Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan untuk mengontrol pergerakan usus, menyebabkan feses dapat bocor dan keluarnya sendirinya dari rektum. Penyebab umum dari inkontinensia feses adalah diare, konstipasi,... atau gangguan otot dan saraf. Inkontinensia feses dapat terjadi sesekali misalnya ketika seseorang mengalami diare. Namun pada beberapa kasus inkontinensia feses hal ini dapat terjadi kronik dan kambuhan. Konsultasikan kepada dokter jika Anda mengalami inkontinensia feses yang kambuhan dan berulang kali terjadi, serta menyebabkan gangguan emosional. Jika lebih cepat dievaluasi maka pengobatan akan lebih cepat dilakukan. Read more
Daftar isi
Apa Itu Inkontinensia Usus?
Inkontinensia usus, atau yang disebut juga inkontinensia feses, adalah hilangnya kontrol usus yang menyebabkan pergerakan usus menjadi tidak disengaja (buang air besar tidak sengaja). Kondisi ini dapat bervariasi dari buang air besar tanpa disengaja dalam frekuensi yang jarang terjadi hingga kehilangan kontrol total. [2]
Beberapa penderita inkontinensia usus merasakan mulas seperti ingin buang air besar tapi tidak dapat menahannya hingga tiba di toilet. Penderita inkontinensia usus lainnya sama sekali tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, sehingga feses keluar begitu saja. [2]
Inkontinensia usus dapat menjadi kondisi yang tidak nyaman, namun dapat membaik dengan bantuan pengobatan. [2]
Gejala Inkontinensia Usus
Kebocoran atau ketidaksengajaan feses keluar dari anus dapat terjadi pada seseorang yang mengalami diare berat. [3]
Inkontinensia usus kronis dapat mengakibatkan BAB tiba-tiba, ketidakmampuan menahan gas (kentut), BAB tanpa suara pada aktivitas sehari-hari, atau tidak dapat menahan BAB hingga waktu ke toilet tiba. [3]
Dua tipe inkontinensia usus adalah [3] :
- Inkontinensia usus mendesak, terjadi ketika seseorang tiba-tiba ingin ke toilet tetapi tidak dapat menahan BAB hingga tepat waktunya.
- Pengontrolan pasif, terjadi ketika seseorang tidak menunjukkan tanda-tanda ingin BAB sama sekali
Tipe feses yang keluar selama inkontinensia usus dapat bervariasi, seperti [3] :
- Feses kecil yang disertai kentut
- Feses cair
- Feses padat
Inkontinensia usus dapapt terjadi setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan. Gejala dan tanda lain dapat termasuk [3] :
- Sakit perut
- Kembung
- Konstipasi atau diare
- Iritasi anus
- Inkontinensia urin
Penyebab Inkontinensia Usus
Kontrol usus normal bergantung kepada fungsi normal dari [2] :
- Otot pelvis
- Rektum, bagian paling ujung bawah dari usus besar
- Otot lubang anus
- Sistem saraf
Kelukaan atau cedera dari salah satu faktor diatas dapat menyebabkan inkontinensia usus. Penyebab umum terhadap inkontinensia usus adalah [2] :
- Impaksi Feses
Konstipasi kronis dapat mengarah kepada impaksi feses. Hal ini terjadi saat feses yang keras tersumbat atau terhalang di rektum. Feses dapat meregangkan dan melemahkan otot anus, dimana dapat membuat otot menjadi tidak pas untuk menghentikan feses normal. [2]
Komplikasi lain dari impaksi feses adalah kebocoran atau mudahnya feses cair melalui anus. [2]
- Diare
Diare adalah hasil dari feses yang cair. Feses yang cair dapat menyebabkan kebutuhan BAB yang segera. Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba sehingga anda tidak sempat untuk mencapai toilet. [2]
Wasir diluar rektum dapat menghalangi lubang anus untuk menutup sempurna. Kondisi ini menyebabkan feses dan lendir dapat keluar dengan mudah. [2]
- Kerusakan Otot
Kerusakan pada otot anus akan mengurangi kemampuan otot untuk tetap menutup anus dengan rapat dan kencang. Operasi pada area anus, trauma, dan konstipasi dapat merusak otot lubang anus. [2]
- Kerusakan Saraf
Jika saraf yang mengontrol lubang anus rusak, maka lubang anus tidak dapat menutup dengan sempurna. Saat ini terjadi, anda juga mungkin tidak merasakan mulas sebelum BAB. [2]
Beberapa penyebab yang mengakibatkan kerusakan saraf adalah trauma melahirkan, konstipasi kronis, stroke, diabetes melitus, dan sklerosis ganda. [2]
- Disfungsi Lantai Pelvis
Seorang wanita dapat mengalami kerusakan otot dan saraf pelvis saat melahirkan, namun gejala disfungsi lantai pelvis tidak dapat teramati. Kondisi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah melahirkan.
Komplikasi dari gangguan ini termasuk kelemahan otot pelvis, prolaps rektum, dan rectocele (rektum membesar kearah vagina). [2]
Kapan Harus ke Dokter?
Seseorang harus pergi ke dokter jika orang tersebut atau anak orang tersebut mengalami inkontinensia usus, terutama jika hal ini terjadi dengan sering, berlangsung parah, atau menyebabkan gangguan emosional. [1]
Terkadang, seseorang malu untuk memberitau dokter bahwa orang tersebut menderita inkontinensia usus. Namun, pengobatannya tersedia, dan semakin cepat anda terdiagnosa, maka semakin cepat anda sembuh. [1]
Pengobatan Inkontinensia Usus
Pengobatan inkontinensia usus dilakukan berdasarkan penyebab yang mendasari. Beberapa pilihan pengobatan antara lain [2] :
- Makanan
Makanan yang menyebabkan diare dan konstipasi harus dihilangkan dari piring penderita inkontinensia usus. Hal ini dapat membantu menormalisasi dan meregulasi ulang pergerakan usus. Dokter dapat merekomendasikan penderita untuk meningkatkan cairan dan mengkonsumsi serat tertentu. [2]
- Medikasi
Untuk diare, obat anti diare seperti loperamide (Imodium), codeine, atau diphenoxylate / atropin (Lomotil) dapat diresepkan dokter untuk melambatkan kerja usus besar, sehingga laju fesea dapat lebih lambat. Dokter juga dapat merekomendasikan suplemen serat untuk penderita konstipasi. [2]
- Pelatihan Ulang Usus
Lakukan beberapa pelatihan ulang usus berikut untuk dapat menjalani BAB normal. Contoh pelatihan ini adalah duduk atau jongkok di toilet dengan jadwal rutin dan menggunakan supositoria rektum untuk menstimulasi BAB. [2]
- Pakaian Dalam Inkontinensia
Anda dapat mengunakan celana dalam khusus untuk penderita inkontinensia usus. Celana dalam ini tersedia dalam bentuk sekali pakai dan dalam bentuk yang bisa dipakai berulang. Beberapa merek celana dalam ini menggunakan teknologi yang dapat mengurangi bau. [2]
- Latihan Kegel
Latihan Kegel dapat menguatkan otot lantai pelvis. Latihan ini perlu dilakukan secara rutin dengan cara mengkontraksikan dan merelaksasikan otot-otot yang sering digunakan untuk BAB.
Anda harus konsultasi dengan dokter untuk mempelajari cara yang benar untuk melakukannya. [2]
- Biofeedback
Biofeedback adalah teknik medis alternatif. Dengan teknik ini, anda diajar untuk menggunakan pikiran anda untuk mengontrol seluruh fungsi tubuh dengan bantuan sensor. [2]
Biofeedback dapat membantu penderita inkontinensia usus dalam mengontrol dan menguatkan otot lubang anus. Terkadang digunakan beberapa peralatan medis dalam proses latihan yang ditempatkan pada anus dan rektum penderita. Dokter juga akan mengetes fungsi otot rektum dan anus penderita. [2]
Kekuatan otot anus dapat diukur dengan mesin sehingga dapat ditampilkan pada layar komputer. Penderita juga dapat ikut mengobservasi kekuatan otot anus mereka. Dengan memperhatikan informasi ini, penderita dapat belajar cara mengontrol otot anus mereka. [2]
- Operasi
Tindakan operasi dapat dilakukan pada kasus inkontinensia usus berat. Beberapa operasi yang dapt dilakukan adalah sphincteroplasty (mengencangkan otot lubang anus), transplantasi otot grasilis, pembuatan lubang anus palsu, dan kolostomi. [2]
- Solesta
Solesta adalah gel injeksi yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2011 sebagai pengobatan pada inkontinensia usus. Tujuan dari terapi solesta adalah untuk meningkatkan jumlah jaringan rektum. [2]
Gel dapat diinjeksikan ke dinding anus dan dapat dengan efektif mengurangi atau menghilangkan inkontinensia usus pada beberapa orang. Solesta bekerja dengan cara meningkatkan ketebalan dari jaringan anus, dimana memperkecil bukaan anus dan membantu menjaga anus untuk tetap tertutup rapat. [2]
Pencegahan Inkontinensia Usus
Untuk mencegah atau mengurangi keparahan gejala inkontinensia usus, disarankan untuk [1,3] :
- Menghindari konstipasi, contohnya dengan berolahraga rutin, mengkonsumsi makanan tinggi serat, dan minum banyak air.
- Mencari pengobatan untuk diare dengan segera, seperti misalnya mengatasi infeksi pada saluran pencernaan
- Tidak mengejan saat ingin defekasi, karena dapat melemahkan otot anus