Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Antibiotik glikopeptida adalah golongan antibiotik yang menghambat biosintesis dinding sel bakteri. Golongan ini dipakai untuk mengobati infeksi enterococcal dan multi-resistant Staphylococcus aureus (MRSA),... yang resisten terhadap jenis antibiotik lain. Antibiotik ini dapat dipakai pada penyakit seperti diare yang disebabkan oleh Clostridiun difficile, endocarditis, enterocolitis, pneumonia yang disebabkan oleh ventilator atau berkaitan dengan rumah sakit, dan infeksi kulit yang berat. Efek samping antibiotik ini antara lain nyeri perut, nyeri punggung, diare, edema, sakit kepala, mual, dan muntah. Obat ini merupakan golongan obat keras dan tidak dijual bebas, sehingga penggunaannya harus berdasarkan instruksi dan resep dokter. Jika dokter meresepkan obat ini pada Anda, jangan merekomendasikan obat ini kepada orang lain yang mungkin memiliki gejala yang sama dengan Anda. Selalu informasikan kepada dokter jika Anda memiliki alergi obat, sedang dalam kondisi hamil atau menyusui, riwayat penyakit dan konsumsi obat apa saja yang Anda miliki. Read more
Terdapat banyak bakteri yang menyebabkan infeksi di tubuh, termasuk Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Bakteri ini merupakan bakteri umum yang dapat hidup ditubuh.[1]
Gejalanya tergantung pada tempat infeksinya, yaitu dengan menyebabkan infeksi ringan pada kulit, seperti luka, bisul, atau abses. Dapat juga menjadi lebih serius seperti menginfeksi luka operasi, aliran darah, paru-paru , atau saluran kemih.
MRSA sering masuk ke dalam tubuh melalui luka. MRSA dapat menyebabkan masalah yang serius seperti luka yang terinfeksi atau pneumonia.
MRSA menular melalui kontak langsung, sehingga bisa tertular dengan menyentuh kulit orang lain yang terinfeksi. Atau dapat pula tertular melalui benda yang terkontaminasi bakteri.
Infeksi MRSA ini lebih mudah menyerang pada tubuh yang memiliki daya tahan yang lemah.
Daftar isi
Fungsi Antibiotik Glikopeptida
Antibiotik Glikopeptida digunakan untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri MRSA, Streptococcus, atau Enterococcus yang resisten terhadap beta-laktam dan antibiotik lain. Berikut kegunaan lain dar Antibiotik Glikopeptida , seperti :[2]
- Diare terkait Clostridium difficile
- Endokarditis
- Enterokolitis
- Pneumonia didapat selama tinggal di rumah sakit atau yang berkembang saat menggunakan ventilator
- Infeksi kulit dan struktur kulit yang parah
- Infeksi serius lainnya yang tidak rentan terhadap antibiotik lain.
- Melawan bakteri di usus.
- Mengikat erat bagian D-alanyl-D-alanine dari prekursor dinding sel, menghalangi polimerisasi glikopeptida yang mengarah pada penghambatan sintesis dinding sel bakteri. Juga merusak permeabilitas membran sel bakteri dan sintesis RNA.
MRSA menular melalui kontak langsung, sehingga bisa tertular dengan menyentuh kulit orang lain yang terinfeksi. Atau dapat pula tertular melalui benda yang terkontaminasi bakteri.
Infeksi MRSA ini lebih mudah menyerang pada tubuh yang memiliki daya tahan yang lemah.
Penyakit yang Diatasi dengan Antibiotik Glikopeptida
Antibiotik Glikopeptida digunakan untuk mengobati infeksi Staphylococcus aureus (MRSA).
Antibiotik Glikopeptida diberikan untuk:[2]
- Bakteremia
- Pencegahan Endokarditis Bakteri
- Infeksi bakteri
- Infeksi tulang
- Luka bakar, Eksternal
- Infeksi Clostridioides difficile
- Endokarditis
- Enterokolitis
- Neutropenia demam
- Meningitis
- Infeksi Staphylococcus Aureus Tahan Methicillin
- Pneumonia nosokomial
- Peritonitis
- Radang paru-paru
- Pencegahan Penyakit Streptokokus Grup B Perinatal
- Kolitis Pseudomembran
- Sepsis
- Infeksi Shunt
- Infeksi Kulit dan Struktur
- Infeksi Kulit atau Jaringan Lunak
- Profilaksis Bedah
Cara Kerja Antibiotik Glikopeptida
Antibiotik Glikopeptida sebagai antibiotik bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan cara menghambat sintesis peptidoglikan. Adapun cara kerja lain meliputi :[2,3,7]
Vankomisin adalah antibiotik glikopeptida yang mengikat erat bagian D-alanyl-D-alanine dari prekursor dinding sel, menghalangi polimerisasi glikopeptida yang mengarah pada penghambatan sintesis dinding sel bakteri. Ini juga merusak permeabilitas membran sel bakteri dan sintesis RNA.
Teicoplanin, antibiotik glikopeptida yang menghambat pertumbuhan organisme yang rentan dengan mengganggu sintesis dinding sel. Ini memblokir sintesis peptidoglikan dengan mengikat residu D-alanyl-D-alanine[8].
Obat ini menyerap dengan sangat buruk melalui saluran gastrointestinal. Di salurkan melalui paru-paru, miokardium, dan jaringan tulang. Obat ini juga menyerap keseluruh cairan tubuh dan jaringan melalui plasenta. Ekskresi melalui urin dan feses dengan paruh waktu 4-6 jam dan 100-170 jam[9].
Contoh Obat Antibiotik Glikopeptida
Antibiotik Glikopeptida tersedia dalam bentuk kapsul, larutan dan bubuk untuk larutan injeksi. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, sementara yang lainnya dijual bebas di apotek.
Beberapa contoh Antibiotik Glikopeptida yang dijual bebas dan dengan resep dokter termasuk:[2]
- Vancomycin
- Dalbavancin
- Oritavancin
- Telavancin
- Teicoplanin
Efek Samping Antibiotik Glikopeptida
Antibiotik Glikopeptida dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan.
Beberapa efek samping umum dari Antibiotik Glikopeptida termasuk:[2]
- Sakit perut
- Sakit punggung
- Diare
- Busung
- Perut kembung
- Urine berbusa
- Sakit kepala
- Reaksi infus
- Kulit yang gatal
- Kadar kalium rendah
- Mual
- Ruam
- Gangguan rasa
- Infeksi saluran kemih
- Muntah
- Infeksi kulit
- Perubahan indra perasa
Obat ini dapat menurunkan fungsi pada ginjal, terutama untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas.[2]
Obat ini bersifat ototoksik sehingga dapat menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau permanen.[2]
Beritahu dokter Anda, jika anda sedang hamil atau menyusui.[3]
Beberapa jenis Antibiotik Glikopeptida memiliki dosis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jadi sebaiknya, konsultasikan dengan dokter mengenai dosis yang tepat.
Konsultasikan dengan dokter lebih dulu jika Anda menderita masalah ginjal, diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi.[6]