13 Tanda Overthinking dan Cara Mengatasinya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Memikirkan tindakan dengan hati-hati merupakan bagian yang penting untuk membuat keputusan yang baik. Namun terkadang situasi tertentu dapat membuat kita memikirkan suatu hal lebih dari seharusnya[1].

Berpikir berlebihan (overthinking) seperti memikirkan hal-hal yang bisa kita kita lakukan dengan cara yang berbeda, memikirkan ulang setiap keputusan yang telah diambil, dan membayangkan setiap skenario terburuk yang mungkin terjadi[2].

Overthinking dapat berdampak merugikan bahkan menghambat langkah kita. Overthinking juga dapat menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk dihentikan jika dibiarkan berlarut-larut[2].

Sebelum mulai menghentikan overthinking, kita perlu mengenali tanda-tanda ketika mengalami overthinking. Berikut beberapa di antaranya:

1. Kesulitan Mengambil Keputusan

Banyak yang meyakini bahwa berpikir lebih lama dan lebih keras membantu dalam membuat keputusan yang tepat. Sehingga akan melihat permasalahan yang dihadapi dari berbagai sisi terlebih dahulu[2].

Akan tetapi, menganalisa secara berlebihan sebenarnya dapat menjadi penghambat. Penelitian menunjukkan bahwa berpikir secara berlebihan membuat seseorang kesulitan untuk mengambul keputusan[2].

Overthinking dapat membuat kita merasa terjebak atau berputar-putar di tempat yang sama. Kita bisa merasa bahwa terdapat banyak kemungkinan di depan sana, namun alih-alih merasa sebagai hal yang baik hal ini justru membuat kita kewalahan[1, 3].

Dalam situasi semacam ini, kita bisa memberlakukan deadline pada diri sendiri, mengenai kapan batas waktu untuk mengambil keputusan. Sebelum atau pada saat deadline tiba, pastikan untuk memantapkan diri dan memilih sesuatu. Setelah itu, kita bisa melakukan koreksi sesuai kebutuhan[1, 3].

2. Mengabaikan Insting

Orang yang berpikir berlebihan cenderung mengabaikan insting yang muncul sesaat dan membuat daftar panjang mengenai pro dan kontra akan suatu pilihan.

Mengamati pro dan kontra memang diperlukan sebelum mengambil keputusan, akan tetapi membiarkan diri kita terlalu lama mempertimbangkannya hingga mengabaikan insting juga bukan hal yang bijak[1, 3].

Insting atau intuisi sering kali mengarahkan kita pada keputusan yang tepat. Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Proceeding of the National Academy of Science menemukan bahwa ketika partisipan studi diminta memilih antara dua opsi berdasarkan insting saja, mereka dapat mengambil keputusan yang tepat hingga 90%[1].

Jika merasa terjebak atau terhenti dalam proses membuat keputusan, cobalah untuk fokus pada emosi. Kita bisa mempertimbangkan suatu opsi berdasarkan apa yang kita rasakan mengenai opsi tersebut[3].

3. Tidak Bisa Memikirkan Hal Lain

Overthinking dapat menyita banyak waktu, energi, dan pikiran. Orang yang overthinking dapat merasa bahwa ia perlu memeriksa setiap opsi yang tersedia berkali-kali untuk memastikan bahwa ia telah memikirkan setiap detail[3].

Orang yang overthinking dapat merasa ia tidak bisa memikirkan hal lain lagi. Jika kita merasakan telah terobsesi pada pikiran yang sama selama beberapa waktu, maka bisa mencoba meditasi kesadaran untuk membantu menghentikan pola berulang ini[3].

4. Kelelahan Secara Mental

Berpikir berlebihan akan membuat otak kita lebih lelah daripada normalnya. Saat overthinking, kita juga merasa kelelahan secara mental dan emosional. Orang yang overthinking dapat merasa kelelahan, letih, dan tidak dapat melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan dengan senang[3].

Cara mengatasinya ialah dengan memperhatikan kondisi diri kita sendiri. Kita tidak akan bisa membuat keputusan yang bijak jika mental dan pikiran kelelahan[3].

Luangkan waktu untuk memulihkan kondisi mental dengan melakukan hal yang membuat kita lebih rileks dan tenang, seperti berendam dengan air hangat, membaca buku, atau jalan-jalan di alam terbuka. Mengalihkan pikiran sebentar dari situasi yang menyebabkan overthinking dapat membantu pengambilan keputusan[3].

5. Sering Merenungkan

Merenung atau memikirkan hal yang sama berkali-kali dalam waktu lama mengenai hal-hal yang terjadi di masa lalu termasuk salah satu tanda dari overthinking[1, 2].

Tidak hanya mengingat mengenai situasi dan percakapan tertentu yang mungkin telah terjadi kemarin atau beberapa tahun yang lalu, orang yang overthinking kemungkinan masih memikirkannya berulang-ulang. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan secara emosional maupun fisik[1, 2].

Menurut studi pada Journal of Abnormal Psychology tahun 2013, berdiam pada masalah, kesalahan, dan kekurangan, meningkatkan risiko untuk mengalami masalah kesehatan mental[2].

Seiring kesehatan mental menurun, seseorang lebih cenderung untuk merenungkan pikiran. Kondisi ini menjadi suatu siklus berulang yang sulit untuk dihentikan[2].

6. Memerlukan Semua Informasi untuk Membuat Keputusan

Untuk membuat keputusan, beberapa informasi dapat diperlukan tapi tidak berarti kita harus mendapatkan semua informasi terlebih dahulu.

Saat seseorang overthinking, ia tidak akan puas jika belum membaca semua hal berkaitan dengan topik dan menanyakan saran semua orang sebelum membuat keputusan[1].

Meminta saran orang lain sebelum mengambil keputusan penting dalam hidup merupakan hal yang wajar dilakukan. Tapi orang yang overthinking mungkin tidak hanya akan bertanya pada satu atau dua orang. Ia akan perlu menanyakan saran dari hampir semua orang yang dikenalnya[3].

Bukan hanya itu, orang yang overthinking dapat lebih menghargai saran orang lain daripada pendapat pribadi. Padahal pendapat pribadi merupakan hal yang tidak boleh diabaikan sebab pada akhirnya kita sendirilah yang akan menjalani hasil keputusan yang dibuat[3].

Salah satu penyebab seseorang cenderung mengandalkan saran orang lain ialah karena ia tidak percaya pada dirinya sendiri. Jika mengenali tanda ini pada diri kita, maka sebaiknya mulai fokus untuk meningkatkan kepercayaan pada diri kita sendiri[3].

7. Tidak Bersama Orang Lain Secara Emosional

Overthinking dapat membuat kita menghabiskan waktu terlalu lama disibukkan dengan pikiran sendiri, yang mana dapat diartikan bahwa kita tidak bersama orang di sekitar kita secara emosional. Orang yang overthinking lebih fokus pada isi pikiran dibandingkan pada orang yang ada di sekitarnya[1].

Hal ini dapat membuat orang-orang merasa kita tidak tertarik pada mereka atau perkataan mereka, yang mana dapat berdampak buruk terhadap hubungan kita dengan orang-orang tersebut. Usahakan untuk menaruh perhatian dan memfokuskan perasaan pada orang-orang di sekitar di tempat kita berada[1].

8. Kesulitan Tidur

Kesulitan tidur sering kali dialami oleh orang yang overthinking karena rumination menghambat kita untuk terlelap tidur atau membuat kita terbangun di tengah malam. Overthinking juga mengganggu kualitas tidur[2, 3].

Ketika tidak mendapatkan cukup tidur, kita akan merasa cemas atau mulai memiliki pikiran yang mengkhawatirkan, yang mana akan makin memperburuk overthinking. Akibatnya, sulit tidur dan overthinking terjadi dalam siklus yang sulit dihentikan[2, 3].  

Cara untuk mengatasinya ialah dengan melakukan rutinitas untuk menenangkan pikiran sebelum tidur. Misalnya dengan bermeditasi sebelum tidur, mendengarkan musik, atau meluangkan waktu setiap sore untuk duduk dan menuliskan hal-hal yang mengganggu pikiran. Dengan menulis kita bisa meringankan beban pikiran dan lebih mudah untuk tidur[1].

9. Menghindari Membuat Pilihan

Overthinking membuat kita tidak bisa melangkah maju ketika kecemasan ikut menghambat dalam melakukan hal yang perlu dilakukan. Kecemasan dapat muncul ketika kita dihadapkan pada keputusan besar[1, 3].

Biasanya kecemasan ini ditandai dengan pikiran seperti “Bagaimana jika?” serta pemikiran-pemikiran mengenai semua kemungkinan jika keputusan yang dibuat salah dan tidak berjalan seperti yang diharapkan[1].

Kecemasan yang memperburuk overthinking dapat menimbulkan tekanan berlebihan. Overthinking dapat membuat pikiran terasa buyar dan tidak karuan, sehingga tidak terlihat akan ada solusi yang baik. Akibatnya seseorang dapat memilih untuk tidak melakukan apapun dan menghindari membuat pilihan[1, 3].

Saat menyadari bahwa kita dengan sengaja memilih tidak bertindak untuk menghindari mengambil keputusan, cobalah untuk menuliskan isi pikiran dalam jurnal harian.

Terkadang, pikiran berputar-putar membuat kita tidak dapat melihat pilihan yang tepat, dan menulis dapat membantu dalam menemukannya[3].

10. Meragukan Diri dalam Aspek Lain Kehidupan

Saat sedang mengalami kesulitan dalam mengambil suatu keputusan besar, kita dapat mulai mengalami kesulitan dalam membuat pilihan-pilihan kecil lain, seperti memilih menu makan malam[3].

Hal ini terjadi karena kita mulai terbiasa meragukan diri sendiri. Kemungkinan karena kita telah menghabiskan waktu lama untuk berpikir berlebihan untuk membuat keputusan besar sehingga tidak memiliki ruang mental untuk memikirkan hal lain[3].

Jika merasakan bahwa kita mulai meragukan diri sendiri dan kesulitan membuat pilihan, maka sebaiknya berbelas kasih pada diri kita. Sebab overthinking membawa berbagai dampak negatif[3].

Penting bagi kita selalu ingat untuk mencintai diri sendiri. Kita juga perlu mengingatkan bahwa meski kita mengalami kesulitan untuk membuat suatu keputusan, hal ini bukan berarti kita tidak mampu membuat keputusan pada situasi lain[3].

11. Membayangkan Skenario Terburuk

Kadang kita berpikir untuk melakukan antisipasi dengan memikirkan berbagai skenario yang mungkin terjadi. Pemikiran ini dapat dianggap sebagai tindakan persiapan dan perencanaan lebih awal, sehingga jika terjadi hal yang buruk nantinya kita akan siap menghadapi[3].

Akan tetapi, saat kita membayangkan terlalu banyak scenario, maka dapat membawa dampak yang berkebalikan dari yang diharapkan. Kemungkinan besar kita justru akan menciptakan lebih banyak kecemasan untuk diri sendiri[3].

Jika merasa mulai membayangkan terlalu banyak skenario potensial, sebaiknya usahakan untuk berhenti berpikir sebentar, menarik napas dalam-dalam, dan cobalah untuk tidak membayangkan skenario lain lagi[3].

12. Tidak Fokus untuk Menemukan Solusi

Berkebalikan dari anggapan bahwa lebih banyak berpikir dapat membantu dalam pengambilan keputusan, berpikir berlebihan justru dapat makin mempersulit. Overthinking berbeda dari memecahkan masalah[2].

Overthinking membuat kita terpaku pada masalah, sedangkan pemecahan masalah fokus untuk menemukan solusi. Berpikir untuk memecahkan masalah dapat mengarahkan kita pada tindakan produktif. Sedangkan overthinking akan memperburuk perasaan tidak enak dan tidak membawa kita pada suatu solusi[2].

13. Mencari Tahu Alasan Tentang Segala Sesuatu

Orang yang overthinking cenderung memiliki kebiasaan menganalisa sekeliling dan mencari tahu alasan tentang segala sesuatu. Orang yang overthinking tidak tertarik pada apa yang terlihat dari luar saja, namun alasan dan arti di balik nya[2, 3].

Cara berpikir ini dapat sangat bermanfaat dalam memecahkan permasalahan. Namun overthinking membuat analisa dilakukan secara berlebihan hingga dapat menghabiskan banyak waktu dan tenaga[2].

Misalnya saat seseorang yang melakukan kontak mata tiba-tiba memalingkan wajah. Orang dengan overthinking akan merasa bahwa ada arti di balik kontak mata tersebut dan memikirkannya berkali-kali[2].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment