Daftar isi
Apa Itu Atelophobia?
Atelophobia adalah sebuah kondisi di mana seseorang memiliki gangguan kecemasan dan ketakutan berlebih terhadap ketidaksempurnaan [1,2,5,11].
Penderita atelophobia cenderung ingin meraih hasil terbaik dan sempurna dalam setiap ide maupun tindakan mereka.
Meski demikian, ketakutan yang dialami oleh penderita ateophobia adalah ketakutan akan situasi yang sebenarnya tidak mengandung bahaya maupun ancaman.
Karena hal tersebut, atelophobia kerap disamaartikan dengan sifat perfeksionis di mana sebenarnya keduanya adalah hal berbeda.
Menurut seorang profesor psikiatri, penderita atelophobia memiliki rasa cemas dan takut berlebih dalam membuat kesalahan dalam berbagai hal dan cenderung menghindarinya sekeras apapun.
Ketika penderita atelophobia tak dapat mencapai tujuannya secara sempurna, maka emosi negatif akan menguasainya dalam jangka panjang.
Perbedaan Atelophobia dan Perfeksionisme
Walau memiliki kemiripan, kedua kondisi atelophobia dan perfeksionisme tidak sama.
Penderita atelophobia memang mementingkan kesempurnaan dalam mencapai tujuannya, namun atelophobia adalah kondisi ketika seseorang memasang sendiri standar tinggi untuk dirinya sendiri [1,3,5].
Perbedaannya dari perfeksionisme adalah ketika penderita atelophobia menetapkan standar tinggi untuk dirinya sendiri namun tanpa unsur motivasi [1,5].
Sementara pada orang-orang perfeksionis, mereka akan bekerja lebih keras untuk merespon tekanan atau rasa stres yang dialami.
Pada kasus orang dengan atelophobia, mereka hanya sekadar menghindari seluruh kesalahan sebisa mungkin tanpa melakukan apapun.
Perfeksionisme juga berbeda dari atelophobia karena menjadi perfeksionis dapat pula diartikan sebagai efek dari keinginan untuk menjadi sukses [5].
Karena hasrat untuk menjadi sukses sangat besar dan kuat, maka secara otomatis seseorang akan berusaha menjadi lebih baik untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan tanpa takut jatuh dan gagal.
Perfeksionisme dapat menjadi suatu sifat yang mendarah daging di dalam diri seseorang bahkan hanya ketika seseorang tinggal dan tumbuh di lingkungan yang kritis dan kaku.
Hal tersebut dikemukakan oleh Boduryan-Turner di mana ini menjadi alasan bagi seseorang untuk hanya memiliki sedikit ruang untuk membuat kesalahan.
Tumbuh di lingkungan seperti itu membuat seseorang tak memiliki fleksibilitas sehingga tak ada kata belajar menoleransi setiap ketidaksempurnaan, kegagalan dan kesalahan.
Perbedaan Atelophobia dan Atychiphobia
Atelophobia juga berbeda dari kondisi atychiphobia di mana atychiphobia sendiri adalah rasa takut berlebih terhadap kegagalan.
Jika atychiphobia adalah ketakutan berlebih terhadap kegagalan, maka atelophobia adalah ketakutan berlebih terhadap ketidaksempurnaan dalam segala hal [1,4].
Hasil pekerjaan yang tak sempurna lebih-lebih membuat penderita atelophobia akan merasakan kecemasan, kepanikan dan kewaspadaan tinggi.
Tinjauan Atelophobia adalah ketakutan berlebih terhadap ketidaksempurnaan namun alih-alih memperbaiki masalah, kegagalan dan ketidaksempurnaan, penderita lebih memilih menghindari hal-hal yang tidak pasti sempurna.
Penyebab Atelophobia
Penyebab atelophobia belum diketahui secara pasti hingga kini, namun faktor genetik dan lingkungan adalah yang paling dihubungkan dengan kondisi fobia spesifik ini.
- Faktor Genetik : Terdapat faktor keturunan yang diduga mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami atelophobia di mana para peneliti pun meyakini hal ini [1,2,3,5,6,8,9].
- Faktor Ancaman Mental dan Fisik : Pengalaman tak menyenangkan di masa lalu, seperti mendapatkan ancaman secara mental dan fisik dapat pula membuat seseorang lebih rentan mengalami kondisi seperti atelophobia, takut bila hal yang ia kerjakan tidak sempurna [1,8].
- Faktor Pengalaman Traumatis : Trauma pada masa kecil, termasuk juga adanya penganiayaan fisik dapat menjadi salah satu hal yang membekas pada diri seseorang sehingga ia tumbuh dengan ketakutan tertentu. Pengalaman buruk di masa lalu yang berhubungan dengan tekanan untuk menjadi sempurna serta berbagai kegagalan yang membuat malu pun berpotensi menjadi faktor pemicu atelophobia [1,2,6,8].
- Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan dapat berupa cara didik keras dari orang tua dan guru yang mengharuskan segala sesuatu sempurna. Atau, seseorang kerap melihat lingkungan sekitarnya dipenuhi dengan orang-orang yang mengutamakan kesempurnaan [1,2,6,7,8,9].
- Faktor Konflik Emosional : Seperti rata-rata kasus fobia, konflik emosional yang belum selesai menjdi salah satu alasan berkembangnya kondisi atelophobia maupun fobia spesifik lainnya [1,10].
- Faktor Perfeksionisme : Atelophobia dapat berasal dari sifat perfeksionis yang tanpa disadari telah dimiliki [1,5].
- Faktor Kepribadian Sensitif : Seseorang yang lebih sensitif dan selalu merasa tak aman (insecure) akan jauh lebih berpotensi mengembangkan atelophobia [1,9].
Tinjauan Belum diketahui pasti penyebab atelophobia, namun beberapa faktor dapat menjadi peningkat risiko seseorang mengalaminya. Faktor genetik, faktor ancaman mental dan fisik, faktor konflik emosional yang belum selesai, faktor kepribadian (sifat yang sensitif), faktor perfeksionisme, faktor lingkungan, hingga pengalaman traumatis mampu menjadi pemicu atelophobia.
Gejala Atelophobia
Atelophobia pada dasarnya mirip dengan kebanyakan kondisi fobia di mana gejala baru akan timbul ketika ada pemicunya.
Atelophobia menurut Boduryan-Turner adalah sebuah rasa cemas dan takut yang bersifat subyektif karena ketidaksempurnaan yang dilihat oleh penderita atelophobia dan ketidaksempurnaan yang dilihat orang lain itu bisa berbeda.
Bagi seseorang dengan atelophobia, suatu hal yang baginya tak sempurna mungkin adalah sesuatu yang baik-baik saja bagi orang lain dan sudah tergolong sempurna.
Tekanan emosional adalah gejala utama yang umumnya dirasakan penderita atelophobia.
Ketika tekanan emosional ini tak segera dikelola dengan baik dan ditangani, maka hal ini akan memicu berbagai gejala lainnya seperti [1,2,5,6,7,8] :
- Rasa takut berlebihan yang cenderung bersifat intens
- Kecemasan berlebih
- Rasa panik
- Penurunan daya konsentrasi
- Kewaspadaan tinggi
- Mudah marah atau tersinggung
- Kebingungan atau merasa linglung
- Takut kehilangan kendali terhadap diri sendiri
- Merasa tak berdaya
- Menarik diri
Selain gejala emosional, terdapat beberapa gejala fisik yang dapat timbul ketika atelophobia dialami oleh seseorang, yaitu antara lain [1,2] :
- Kekakuan otot
- Hiperventilasi
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Nafas cepat
- Mulut kering
- Mual
- Palpitasi atau detak jantung lebih cepat
Namun selain gejala fisik dan emosional, beberapa tanda lainnya yang perlu dikenali dan diwaspadai sebagai gejala atelophobia adalah [11] :
- Prokrastinasi
- Kesulitan dalam membuat keputusan
- Mengecek hasil pekerjaan berkali-kali untuk menemukan kesalahan
- Mencari jaminan
- Gangguan tidur karena kecemasan dan ketakutan yang dirasakan tanpa henti
- Perubahan nafsu makan (nafsu makan dapat menurun atau justru meningkat)
Tinjauan Timbulnya rasa takut yang intens merupakan gejala utama atelophobia ketika dihadapkan pada ketidaksempurnaan. Hal ini dapat disertai dengan gejala lain seperti mual, berkeringat, pusing, dan otot tegang. Prokrastinasi, sulit membuat keputusan, hingga mengecek hasil pekerjaan berulang kali adalah tanda lainnya bahwa seseorang menuntut kesempurnaan yang berkaitan dengan atelophobia.
Pemeriksaan Atelophobia
Kondisi gejala atelophobia sebaiknya diperiksakan langsung ke ahli kesehatan jiwa dan mental, seperti psikolog ataupun psikiater.
Ahli kesehatan mental dan jiwa akan mendiagnosa secara lebih akurat berdasarkan kriteria khusus untuk fobia spesifik yang bukan merupakan kapasitas dokter umum dalam melakukannya.
Biasanya, hasil diagnosa akan didasarkan pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) edisi paling baru oleh American Psychiatric Association [12].
Para ahli kesehatan jiwa dan mental umumnya akan memeriksa pasien dengan menganalisa tekanan emosional.
Frekuensi dan intensitas tinggi gejala tekanan emosional yang dialami pasien membantu terapis untuk mendapatkan hasil diagnosa yang lebih akurat.
Berikut ini merupakan tanda-tanda utama seseorang positif memiliki kondisi atelophobia [1] :
- Bereaksi atau mengeluarkan respon berlebihan terhadap sesuatu yang dianggapnya tidak sempurna, sekalipun saat sedang berada di tempat umum (baik saat sedang rapat atau sedang melakukan public speaking),
- Cenderung menghindari situasi-situasi di mana penderita atelophobia tahu betul bahwa dirinya telah melakukan kesalahan dan membuat hasilnya tidak sempurna. Alih-alih memperbaiki ketidaksempurnaan dan kesalahan tersebut, penderita atelophobia akan lebih memilih menghindarinya terus-menerus.
- Sangat kritis saat berkaitan dengan pekerjaan sehingga sangat teliti pada kesalahan sekecil apapun yang terjadi karena standarnya yang terlampau tinggi.
- Lebih memilih tidak melakukan apapun daripada melakukan sesuatu yang kemungkinan akan salah atau melakukan sesuatu secara tidak sempurna.
- Kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu karena menuntut kesempurnaan dan kesulitan dalam menjaga hubungan dengan orang lain karena keengganan melakukan hal-hal yang merusak kesempurnaan hasil.
Tinjauan Diagnosa fobia spesifik seperti atelophobia umumnya akan ditentukan hasilnya berdasarkan pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Penanganan Atelophobia
Seperti kondisi phobia spesifik pada umumnya, penanganan yang diberikan akan meliputi pemberian obat, penempuhan psikoterapi, hingga perubahan gaya hidup jika diperlukan.
Dokter perlu mengidentifikasi lebih dulu penyebab atau faktor risiko atelophobia pasien untuk dapat memberikan penanganan yang sesuai.
Melalui Psikoterapi
Psikoterapi yang dimaksud di sini adalah terapi perilaku kognitif di mana terapis akan membantu pasien untuk memahami kondisi dirinya sendiri [1,2,7].
Ketika pasien telah memahami pola pikiran negatifnya, maka terapis akan membantu dan membimbingnya untuk mengubah pikiran-pikiran negatif tersebut.
Terapis akan membantu mengubahnya menjadi lebih positif.
Desensitisasi adalah bentuk psikoterapi lainnya yang juga kemungkinan dianjurkan oleh terapis untuk pasien dapat menempuhnya [1,2,6,7,8].
Terapi ini juga disebut dengan istilah terapi eksposur atau paparan di mana pasien akan dengan sengaja di mana tujuannya adalah untuk mengurangi rasa mudah terpengaruh oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan dalam hal-hal yang dikerjakannya.
Efektivitas terapi perilaku kognitif untuk penderita fobia sangat tinggi di mana penderita depresi, ketakutan dan kecemasan berlebih akan merasa lebih baik nantinya.
Sudut pandang dan segala hal negatif yang diyakini oleh pasien sebelumnya akan tergantikan dengan pikiran dan keyakinan positif melalui terapi ini.
Sementara itu, terapi eksposur akan membantu pasien dalam menghadapi kesalahan dan ketidaksempurnaan tanpa merasa takut, panik maupun cemas.
Terapis akan memperbaiki sikap, perilaku dan respon pasien terhadap hal-hal yang ia semula khawatirkan.
Melalui Obat-obatan
Selain psikoterapi, pasien fobia spesifik, termasuk atelophobia kemungkinan tetap memerlukan obat-obatan untuk mengurangi gejala yang dialami [1,2].
Jika penderita mengalami gejala komorbiditas seperti perubahan suasana hati ekstrem, depresi, kecemasan dan gangguan tidur, obat-obatan untuk mengatasi gejala-gejala ini perlu diberikan.
Obat penenang atau antidepresan dan anticemas biasanya diresepkan oleh dokter yang bahkan berpotensi dikombinasi bersama psikoterapi.
Tinjauan Penanganan atelophobia meliputi metode psikoterapi (terapi eksposur dan terapi perilaku kognitif) serta pemberian obat-obatan penenang dan antidepresan yang umumnya ditempuh oleh penderita fobia spesifik.
Komplikasi dan Pencegahan
Penderita atelophobia yang tidak segera mendapatkan penanganan untuk gejala-gejala yang dialami, kemungkinan gejala memburuk sangat besar.
Ketika diabaikan, kegiatan sehari-hari mulai dari performa pekerjaan hingga kehidupan sosial pasti akan terganggu.
Penurunan kualitas hidup dan kelangsungan hidup yang tak biasa menjadi komplikasi paling memungkinan untuk terjadi.
Tidak terdapat cara mencegah atelophobia, namun untuk meminimalisir risiko komplikasi, segera atasi gejalanya saat mulai nampak atau dialami.
Tinjauan Terhambatnya kelangsungan hidup penderita menjadi risiko komplikasi yang patut diwaspadai. Karena tak terdapat cara mencegahnya, mengatasi gejala sejak dini dapat meminimalisir risiko atelophobia memburuk.