Tetraplegia: Penyebab, Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Cedera yang dialami seseorang bisa berakibat fatal, seperti cedera pada tulang belakang. Kerusakan pada tulang belakang bisa menyebabkan berbagai tingkat kelumpuhan, mulai dari kelumpuhan sementara atau sebagian, hingga permanan atau seluruh tubuh. [1]

Tetraplegia adalah salah satu kelumpuhan akibat rusaknya tulang belakang ini. [1]

Apa itu Tetraplegia?

susunan tulang belakang

Tingkat keparahan cedera tulang belakang tergantung dari dua hal: [1, 3, 4]

  • Tingkat tulang belakang yang terdampak. Tulang belakang dikategorikan menjadi beberapa bagian: cervical (C1-C7), thoracic (T1-T12), lumbar (L1-L5), dan sacral (S1-S5)
  • Apakah cedera yang terjadi termasuk lengkap atau tidak lengkap

Tetraplegia (juga disebut quadriplegia) adalah akibat dari cedera yang terjadi di bagian atas susunan tulang belakang, atau di dalam bagian cervical, yang terdiri dari tujuh vertebrae di bagian leher. Akibat dari cedera ini adalah beberapa tingkat kelumpuhan pada kedua lengan dan kaki serta torso, tergantung dari bagian tulang belakang yang cedera. [1, 2]

Kondisi tetraplegia bisa sangat berat hingga mempengaruhi kemampuan penderita untuk bernafas sendiri. Semakin tinggi lokasi cedera pada tulang belakang, semakin parah kerusakan yang diakibatkannya karena semakin mendekati otak. [1, 2, 3]

Penyebab Tetraplegia

Seperti yang sudah disebutkan diatas, semua cedera yang terjadi di bagian atas tulang belakang atau yang mengenai beberapa bagian otak bisa menyebabkan kelumpuhan pada seluruh tangan dan kaku. Cedera tulang belakang adalah penyebab terbesar kasus tetraplegia. [1, 2, 3, 4]

Penyebab cedera tulang belakang paling umum adalah: [1]

  • Kecelakaan lalu lintas (37%)
  • Jatuh (30%)
  • Kekerasan (28%); terkena tembakan adalah penyebab utama cedera akibat kekerasan, mencapai 14% dari seluruh penyebab cedera tulang belakang
  • Olahraga dan aktivitas rekreasional (9%)
  • Kecelakaan medis dan operasi (4%)

Gejala-Gejala Tetraplegia

Tetraplegia bisa terjadi tiba-tiba dan gejalanya bisa beragam seiring waktu. Usia ketika cedera terjadi, kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan, dan kualitas perawatan segera setelah tejadinya cedera bisa memberikan pengaruh besar pada keadaan pasien. [1]

Secara umum, gejala-gejala berikut bisa terjadi pada tetraplegia: [1]

  • Nyeri yang kronis; hal ini bisa terjadi karena atrophy otot akibat perubahan pada persepsi sensor. Misalnya, penderita tetraplegia yang bisa merasakan kembali beberapa bagian tubuhnya mungkin akan merasakan nyeri di bagian tubuh tersebuh karena atrophy otot.
  • Hilangnya sensasi dibawah bagian yang cedera. Untuk beberapa pasien tetraplegia, kehilangan sensasi ini permanen dan sepenuhnya. Sementara yang lain hanya berkurang atau kadang-kadang masih bisa merasakan sensasi pada bagian-bagian tubuhnya.
  • Ketidakmampuan untuk menggerakkan kaki dan lengan. Meskipun kemampuan bergerak bisa kembali lagi, namun kebanyakan pasien tetraplegia akan terus bergelut dengan hilangnya kontrol otot dan kelemahan tubuh secara umum.
  • Gerakan tiba-tiba yang tidak terkendali, biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan.
  • Kesulitan untuk buang air dan kesulitan mengontrol buang air besar dan kecil. Seringkali pasien juga mengalami infeksi saluran kencing karena ini.

Diagnosis dan Pemeriksaan Tetraplegia

Diagnosis yang segera dan akuran terhadap cedera tulang belakang pada pasien tetraplegia sangatlah penting. Untuk mengetahui bagian tulang belakang yang rusak, dokter akan menggunakan pemeriksaan pencitraan seperti CT scan dan MRI. [2]

Pada kasus penyakit yang menyerang tulang belakang, dokter juga akan melakukan tes darah dan/atau spinal tap untuk memeriksa darah dan/atau cairan tulang belakang. [2]

Pemeriksaan awal untuk pasien dengan cedera tulang belakang akut termasuk pemeriksaan riwayat medis lengkap, pemeriksaan fisik serta syaraf untuk menentukan tingkat cedera seakurat mungkin. Pemeriksaan fisik termasuk evaluasi pola pernafasan dan efektivitas batuk pasien.
Pemeriksaan syaraf, khususnya sensorik dan motor, untuk pasien tetraplegia termasuk:

  • ISCSI (Klasifikasi syaraf berstandar internasional untuk cedera tulang belakang)
  • Pengukuran elektrofisiologis: tes rangsangan otot, tes durasi kekuatan, tes potensi menggerakkan bagian tubuh, NCV (nerve conduction velocity), dan tes EMG (electromyography)

Pemeriksaan sensor dan motor ini bisa digunakan untuk mengetahui kelayakan kekuatan otot dan sensasi yang mampu dirasakannya.

Pada pemeriksaan sistematis, ada delapan cara ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelumpuhan yang dialami pasien: [2]

  • FIM (Functional Independence Measure)
  • Pengukuran cedera tulang belakang
  • WISCI (Walking Index for Spinal Cord Injury) untuk mengukur kemampuan berjalan
  • QIF (Quadriplegia Index of Function)
  • MBI (Modified Barthel Index)
  • TUG (Timed Up & Go)
  • Tes jalan 6 menit
  • Tes jalan 10 meter

Pengobatan dan Terapi Tetraplegia

Tetraplegia tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan. Namun, beberapa pasien tetraplegia bisa mengalami perbaikan yang signifikan berhubungan dengan gejala-gejala yang dialaminya. Beberapa pasien bahkan bisa sembuh sepenuhnya dan merasakan kembali sensasi tubuh yang hilang, tanpa operasi, obat, atau terapi. [1, 2]

Namun, tujuan dari pengobatan dan terapi untuk tetraplegia adalah termasuk memperbaiki kondisi pasien dalam jangka panjang, mengurangi ancaman kesehatan yang mungkin dialami pasien, serta melatih otak dan tulang belakang untuk berfungsi meskipun cedera.

Beberapa pilihan pengobatan termasuk:

  • Operasi otak dan tulang belakang
  • Minum obat
  • Edukasi mengenai tetraplegia
  • Dukungan dan edukasi keluarga pasien
  • Terapi bicara dan bahasa
  • Terapi fisik
  • Terapi latihan
  • Psikoterapi
  • Grup untuk mendukung pasien kembali percaya diri

Pemulihan Tetraplegia

Cedera yang menyebabkan tetraplegia tidak bisa diduga, karena otak dan tulang belakang adalah struktur yang sangat rapuh dan kompleks. Penelitian menyebutkan bahwa otak bisa bertahan dari cedera yang sangat parah pada beberapa bagian, namun pemulihan dari cedera di bagian-bagian lainnya tidak mungkin terjadi. [1]

Karena masih banyak sekali hal mengenai otak dan tulang belakang yang belum diketahui dunia medis, saat ini masih agak sulit untuk memberikan prognosis yang akurat mengenai tetraplegia. [1]

Beberapa fungsi bagian tubuh dan sensasi bisa kembali ketika pembengkakan di bagian yang cedera sudah berkurang. Beberapa pasien tetraplegia bahkan bisa langsung sembuh. Operasi dan jenis pengobatan lain juga bisa membantu, terutama bila dokter ahli bedah mampu mengangkat apa yang menekan sumsum tulang belakang atau melemahkan fungsi otak. [1, 2]

Karena pengobatan tidak bisa menjamin kesembuhan total, maka yang perlu dilakukan untuk pasien tetraplegia adalah terapi agar mereka bisa menjalani sisa hidupnya dengan kualitas yang lebih baik serta bagaimana tetap menjalani hidup dengan cedera yang permanen. [1, 2]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment