit kronik yang menyebabkab kelemahan otot. Obat ini merupakan golongan obat keras dan tidak dijual bebas, sehingga penggunaannya harus berdasarkan instruksi dan resep dokter. Jika dokter meresepkan obat ini pada Anda, jangan merekomendasikan obat ini kepada orang lain yang mungkin memiliki gejala yang sama dengan Anda. Selalu informasikan kepada dokter jika Anda memiliki alergi obat, sedang dalam kondisi hamil atau menyusui, riwayat penyakit dan konsumsi obat apa saja yang Anda miliki. Read more

Miastenia gravis (MG) merupakan penyakit jangka panjang yang melibatkan kelemahan terhadap otot yang parah. Penyakit ini terjadi ketika saraf tidak dapat lagi mengirim sinyal ke otot dengan benar. Miastenia gravis (MG) akan memengaruhi otot pada mata, wajah, leher, lengan dan kaki[1].

Miastenia gravis (MG) akan terjadi pada usia berapapun, dan paling sering terjadi pada wanita berusia 20-40 tahun dan pada pria berusia 60-80 tahun. Adapun hal yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini yaitu adanya penyakit autoimun yang membuat antibodi menyerang sel tubuh sendiri, adanya masalah pada kelenjar di dada, adanya anggota keluarga yang memiliki miastenia gravis (MG), dan dari obat-obatan tertentu serta setelah pembedahan[1].

Fungsi Stimulan Otot Kolinergik

Stimulan otot kolinergik merupakan sekelompok obat yang berfungsi meningkatkan keberadaan asetilkolin, neurotransmitter, pada sambungan neuromuskuler[2].

Stimulan otot kolinergik pada umumnya merupakan penghambat kolinesterase. Bertindak dengan membuat enzim kolinesterase menjadi terblokir yang bertanggung jawab dalam memecah asetilkolin pada sinapsis. Dengan penghambatan ini maka akan memberikan lebih banyak asetilkolin pada sambungan neuromuskuler dalam jangka waktu yang lebih lama[2].

Stimulan otot kolinergik digunakan dalam[2,3,4,5]:

  • Mendiagnosis juga mengobati miastenia gravis, kelainan kronis yang menyebabkan kelemahan pada otot
  • Membalikkan efek obat anestesi yang digunakan selama operasi
  • Mengobati sindrom myasthenic Lambert-Eaton pada orang dewasa
  • Personel militer yang telah terpapar gas saraf

Penyakit yang Diatasi dengan Stimulan Otot Kolinergik

Penyakit yang dapat di atasi dengan stimulan otot kolinergik, meliputi[2]:

  • Sindrom Myasthenic Lambert-Eaton
  • Myasthenia gravis
  • Perawatan Awal Agen Saraf
  • Kelainan saraf
  • Pembalikan Blokade Neuromuskuler
  • Pembalikan Relaksan Otot Nondepolarisasi
  • Retensi urin

Lambert-Eaton myasthenic syndrome (LEMS) merupakan gangguan pada sambungan neuromuskuler yang muncul sebagai fenomena paraneoplastik atau gangguan autoimun primer. Kelemahan pada otot adalah manifestasi klinis utama nya. Penyakit ini dikarenakan oleh pembentukkan antibodi terhadap saluran kalsium gerbang tegangan pada terminal saraf presinaptik, sehingga akan membuat neurotransmitter asetilkolin (ACh) mengalami penurunan[8].

Retensi urin adalah penyakit dalam ketidakmampuan untuk berkemih, yang merupakan masalah medis yang umum. Bila tidak segera di tangani akan menyebabkan kerusakan pada ginjal atau urosepsis, yang dapat berakibat fatal. Penyakit retensi urin yang akut mudah diobati, karena pasien hanya mengeluhkan nyeri hipogastrik dan anuria[9].

Retensi urin kronis (CUR) jauh lebih sulit untuk diidentifikasi, karena terkait dengan peningkatan post-void residual urine (PVR), namun sifat asimtomatiknya akan membuatnya menjadi keadaan yang tersembunyi. Saluran kemih bagian bawah dapat dipengaruhi oleh berbagai penyebab intrinsik dan ekstrinsik, obstruktif dan non-obstruktif, sehingga dapat menyebabkan retensi urin[9].

Cara Kerja Stimulan Otot Kolinergik

Stimulan otot kolinergik pada umumnya merupakan penghambat kolinesterase. Bertindak dengan membuat enzim kolinesterase menjadi terblokir yang bertanggung jawab dalam memecah asetilkolin pada sinapsis. Dengan penghambatan ini maka akan memberikan lebih banyak asetilkolin pada sambungan neuromuskuler dalam jangka waktu yang lebih lama[2].

Melalui neostigmin yang bertindak menghambat hidrolisis asetilkolin yang bersaing dengan asetilkolin dalam situs pengikatannya pada asetilkolinesterase. Hal tersebut akan memfasilitasi transmisi impuls melewati persimpangan neuromuskuler, sehingga dapat membuat aksi kolinergik menjadi meningkat. Dan juga memiliki efek kolinomimetik langsung pada otot rangka juga mungkin pada sel ganglion otonom dan neuron dari sistem saraf pusat[6].

Secara oral onset neostigmin kisaran 1-2 jam, dan secara intramuskular kira-kira 20-30 menit. Dan durasinya dalam oral 2-4 jam, dengan intramuskular kira-kira 2,5-4 jam. Dari saluran gastrointestinal obat ini diserap dengan buruk dengan ketersediaan hayatinya kisaran 1-2% dan plasma puncak mencapai 1-2 jam[6].

Dengan melintasi plasenta dan masuk ke dalam ASI, obat ini berdistribusi, juga dengan volume distribusi yang mencapai 0,12-1,4 L / kg melalui intravena dengan protein plasma yang terikat kisaran antara 15-25%[6].

Pada hati obat ini menjalani metabolisme dan dihidrolisis oleh kolinesterase. Pengeluaran obat ini melalui urin tidak berubah sebagai obat dan metabolit dengan paruh waktu antara 42-60 menit melalui oral dan 51-90 menit melalui intramuskular serta 24-113 menit melalui intravena[6].

Contoh Obat Stimulan Otot Kolinergik

Stimulan otot kolinergik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, larutan intravena. Jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, dan ada yang dihentikan.

Contoh stimulan otot kolinergik dengan resep dokter dan dihentikan termasuk[2]:

  • Neostigmin
  • Amifampridine
  • Pyridostigmine
  • Edrophonium
  • Atropin / edrophonium
  • Ambenonium

Neostigmin adalah obat yang telah mendapatkan persetujuan dari FDA dalam membalikkan efek dari agen penghambat neuromuskuler non-depolarisasi setelah operasi. Dengan pemberian obat ini, konsentrasi asetilkolin akan meningkat pada sambungan neuromuskuler yang membuat otot berkontraksi dengan kekeuatan penuhnya, sehingga pasien dapat bernapas dengan spontan dan akan melindungi saluran napas dengan aman setelah keluar dari anatesi[7].

Amifampridine merupakan saluran kalium yang berfungsi dalam meningkatkan asetilkolin di celah sinaptik ujung saraf perifer yang digunakan dalam mengobati sindrom miastenik Lambert-Eaton[10].

Efek Samping Stimulan Otot Kolinergik

Stimulan otot kolinergik dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan. Beberapa efek samping umum dari stimulan otot kolinergik termasuk[3,4,5]:

  • Mual
  • Muntah
  • Detak jantung lambat
  • Perasaan geli di tangan, kaki, wajah, mulut, atau bagian lain dari tubuh
  • Sakit perut
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Sakit punggung
  • Peningkatan tekanan darah
  • Tes fungsi hati yang abnormal
  • Kejang otot
  • Gejala pilek
  • Hidung tersumbat
  • Bersin
  • Sakit tenggorokan
  • Kram otot, berkedut
  • Berkeringat
  • Peningkatan air liur
  • Batuk dengan lendir
  • Ruam
  • Penglihatan kabur

Bila mengalami obstruksi kandung kemih atau usus juga gangguan serius yang disebut dengan peritonitis, yaitu radang selaput yang melapisi organ di dalam perut, tidak boleh diobati dengan neostigmin[3].

Obat amifampridine dapat menyebabkan kejang, juga bila sebelumnya belum pernah mengalami kejang. Hentikan penggunaan terhadap obat ini jika kejang terjadi[4].

Katakan pada dokter bila memiliki penyakit asma atau penyakit ginjal. Dokter akan memastikan, bahwa aman untuk menggunakan pyridostigmin[5].

Apabila neostigmin digunakan bersama dengan relaksan otot depolarisasi, dapat mempotensiasi blokade neuromuskuler, sehingga akan terjadi apnea yang berkepanjangan. Dan apabila digunakan bersama dengan aktivitas penghambat neuromuskuler dapat melawan efek neostigmin[6].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment