Kateterisasi Suprapubik: Fungsi, Prosedur dan Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Fungsi Kateterisasi Suprapubik

Kateterisasi Suprapubik

Kateter suprapubik adalah tabung lentur berongga yang digunakan untuk mengalirkan urin dari kandung kemih.

Alat tersebut dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui sayatan di perut, beberapa inci di bawah pusar. Hal ini memungkinkan urin dikeluarkan tanpa selang melalui area genital pasien.[1,2]

Ada beberapa jenis kateter. Yang paling sering digunakan adalah kateter uretra yaitu jenis kateter yang dimasukkan langsung ke uretra, di mana urin secara alami keluar dari tubuh.[3]

Kateterisasi suprapubik dapat menjadi pilihan apabila pasien tidak ingin menggunakan kateter uretra. Jenis ini biasanya lebih nyaman karena tidak dimasukkan melalui uretra, yang penuh dengan jaringan sensitif. [2]

Dokter mungkin merekomendasikan kateterisasi seuprapubik jika uretra pasien tidak dapat menahan kateter dengan aman.[2]

Terdapat kondisi tertentu yang memerlukan penggunaan katerisasi suprapubik, yaitu:[3]

  • Saat uretra rusak atau terluka
  • Jika otot dasar panggul melemah, menyebabkan kateter uretra lepas
  • Setelah operasi yang melibatkan kandung kemih, rahim, prostat, atau organ di sekitarnya
  • Jika orang tersebut aktif secara seksual dan membutuhkan kateter untuk jangka waktu yang lebih lama
  • Untuk penggunaan jangka panjang, karena mungkin lebih nyaman dan lebih mudah untuk diganti daripada kateter uretra
  • Pasien menderita kanker kandung kemih

Sementara alasan-alasan khusus untuk penggunaan kateterisasi suprapubik adalah:[2,3]

  • Memiliki penyumbatan kandung kemih yang tidak dapat diperbaiki dengan pembedahan atau perawatan lain.
  • Mengalami inkontinensia (buang air kecil secara tidak sadar) yang menyebabkan ruam dan iritasi kulit.
  • Uretra pasien mungkin terlalu rapuh atau sensitif untuk menahan kateter.
  • Pasien baru saja menjalani operasi pada kandung kemih, uretra, rahim, penis, atau organ lain yang berada di dekat uretra.
  • Pasien menghabiskan sebagian besar atau seluruh waktunya di kursi roda, dalam hal ini kateter suprapubik membuat perawatan pasien lebih mudah.

Prosedur Kateterisasi Suprapubik

Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum menjalani prosedur kateterisasi suprapubik.[1,2,3]

Secara umum rangkaian prosedur kateterisasi suprapubik yaitu:[2]

  • Dokter akan melakukan USG di area tersebut untuk memeriksa kelainan di sekitar area kandung kemih pasien.
  • Setelah dipastikan semua kondisi aman, dokter menentukan lokasi kandung kemih dengan meraba area perut bawah dan membersihkan area tersebut dengan larutan antiseptik.
  • Selanjutnya dokter akan menggunakan anestesi lokal untuk membuatnya mati rasa.
  • Dokter membuat sayatan kecil lalu memasang kateter menggunakan alat Stamey. Alat berupa obturator akan membantu dokter untuk mengarahkan posisi kateter.
  • Obrutator akan dicabut saat kateter sudah terpasang dengan tepat di kandung kemih.
  • Selanjutnya, dokter mengisi balon pada ujung kateter dengan air agar kateter tetap berada di tempatnya dan tidak lepas.
  • Terakhir, area penyisipan kateter dibersihkan dan ditutup dengan jahitan.

Setelah prosedur pasien dianjurkan untuk beristirahat dan tidak melakukan aktivitas berat.[3]

Kateter suprapubik biasanya perlu diganti yang baru setelah pemakaian empat hingga delapan minggu. Namun, pelepasan kateterisasi suprapubik dapat lebih cepat jika pasien sudah tidak mengalami kesulitan buang air kecil.[2]

Risiko Kateterisasi Suprapubik

Seperti tindakan medis pada umumnya, kateterisasi suprapubik juga memiliki risiko yang mungkin terjadi pada pasien. Risiko tersebut antara lain:

  • Infeksi akibat bakteri masuk ke kateter dan berjalan ke kandung kemih. Infeksi ini dapat mempengaruhi saluran kemih, kandung kemih, dan dapat menyebar ke ginjal.
  • Urine tidak mengalir dengan benar.
  • Urine bocor dari kateter.
  • Terdapat sejumlah kecil darah dalam urine.

Penggunaan kateter jenis ini dalam jangka panjang juga memiliki risiko antara lain:[4]

Segera hubungi dokter jika pasien mengalami salah satu tanda infeksi berikut:[2]

  • Demam tinggi
  • Sakit perut yang abnormal
  • Infeksi
  • Keluarnya cairan dari area penyisipan atau uretra
  • Perdarahan internal
  • Lubang di area usus (perforasi)
  • Batu atau potongan jaringan di urin

Temui dokter sesegera mungkin, jika kateter pasien jatuh di rumah, karena kateter perlu dipasang kembali agar bukaan tidak menutup.[2]

Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Prosedur

Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien setelah prosedur untuk menjaga kondisi tetap stabil dan mengurangi potensi risiko, yaitu:[2]

  • Minum 8 sampai 12 gelas air setiap hari.
  • Kosongkan kantong urin beberapa kali sehari.
  • Cuci tangan setiap kali memegang kantong urin.
  • Bersihkan area penyisipan dengan air panas dua kali sehari.
  • Putar kateter saat membersihkannya sehingga tidak menempel pada kandung kemih.
  • Simpan semua balutan di area tersebut sampai area penyisipan sembuh.
  • Rekatkan selang kateter ke tubuh agar tidak tergelincir atau tertarik.
  • Makan makanan untuk membantu pasien menghindari sembelit, seperti serat, buah-buahan, dan sayuran.
  • Aktivitas seksual bisa dilanjutkan seperti biasa.

Sementara hal-hal yang perlu dihindari yaitu:[2]

  • Jangan gunakan bubuk atau krim apa pun di sekitar area penyisipan kateter.
  • Jangan mandi atau membenamkan area penyisipan kateter ke dalam air untuk waktu yang lama.
  • Jangan mandi tanpa menutupi area dengan pembalut tahan air.
  • Jangan memasukkan sendiri kateter jika terjatuh.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment