Setelah makan, seseorang mungkin akan dapat merasa kembung maupun sesak napas, khususnya jika setelah makan besar [1].
Mengingat, ketika mengonsumsi makanan dalam jumlah atau porsi besar tubuh membutuhkan energi yang lebih besar juga untuk mencerna makanan tersebut, sehingga tekanan pada dada dan diafragma menjadi lebih banyak [1].
Adapun secara khusus, sesak napas setelah makan juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti [2, 3] :
Daftar isi
1. Alergi Makanan
Penyebab paling umum dari sesak napas setelah makan yaitu alergi makanan. Adapun sesak napas akan muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah makan.
Bahkan, sesak napas setelah makan ini merupakan salah satu tanda atau gejala seseorang mengalami alergi makanan. Dengan kata lain, sesak napas setelah makan dan alergi makanan ini saling berkaitan satu sama lain.
Jika seseorang curiga memiliki alergi makanan maka sebaiknya segera menghubungi dokter agar dapat diketahui secara pasti, termasuk terkait makanan pemicunya.
Selain itu, kondisi medis berupa reaksi alergi yang parah seperti anafilaksis mungkin dapat juga menimbulkan sesak napas setelah makan. Jika anafilaksis yang menyebabkan sesak napas setelah makan maka gejala lain mungkin akan menyertai, seperti betuk berulang, nadi lemah, gatal-gatal, sesak di tenggorokan, suara serak, mual muntah, diare, detak jantung cepat, pusing hingga pingsan.
Adapun untuk mencegah reaksi alergi muncul maka sangat disarankan untuk menghindari makanan yang dapat memicu alergi. Sedangkan untuk pengobatan untuk alergi hingga kini masih belum ditemukan.
Namun, untuk penderita anafilaksis umumnya dokter akan merekomendasikan alat EpiPen agar penderita alergi dapat menyuntikkan epiferin sendiri ketika ingin melawan reaksi alergi.
2. Menghirup Partikel Makanan Atau Minuman
Ketika makan atau minum, adakalanya seseorang menghirup partikel kecil dari makanan atau minuman yang dikonsumsinya. Kondisi ini disebut juga sebagai aspirasi paru.
Aspirasi paru inilah kemudian yang dapat menyebabkan seseorang mengalami batuk hingga sesak napas setelah makan. Bahkan, jika kondisi paru-paru seseorang tidak baik maka pneumonia aspirasi mungkin akan dapat terjadi.
Khususnya jika partikel yang terhirup tidak dapat dikeluarkan hingga menyebabkan infeksi dalam kantong udara salah satu atau bahkan kedua paru-paru.
Jika pneumonia aspirasi telah terjadi, gejala lain mungkin akan mengikuti sesak napas, seperti dada terasa nyeri, mengi, batuk hijau atau darah, napas bau, demam, hingga kesulitan menelan.
Jika sesak napas setelah makan disebabkan oleh pneumonia aspirasi maka pengobatannya akan bergantung pada tingkat keparahan kondisi tersebut. Untuk infeksinya, dokter mungkin akan menyarankan penggunaan antibiotik.
3. Hernia Hiatus
Sesak napas setelah makan mungkin juga dapat disebabkan oleh hernia hiatus, di mana perut menonjol ke dada melalui dinding otot yang memisahkan diafragma dan perut.
Oleh karena itu, setelah makan sesak napas dapat menjadi semakin buruk bagi orang yang memiliki hernia hiatus. Salah satu bentuk hernia hiatus yaitu hernia paraesofagus, di mana perut terjepit di sebelah pipa makanan.
Jika hernia paraesofagus ini tumbuh menjadi terlalu besar maka diafragma dan paru-paru akan tertekan hingga menimbulkan nyeri dada dan sesak napas yang lebih buruk setelah makan.
Mengingat, setelah makan kondisi perut akan penuh makanan, semakin penuh perut maka tekanan pada diafragma akan semakin besar juga.
Perlu diperhatikan bahwa, jika kondisi ini terjadi maka gejala sesak napas mungkin juga akan disertai gejala lain seperti, nyeri perut (bagian tengah atau atas), kesulitan menelan, maag hingga GERD.
Jika sesak napas setelah makan disebabkan oleh hernia paraesofagus maka pengobatannya mungkin akan melibatkan prosedur operasi tertentu seperti operasi lubang kunci atau laparoskopi.
Dengan pelaksanaan prosedur operasi laparoskopi, orang mungkin dapat sembuh secara total dalam waktu empat minggu.
4. Asma Yang Berkaitan Dengan GERD
Sesak napas setelah makan mungkin juga dapat ditimbulkan oleh dua kondisi medis yaitu asma dan GERD. Asma sendiri merupakan penyakit penyempitan saluran udara dalam paru-paru akibat masuknya alergen atau iritan ke paru paru. Sedangkan GERD adalah gangguan perncernaan yang mempengaruhi otot otot saluran makanan.
Penyakit asma dan GERD ini memiliki kaitan yang cukup erat, bahkan menurut data diperkirakan 89 persen penderita asma juga menderita GERD.
Mengingat, GERD sendiri dapat mengakibatkan asam lambung maupun makanan yang dicerna naik ke pipa makanan. Jika asam lambung naik ke ujung saraf pipa makanan hingga terjadi iritasi maka otak akan mempersempit saluran udara kecil di paru-paru sebagai bentuk responnya.
Ketika saluran udara kecil di paru-paru menyempit maka gejala asma akan lebih mungkin terjadi, seperti sesak napas.
Selain itu, ada kemungkinan juga asam lambung terhirup hingga mencapai paru-paru yang mengakibatkan iritasi saluran udara. Setelahnya, sesak napas, batuk dan dada terasa sesak lebih mungkin terjadi.
Adapun untuk pengobatan sesak napas setelah makan akibat asma yang berkaitan dengan GERD, mungkin akan lebih difokuskan pada pengobatan reflluk asamnya.
Untuk pengobatan refluk asam, beberapa hal berikut ini mungkin akan disarankan oleh dokter [2]:
- Obat seperti Pepcid A-C
- Makan lima atau enam makanan kecil sehari daripada tiga kali makan besar
- Mengenakan pakaian longgar di sekitar pinggang
- Hindari berbaring dalam waktu 3 jam setelah makan
- Berhenti merokok
Selain itu, ada jenis-jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita GERD agar tidak memicu refluks asam, yang antara lain [2]:
- Makanan yang digoreng dan berlemak
- Alkohol
- Minuman berkafein
- Cokelat
- Permen
- Buah sitrus
- Bawang
- Bawang putih
- Produk berbasis tomat
- Makanan pedas
5. PPOK
PPOK merupakan penyakit paru obstruktif kronik yang menimbulkan gejala berupa batuk terus menerus hingga dada terasa sesak.
Seseorang yang menderita PPOK cenderung kesulitan dalam mengatur udara yang masuk maupun keluar dari paru-paru. Dengan demikian, energi yang dibutuhkan untuk proses tersebut mungkin akan menjadi lebih besar.
Setelah makan, mungkin orang-orang dengan PPOK akan mengalami sesak napas. Mengingat, pernapasan dan perncernaan sama-sama membutuhkan banyak energi.
Jika PPOK merupakan sebab sesak napas, maka gejala lain mungkin juga akan menyertai, termasuk sering batuk, dada terasa sesak hingga mengi.
Selain itu, sesak napas akibat PPOK ini mungkin juga akan menjadi semakin buruk ketika perut penuh atau kembung. Dengan kata lain, setelah makan sesak napas akan memburuk, khususnya konsumsi makanan yang menyebabkan gas.
Untuk mengurangi sesak napas setelah makan akibat PPOK, beberapa tips ini mungkin akan sangat membantu jika dilakukan [2]:
- Istirahat selama 30 menit sebelum dan sesudah makan
- Makan perlahan
- Mengurangi makanan manis yang dapat menyebabkan kelelahan
- Menghindari berbaring setelah makan
- Menghindari makan saat sesak napas karena hal ini dapat menjebak gas, yang memperburuk kesulitan bernapas.
6. Maag
Maag dapat membuat asam lambung naik kembali ke tenggorokan hingga seseorang merasa sesak napas dan mengi khususnya setelah makan.
Naiknya asam lambung ke kerongkongan ini disebabkan oleh gangguan pada sfingter esophagus bagian bawah yang merupakan katup pencegah isi perut naik ke kerongkongan.
Sesak napas mungkin juga akan menjadi lebih buruk jika seseorang sering mengalami mulas. Adapun selain sesak napas, gejala lain mungkin juga akan menyertainya, seperti perasaan terbakar hingga mengi.
Bahkan ada juga yang sampai merasa ada sesuatu yang tersangkut di tengorokannya. Cegukan, batuk dan suara serak mungkin juga terjadi.
Adapun untuk pengobatannya mungkin akan berfokus pada kontrol kondisi maag dan asam lambungnya. Bicarakan dengan dokter untuk mengetahui pengobatan dan perawatan yang tepat.
Kapan Harus Kedokter ?
Sesak napas yang disebabkan oleh penyebab apapun, umumnya merupakan suatu kondisi medis yang serius. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri kedokter jika [2, 3]:
- Sesak napas setelah makan dan memiliki alergi makanan
- Sesak napas setelah makan dan memiliki kondisi PPOK atau GERD
- Sesak napas setelah makan berlangsung lebih dari 30 menit
- Sesak napas setelah makan disertai dada terasa sakit atau tertekan
- Sesak napas setelah makan disertai sulit bernapas saat berbaring
- Sesak napas setelah makan disertai mengi
- Sesak napas setelah makan disertai pusing
- Sesak napas setelah makan disertai demam, menggingil maupun batuk
- Sesak napas setelah makan disertai bibir dan ujung jari kebiruan
- Sesak napas setelah makan disertai pembengkakan kaki
Perlu juga diperhatikan bahwa, jika sesak napas setelah makan terjadi akibat alergi makanan maka penggunaan Epi-Pen atau obat alergi makanan lain yang diresepkan dokter sebaiknya digunakan sembari menunggu pertolongan medis.
Mengingat, alergi makanan yang lebih serius seperti anafilaksis dapat mengancam jiwa, sehingga pertolongan pertama harus dilakukan.