Diflucortolone adalah obat kortikosteroid topikal yang sangat kuat yang digunakan untuk mengurangi peradangan dan gatal. Obat ini telah disetujui oelh FDA tahun 1984 oleh perusahaan farmasi Schering AG[1].
Daftar isi
Apa Itu Diflucortolone?
Berikut ini info mengenai Diflucortolone, mulai dari indikasi hingga peringatannya:[2]
Indikasi | Kortikosteroid kuat (kelompok III). Digunakan dalam pengobatan penyakit dermatologis. |
Kategori | Obat Keras |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Kortikosteroid Topikal |
Bentuk | Krim, salep |
Kontraindikasi | → Jerawat vulgaris, pruritus perianal dan kelamin yang tidak terdiagnosis, erupsi serbet, infeksi virus, infeksi bakteri atau jamur yang tidak teratasi, reaksi kulit pasca vaksinasi, rosacea, dermatitis perioral. → Anak <5 thn (salep / krim 0,3%). |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan Diflucortolone : → Pasien dengan psoriasis, → Pasien dengan dermatitis stasis → Pasien dengan tukak tungkai. → Penggunaan dressing oklusif dalam waktu lama. → Anak. → Kehamilan dan menyusui. |
Kategori Obat Pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Melalui PO / Topikal (Dioles): Kategori C: Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan efek buruk terhadap janin dan tidak ditemukan studi yang memadai pada manusia. Namun, mengingat efektivitasnya, penggunaannya dapat dipertimbangkan pada wanita hamil sekalipun berisiko. Penelitian menunjukkan bahwa obat ini dapat menimbulkan risiko minimal pada bayi ketika digunakan selama menyusui. |
Manfaat Diflucortolone
Diflucortolone sebagai obat kortikosteroid kuat yang digunakan untuk pengobatan penyakit dermatologis seperti peradangan dan gatal. Gejala gangguan kulit inflamasi adalah[1,2] :
- Eksim
- Eksim seboroik
- Lichen planus dan psoriasis
- Gatal
- Bengkak
- Kemerahan
- Bersisik
Obat ini menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga dapat menurunkan pelepasan zat inflamasi di dalam tubuh. Efek yang sangat menguntungkan dari penggunaan obat ini adalah rasa menenangkan pada kulit dan dapat menghilangkan gejala[1].
Dosis Diflucortolone
Dosis Diflucortolone terbagi menjadi 2 yaitu untuk orang dewasa dan untuk anak-anak [2].
Dosis Diflucortolone Dewasa
Dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid Topikal/kulit → Sebagai krim/salep 0,1% atau 0,3%: Oleskan tipis-tipis dua kali sehari pada area yang terkena, dapat dikurangi menjadi sekali sehari jika kondisinya membaik. → Maks: 60 g setiap minggu (0,3%). → Durasi maks: 4 minggu (0,1%) → 2 minggu (0,3%). |
Dosis Diflucortolone Anak-anak
Dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid Topikal/kulit ⇔ 1-4 tahun Sebagai krim/salep 0,1%: → Oleskan tipis-tipis dua kali sehari daerah yang terkena, dapat dikurangi menjadi sekali sehari jika kondisinya membaik. → Durasi maksimal: 5 hari; ⇔ ≥5 tahun Sebagai krim/salep 0,1% atau 0,3%: → Oleskan tipis-tipis dua kali sehari pada area yang terkena, dapat dikurangi menjadi sekali sehari jika kondisinya membaik. → Durasi maks: 1-2 minggu; → 5 hari (wajah). |
Efek Samping Diflucortolone
Secara umum, penggunaan obat bisa saja menyebabkan efek samping. Segera periksa ke dokter jika anda mengalami efek samping dan gejala berikut ini.
Efek yang paling sering dilaporkan adalah:[1]
- Gatal
- Bengkak
- Kemerahan
- Bersisik.
Efek samping yang berlebihan (Segera ke dokter) [3]:
- Infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur
- Dermatitis kontak
- Iritasi, kemerahan, nyeri terbakar
- Kulit menipis, timbul garis-garis putih (striae), perubahan warna
- Glaukoma
Efek Samping yang sangat berat ( Segere periksa ke dokter)[3]:
- Supresi fungsi kelenjar adrenal
- Sindrom Cushing
Efek samping yang bersifat individual (Harus segera mendapat penanganan medis)[3].
- Infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur
- Dermatitis kontak
- Iritasi, kemerahan, nyeri terbakar
- Kulit menipis, timbul garis-garis putih (striae), perubahan warna
- Glaukoma
Efek yang sangat merugikan (Segera periksa ke dokter)[2]:
- Signifikan
- Infeksi sekunder, dermatitis kontak. Jarang, penekanan adrenal, sindrom Cushing.
- Ophthalmologic
- Glaukoma.
- Dermatologis:
- Pruritus, iritasi, eritema, terbakar, atrofi, striae, penipisan, perubahan akneiformis, hipertrikosis, telangiektasia, dermatitis perioral, perubahan warna, reaksi alergi pada kulit.
Detail Diflucortolone
Untuk memahami lebih detil mengenai Diflucortolone, seperti overdosis, penyimpanan, cara kerja Diflucortolone, interaksi dengan obat lain serta dengan makanan berikut datanya[2].
Penyimpanan | → Simpan antara 15-25 ° C. → Jangan dibekukan. |
Cara Kerja | Deskripsi: Diflukortolon adalah glukokortikoid yang memiliki sifat antiinflamasi, antipruritik, dan vasokonstriksi. Ini menginduksi protein penghambat fosfolipase A 2 (lipokortin) dan secara berurutan menghambat pelepasan asam arakidonat, karenanya menekan pembentukan, pelepasan, dan aktivitas mediator inflamasi kimiawi endogen. Farmakokinetik: Absorpsi: Diserap secara perkutan; dapat diserap secara sistemik. Metabolisme: Dimetabolisme di hati. Ekskresi: Melalui urin (75%) dan feses (25%). Waktu paruh eliminasi: Sekitar 4-5 jam. |
Interaksi Dengan Obat Lain | Tidak tersedia informasi |
Interaksi Dengan Makanan | Tidak tersedia informasi |
Overdosis | Tidak ada gejala overdosis |
Pengaruh Pada Hasil Lab. | Tidak ada pengaruh hasil lab |
Pertanyaan Seputar Diflucortolone
Penyakit apa yang sangat berpengaruh saat mengkonsumsi obat ini ?
Beritahu dokter jika anda
– Psoriasis
– Dermatitis stasis
– Ulkus pada kaki
– Anak-anak
– Ibu hamil dan menyusui[2]
Contoh Obat Diflucortolone (Merek Dagang) di Pasaran
Berikut ini beberapa obat bermerek yang mengandung Parasetamol:[4]
Brand Merek Dagang |
Nerilon |
Nerisona |
Nerisona Combi [+ Chlorquinaldol] |
Travocort [+ Isoconazole] |
Valeron |