Anestesi: Fungsi, Jenis, dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Anestesi atau bius diberikan kepada pasien dewasa maupun anak-anak agar tidak merasakan nyeri ketika menjalani suatu pembedahan atau prosedur diagnostik. Ada beberapa jenis anestesi yang bisa diberikan berdasarkan kebutuhan pasien dan seberapa besar prosedur yang dijalankan.

Fungsi Anestesi

Anestesi adalah jenis perawatan medis yang digunakan untuk mencegah pasien merasakan sakit saat berjalannya operasi dan prosedur medis lainnya. Anestesi perlu diberikan agar prosedur bisa berjalan dengan baik dan sukses sehingga pasien bisa mendapatkan hasil yang diharapkan dari prosedur tersebut. [1, 2, 3, 4]

Hingga saat ini, para ilmuwan telah mengembangkan banyak anestesi dengan efek yang berbeda-beda. Obat-obatan ini termasuk anestesi total, regional, dan lokal. [1, 2, 3, 4]

Tergantung dari jenis pereda nyeri yang dibutuhkan, dokter bisa memberikan anestesi melalui suntikan, uap atau gas untuk dihirup, obat oles, obat semprot, tetes mata, atau patch (semacam plester). [1]

Jenis-Jenis Anestesi

Ada berbagai bentuk anestesi yang tersedia saat ini. Jenis anestesi yang akan diberikan pada pasien tergantung dari jenis pembedahan dan kondisi medisnya. Obat penenang (sedative) dan analgesik (pereda nyeri) juga mungkin akan diberikan sebagai bagian dari proses pembiusan. [3, 4]

Jenis-jenis anestesi tersebut adalah:

Anestesi total

Anestesi total akan mempengaruhi seluruh tubuh, sehingga pasien akan tidak sadar dan tidak bisa bergerak selama prosedur berlangsung. Dokter bedah menggunakan anestesi jenis ini bila harus membedah organ dalam dan juga untik prosedur besar yang bersifat invasif dan berlangsung dalam waktu lama.

Tanpa anestesi total, banyak prosedur penting untuk menyelamatkan nyawa tidak bisa dilakukan, termasuuk operasi jantung, otak, dan transplantasi organ.

Dokter bisa memberikan anestesi total langsung ke dalam aliran darah (melalui infus) atau dihirup dalam bentuk gas. Anestesi total yang diberikan melalui infus akan bekerja lebih cepat dan juga akan cepat hilang dari darah, sehingga pasien bisa segera pulang setelah pembedahan. Tetapi anestesi yang dihirup butuh waktu lebih lama untuk keluar dari tubuh. [1, 3, 4]

Anestesi total biasanya sangat aman. Tetapi, risiko juga bisa terjadi pada beberapa pasien, misalnya yang sudah berusia lanjut atau yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes. Selain itu, efek samping anestesi juga bisa bertahan selama beberapa hari pada beberapa pasien, terutama orang usia lanjut dan anak-anak. [1]

Saat anestesi total bekerja, banyak fungsi tubuh pasien akan melambat atau membutuhkan bantuan untuk bisa tetap berfungsi secara efektif. Untuk itu, pasien akan dipasangi beberapa alat untuk bantuan pernafasan serta untuk memonitor tanda-tanda vital tubuh seperti detak jantung, tekanan darah, dan sebagainya. [3, 4]

Anestesi Regional

Anestesi regional digunakan untuk mengatasi rasa nyeri saat pelaksanaan operasi dengan mematikan rasa di sebagian besar tubuh, misalnya dari pinggang ke bawah. Bius akan diberikan melalui suntikan atau selang kecil yang disebut kateter.

Anestesi regional digunakan bila anestesi lokal tidak cukup, tetapi anestesi total tidak bisa diberikan karena pasien sebaiknya tetap berada dalam keadaan sadar selama prosedur berlangsung.

Anestesi regional terbagi menjadi dua: [1, 3, 4]

  • Anestesi tulang belakang. Bius ini digunakan pada pembedahan perut bagian bawah, panggul, rektum, dan tubuh bagian bawah. Jenis anestesi ini diberikan melalui suntikan pada punggung bagian bawah, di bawah ujung tulang belakang, dan kemudian akan menyebabkan mati rasa pada tubuh bagian bawah. Jenis anestesi ini paling sering digunakan untuk pembedahan ortopedi atau persalinan caesar.
  • Anestesi epidural. Bius jenis ini mirip dengan anestesi tulang belakang dan umumnya digunakan untuk pembedahan kaki serta proses persalinan. Anestesi epidural diberikan melalui kateter (selang kecil) yang diletakkan ke dalam ruang yang mengelilingi tulang belakang di punggung bawah, sehingga tubuh bagian bawah akan mati rasa.

    Anestesi epidural juga bisa digunakan untuk operasi dada atau perut. Pada kasus ini, anestesi disuntikkan lokasi yang lebih tinggi di punggung untuk mematikan rasa di area dada dan perut. Epidural adalah jenis pengendali rasa sakit yang paling umum digunakan ketika melahirkan. Anestesi jenis ini tetap membuat ibu terjaga, bisa mengejan saat waktunya, tetapi tidak merasakan sakit.

Dua jenis anestesi ini memungkinkan dokter untuk mengeluarkan bayi melalui jalan operasi tanpa menyebabkan sakit pada ibu dan tanpa menyebabkan bayi ikut terbius.

Anestesi regional sangat aman dan tidak menimbulkan potensi komplikasi serta efek samping yang bisa menyertai anestesi total. Tetapi, risiko pasti ada, maka setiap penggunaan anestesi harus selalu dibawah pengawasan anestesiolog. [4]

Anestesi lokal

Anestesi lokal hanya mempengaruhi sebagian kecil dari tubuh, misalnya satu bagian gigi. Anestesi jenis ini seringkali digunakan dalam kedokteran gigi, bedah mata seperti pengangkatan katarak, serta pengangkatan pertumbuhan kulit kecil seperti kutil. Pasien akan tetap sadar setelah diberi bius lokal, tetapi tidak akan merasakan sakit selama prosedur berlangsung. [1, 3]

Untuk pembedahan minor, anestesi lokal bisa diberikan melaluui suntukan ke bagian yang akan dioperasi atau melalui obat oles yang akan meresap ke kulit. Tetapi, bila bagian yang perlu dibius cukup lebar, atau bila suntikan anestesi lokal tidak bisa masuk cukup dalam, maka dokter akan menggunakan jenis anestesi lainnya. [3]

Anestesi lokal memungkinkan dokter untuk melakukan prosedur bedah dengan cepat dan dengan persiapan dan waktu pemulihan yang lebih singkat. Efek samping dan komplikasi akibat anestesi lokal juga jarang terjadi dan bila ada biasanya ringan saja, misalnya rasa pedih di bagian anestesi disuntikkan. [4]

Tata Cara Pemberian Anestesi

Karena anestesi dan pembedahan akan mempengaruhi seluruh sistem tubuh, maka dokter spesialis anestesi atau anestesiolog akan menemui pasien sebelum prosedur berlangsung untuk melakukan wawancara.

1. Pemeriksaan riwayat kesehatan

Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien, serta mendiskusikan hal-hal yang perlu diketahui oleh pasien mengenai anestesi dan efek sampingnya. Pasien akan diberi penjelasan mengenai apa yang akan terjadi setelah bius diberikan dan apa saja pilihan anestesi yang bisa diambil.
Pasien akan diminta untuk memberikan informasi mengenai: [2, 3]

  • Riwayat kesehatan dan keluhan yang menyebabkan operasi harus dilakukan
  • Gangguan kesehatan lain, terutama yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru
  • Alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu
  • Daftar obat dan suplemen yang rutin diminum
  • Riwayat penggunaan anestesi sebelumnya, terutama bila pernah bermasalah
  • Apakah ada anggota keluarga yang pernah bermasalah dengan penggunaan anestesi

Anestesiolog akan memberi tahu pasien mengenai obat dan suplemen rutin mana saja yang harus berhenti diminum sebelum pelaksanaan operasi, serta kapan pasien harus mulai berpuasa sebelum pemberian anestesi. [3]

Jika pasien memiliki kondisi medis seperti diabetes, asma,masalah jantung, atau arthritis, maka anestesiolog akan bersiap untuk mengatasi masalah medis yang mungkin terjadi saat dan setelah prosedur berjalan.

2. Puasa

Berhenti makan dan minum dalam waktu yang telah ditentukan sebelum pelaksanaan prosedur sangat penting untuk dipatuhi.

Puasa sebelum operasi bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pulmonary atau naiknya isi perut ke saluran nafas saat pasien dalam keadaan terbius. Aspirasi sebanyak 30-40 ml saja bisa menyebabkan masalah serius bahkan kematian saat operasi berlangsung. Ini sebabnya pasien harus berpuasa untuk mengurangi isi perut sebanyak mungkin. [2]

Syarat ini wajib bagi pasien yang akan menjalani operasi yang menggunakan anestesi total.

3. Di ruang pelaksanaan prosedur

Pada beberapa kasus, pasien mungkin akan mendapat obat penenang sebelum pemberian bius untuk mengurangi kecemasan dan membantu agar tubuh lebih rileks.

Setelah pasien siap di meja atau kursi prosedur, dokter akan memberikan anestesi melalui salah satu dari cara berikut, tergantung dari kebutuhannya: [1, 2, 3, 4]

  • Melalui mask, dimana anestesi diberikan dalam bentuk gas untuk dihirup
  • Melalui infus yang dimasukkan ke pembuluh darah
  • Melalui suntikan di area yang membutuhkan
  • Melalui obat tetes mata
  • Melalui krim atau obat oles di bagian yang membutuhkan

Selama pasien berada di bawah pengaruh anestesi, terutama jenis total dan regional, anesetesiolog akan terus mengawasi tanda-tanda vital pasien. Selama prosedur berlangsung, anestesiolog akan mengatur fungsi-fungsi vital tubuh pasien, seperti detak jantung, tekanan darah, irama jantung, suhu tubuh, dan pernafasan. [3]

Anestesiolog juga bertanggung jawab untuk pergantian cairan tubuh dan darah, jika dibutuhkan.

4. Setelah prosedur berlangsung

  • Pasien akan dibawa ke ruang pemulihan setelah operasi selesai untuk terus diawasi tanda-tanda vitalnya hingga tersadar dari pengaruh anestesi.
  • Setelah sadar, namun pengaruh anestesi masih ada, pasien mungkin akan grogi, mengantuk, dan kurang waspada.
  • Jika pasien boleh pulang setelah pelaksanaan operasi, maka harus tinggal di ruang pemulihan dulu untuk memastikan kondisinya sudah stabil.
  • Pasien yang mendapat anestesi tidak boleh membawa kendaraan sendiri saat pulang.

Efek Samping

Anestesi terdiri dari sejumlah obat-obatan yang bisa menyebabkan efek samping pada beberapa orang. Beberapa efek samping umum yang bisa terjadi setelah pemberian anestesi total atau regional termasuk: [2, 5]

  • Mual
  • Pusing dan merasa mau pingsan
  • Merasa kedinginan atau menggigil
  • Sakit kepala
  • Gatal-gatal
  • Memar dan pedih
  • Kesulitan buang air kecil
  • Nyeri

Efek samping anestesi ini biasanya tidak berlangsung terlalu lama, dan jika dibutuhkan, bisa diatasi untuk mengurangi keluhan.

Risiko dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Semakin modern dunia kedokteran, semakin aman pula penggunaan anestesi. Peralatan yang semakin canggih, serta pelatihan dan jenis obat yang terus berkembang berarti semakin jarang pulang terjadinya masalah serius dalam hal penggunaan anestesi. [5]
Tetapi, bersama prosedur medis atau pembedahan apapun, selalu ada risiko potensial terjadinya komplikasi.
Komplikasi anestesi berikut bisa terjadi, tetapi sangat jarang: [5]

  • Kerusakan syaraf permanen. Kondisi ini bisa menyebabkan mati rasa atau kelumpuhan pada suatu bagian tubuh, meskipun ini juga bisa disebabkan oleh prosedur pembedahan. Kerusakan pada syaraf periferal, yaitu syaraf yang berada antara tulang belakang dan seluruh bagian tubuh, terjadi hanya pada 1 dari 1,000 orang yang mendapatkan anestesi total.
  • Reaksi alergi. Meskipun anaphylaxis atau reaksi alergi berat bisa terjadi, tetapi tim bedah selalu sudah menyiapkan langkah untuk mengatasi kondisi ini dengan segera dan efektif. Perkiraan terjadinya anaphylaxis atau reaksi alergi yang mengancam keselamatan jiwa adalah antara 1:10,000 dan 1:20,000 dari seluruh pasien yang mendapat anestesi.
  • Kematian. Jika kondisi pasien sehat dan menjalani pembedahan yang tidak bersifat darurat, maka kematian sangat jarang terjadi, hanya sekitar 1 dari 100,000 orang yang mendapat anestesi total.

Risiko seseorang mengalami komplikasi dari anestesi bisa meningkat bila: [5]

  • Memiliki kondisi medis atau penyakit yang serius.
  • Merokok atau kelebihan berat badan.
  • Jenis prosedur yang dilaksanakan bersifat darurat atau besar (mayor).
  • Jenis anestesi yang digunakan adalah anestesi total.

Pada kebanyakan kasus, manfaat dari penggunaan anestesi lebih besar dibanding risiko yang mungkin ditimbulkannya. Jika pasien memiliki keraguan atau kekhawatiran mengenai penggunaan anestesi, maka harus didiskusikan sedetil mungkin bersama anestesiolog sebelum pelaksanaan prosedur.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment