Anthophobia : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Anthophobia?

Anthophobia adalah salah satu jenis fobia spesifik di mana seseorang memiliki ketakutan berlebihan dan irasional terhadap bunga [1,2,3].

Jika banyak orang menyukai bunga karena warna maupun aromanya, maka terdapat sebagian kecil orang yang sama sekali takut, cemas dan panik ketika melihat bunga [1,2,3].

Anthophobia adalah ketakutan ekstrem terhadap bunga; ada yang takut terhadap jenis bunga tertentu, ada pula yang takut terhadap semua jenis bunga [1,2,3].

Penyebab Anthophobia

Seperti halnya fobia spesifik lain, belum diketahui penyebab pasti dari fobia spesifik seperti anthophobia.

Hanya saja, terdapat sejumlah faktor yang meningkatkan risiko seseorang menderita fobia spesifik seperti takut terhadap bunga.

  • Faktor Genetik

Memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan kecemasan, depresi, fobia spesifik (sama maupun berbeda), atau gangguan mental lainnya akan meningkatkan potensi seseorang memiliki kondisi serupa [1,3,4,5].

Kecenderungan perkembangan fobia spesifik banyak pula yang terjadi karena faktor keturunan [1,3,4,5].

  • Faktor Lingkungan

Seorang anak yang hidup di lingkungan dengan orang-orang dewasa yang tidak menyukai atau bahkan memiliki fobia terhadap bunga akan berpotensi besar memiliki kondisi serupa [1,3,4,5].

Anak mudah meniru dan belajar dari segala yang ada di sekitarnya, tak terkecuali sikap dan perilaku orang-orang dewasa (khususnya orang tua) yang tidak menyukai bunga [1,3,4,5].

Walau jarang, perubahan pada fungsi otak dapat menjadi salah satu penyebab fobia spesifik [1,3,4].

Tidak semua fobia pun dapat disebabkan oleh faktor ini sebab baru beberapa fobia yang dijumpai terjadi karena berubahnya fungsi otak [1,3,4].

  • Faktor Pengalaman Traumatis

Pengalaman traumatis atau pengalaman tak menyenangkan berkaitan dengan bunga dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung [1,2,3,4,5].

Seseorang yang pernah kehilangan orang yang dicintai serta memiliki pengalaman dengan pemakaman akan sangat rentan memiliki rasa takut, cemas dan panik saat berhadapan dengan bunga [1,2,3,4,5].

Pernah menonton adegan menyeramkan yang berhubungan dengan bunga pada suatu film atau pernah membaca tentang cerita seram mengenai bunga pun kemungkinan besar meningkatkan risiko anthophobia [1].

  • Faktor Jenis Kelamin

Walau tidak selalu, wanita tetap memiliki risiko lebih besar dalam mengalami fobia spesifik, termasuk anthophobia [1].

  • Faktor Sifat Bawaan

Memiliki sifat atau watak temperamen adalah salah satu peningkat risiko anthophobia maupun fobia spesifik atau gangguan kesehatan mental lainnya [1].

Terlalu sensitif, mudah tersinggung atau mudah marah serta selalu berperasaan dan berpikiran negatif mampu menjadi faktor yang memperbesar peluang seseorang menderita fobia tertentu [1].

Gejala Anthophobia

Gejala utama anthophobia adalah rasa panik, cemas dan takut berlebihan ketika penderita membayangkan, membicarakan atau bahkan melihat langsung bunga di sekitarnya [1,3].

Berikut ini adalah sejumlah gejala fisik, psikologis dan perilaku pada penderita anthophobia [1,2,3,4,5].

  • Panik dan takut secara berlebihan, irasional dan persisten.
  • Cenderung menghindari obyek bunga secara langsung, termasuk juga situasi, tempat maupun orang lain yang berkaitan dengan bunga.
  • Detak jantung semakin cepat.
  • Tangan berkeringat.
  • Mulut kering.
  • Nafas memburu / semakin cepat.
  • Mual
  • Tubuh gemetaran
  • Sesak nafas
  • Tubuh menggigil
  • Pusing
  • Hampir kehilangan kesadaran atau pingsan
  • Dada nyeri dan sesak
  • Sensasi seperti tercekik

Seseorang yang menderita anthophobia sebenarnya pun seringkali telah menyadari bahwa rasa takutnya tak beralasan [1].

Namun tidak semudah itu bagi penderita untuk mengendalikan rasa takut tersebut, termasuk mengatasinya [1].

Kondisi ini pun tak jarang justru diabaikan karena penderita tidak segera meminta pertolongan dari psikiater atau psikolog sehingga fobia memengaruhi kehidupan sehari-hari secara negatif [1].

Pemeriksaan Anthophobia

Untuk memastikan bahwa gejala yang dialami oleh penderita benar-benar mengarah pada anthophobia dan bukan sekedar rasa takut biasa, maka penting untuk memeriksakannya segera [1,3].

Penderita dapat mengunjungi ahli kesehatan mental profesional untuk berkonsultasi sekaligus menempuh evaluasi psikologis [1,3].

Panduan kriteria diagnostik DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of of Mental Disorders 5th Edition) akan digunakan untuk menegakkan diagnosa gejala anthophobia [1,3].

Jika kondisi pasien memenuhi kriteria DSM-5, maka bisa dipastikan bahwa pasien menderita anthophobia.

Kriteria DSM-5 sendiri sering digunakan untuk memeriksa penderita dengan gejala fobia spesifik dan kriteria-kriteria tersebut adalah [6,7] :

  • Pasien memiliki rasa takut berlebihan, intens dan cenderung irasional.
  • Pasien memiliki reaksi takut maupun panik seperti sedang dalam bahaya setiap kali membicarakan atau berhadapan dengan bunga.
  • Pasien cenderung selalu dan sebisa mungkin menghindari situasi, tempat, topik pembicaraan, acara, maupun orang-orang yang dekat dengan bunga.
  • Pasien mengalami gejala-gejala anthophobia setidaknya 6 bulan.
  • Pasien mengalami gejala-gejala anthophobia hingga kehidupan sehari-hari (baik sosial maupun sekolah atau pekerjaan) terhambat.
  • Gejala-gejala yang dialami pasien tidak disebabkan oleh kondisi gangguan kesehatan mental lain yang memiliki karakteristik serupa.

Dalam penegakkan diagnosa, terapis kemungkinan besar akan meminta pasien membuat daftar gejala fisik apa saja yang dialami, begitu pula gejala psikologis [6].

Pasien pun diminta untuk menyebutkan apa saja pemicu gejala, apa saja faktor yang membuat gejala lebih baik dan lebih buruk, hingga bagaimana cara pasien dalam mengatasi gejala yang dialami [6].

Terapis juga perlu mengetahui riwayat medis pasien sekaligus pengobatan apa saja yang sedang ditempuh [6].

Bahkan suplemen dan herbal pun dapat pasien informasikan kepada terapis karena efek samping obat dapat memengaruhi kesehatan mental pasien [6].

Penanganan Anthophobia

Psikoterapi dan obat-obatan umumnya menjadi penanganan utama bagi penderita fobia, tak terkecuali bagi penderita anthophobia.

  • Terapi Perilaku Kognitif

Terapi perilaku kognitif bertujuan utama mengubah dan memperbaiki reaksi, perilaku dan pikiran negatif pasien terhadap bunga (sumber penyebab ketakutan utama) [1,2,3].

Terapis akan membantu pasien dalam mengubah pola pikir dengan mengidentifikasi gangguan cara berpikir pasien dan akar masalah yang ditimbulkan [1,2,3].

Lama-kelamaan, pasien diharapkan dapat mengatasi rasa ketakutannya terhadap bunga [1,2,3].

Jika pikiran dan reaksi pasien dapat berubah menjadi lebih positif, hal ini otomatis berpengaruh pada perilaku yang tak lagi selalu menghindari bunga [1,2,3].

  • Terapi Eksposur

Terapi eksposur atau terapi pemaparan adalah jenis terapi yang menangani kondisi gejala pasien dengan secara sengaja memaparkan pasien kepada penyebab ketakutannya [1,2,3,4,5].

Jika dalam hal ini pasien takut terhadap bunga, maka terapis akan secara bertahap menunjukkan kepada pasien, gambar maupun video tentang bunga [1,2,3,4,5].

Cara ini akan membantu pasien agar terbiasa dengan visualisasi bunga agar selanjutnya dapat menghadapi bunga yang sesungguhnya tanpa rasa takut berlebihan [3].

Terapi ini memerlukan beberapa sesi untuk menghilangkan rasa takut pada pasien sepenuhnya, namun sudah sering digunakan dan terbukti dapat diandalkan [3].

  • Perubahan Pola Hidup

Perawatan diri sendiri perlu dilakukan oleh pasien selain memperoleh terapi dari terapis profesional.

Memperoleh kualitas tidur yang baik dengan tidur cukup serta berolahraga adalah kunci pengelolaan stres secara alami [8,9].

Mengurangi konsumsi kafein pun sangat dianjurkan karena efek kafein yang akan meningkatkan kecemasan [10].

Pasien dengan perubahan pola hidup menjadi lebih sehat akan lebih mampu mengatasi anthophobia maupun gangguan kesehatan mental yang menyertai.

  • Obat-obatan

Psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif dan terapi eksposur umumnya dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan [1,3].

Obat-obat yang terapis berikan tentu bertjuan untuk meredakan kecemasan, kepanikan, dan depresi [1,3].

SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors), SNRI (serotonin norepinephrine reuptake inhibitors), antidepresan trisiklik, benzodiazepine, beta-blockers, serta monoamine oxidase inhibitors merupakan obat-obatan yang paling umum diresepkan [1,3,11].

Bagaimana prognosis anthophobia?

Prognosis untuk anthophobia tergolong sangat bagus dan positif [3].

Karena saat ini tersedia layanan perawatan untuk kondisi fobia spesifik dalam berbagai macam terapi, lebih mudah bagi pasien dalam menerima pengobatan yang sesuai [3].

Terapis-terapis profesional berkualifikasi akan membantu pasien untuk pulih secara bertahap sehingga potensi kesembuhan pasien juga semakin besar [3].

Komplikasi Anthophobia

Seperti pada fobia spesifik lainnya, anthophobia dapat membuat penderitanya memiliki gejala yang semakin buruk.

Karena kecenderungan menghindari bunga terus-menerus, penderita anthophobia dapat mengurung diri di rumah dan enggan untuk pergi ke rumah orang lain, taman, restoran, acara pernikahan, hingga acara pemakaman maupun tempat lain dengan keberadaan bunga [1,3].

Penderita pun biasanya akan menghindari pembicaraan dengan topik bunga karena memikirkannya saja sudah membuat penderita panik [1,3].

Hal seperti ini pun berpotensi membuat penderita semakin menghindari interaksi dengan orang lain karena takut pembicaraan mengarah kepada sesuatu yang ia takuti. Isolasi diri pun akan memicu perkembangan komplikasi yang lebih serius seperti [1] :

  • Penyalahgunaan obat terlarang.
  • Depresi dan putus asa.
  • Keinginan untuk bunuh diri.

Pencegahan Anthophobia

Cukup sulit untuk mencegah agar anthophobia sama sekali tidak terjadi, namun pemeriksaan gejala secara dini sangat dianjurkan.

Pemeriksaan dini akan membantu pasien memperoleh penanganan secepatnya.

Hal ini akan meminimalisir risiko memburuknya gejala serta risiko berkembangnya komplikasi yang merugikan pasien.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment