Buta Warna : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Buta Warna?

Buta Warna ( img : Zoomax )

Buta warna merupakan suatu kondisi ketika penglihatan terhadap warna-warna tertentu berkurang, namun ada pula yang mengalami penglihatan monokromatik atau buta warna total [1,4,5,6,7].

Penderita buta memiliki kualitas penglihatan yang berbeda terhadap warna-warna dari kebanyakan orang.

Karena hal ini, penderita buta warna seringkali mengalami kesulitan dalam membedakan warna-warna tertentu.

Tinjauan
Buta warna adalah kondisi ketidakmampuan seseorang dalam melihat dan membedakan antar warna. Pada kasus seseorang tak dapat melihat warna sama sekali (seluruh benda nampak abu-abu) disebut dengan istilah monokromatik atau buta warna total.

Fakta Tentang Buta Warna

Menurut Howard Hughes Medical Institute, terdapat 7% kasus buta warna pada pria dan 0,4% pada wanita di Amerika Serikat dengan ketidakmampuan membedakan warna merah dan hijau [3].

Sementara di Indonesia, kurang lebih terdapat 0,7% kasus dengan penderita rata-rata adalah pria [1].

Penderita ada yang kesulitan mengenali warna putih dan hitam, namun ada pula yang hanya kesulitan mengenali beberapa warna.

Kasus buta warna pada wanita hanya tidak lebih dari 1% kasus, sedangkan pada pria persentasenya adalah 7-10% [1].

Antar satu orang dengan orang yang lain memiliki persepsi warna yang sedikit warna walaupun orang-orang ini tidaklah mengalami buta warna.

Rata-rata pemiliki kondisi buta warna mengalaminya sejak lahir namun hal ini jarang nampak selama hidupnya.

Penyebab Buta Warna

Buta warna adalah suatu kondisi yang bisa disebabkan oleh faktor genetik, faktor cedera, faktor kondisi medis tertentu, maupun juga faktor risiko lainnya.

1. Faktor Cedera atau Kondisi Medis Tertentu

Buta warna dapat terjadi karena seseorang mengalami cedera atau penyakit tertentu [4,6,7].

Cedera atau penyakit yang memengaruhi otak atau mata mampu berisiko memicu kondisi buta warna.

Berikut ini adalah beberapa hal terkait faktor cedera maupun penyakit yang mampu menyebabkan buta warna :

Tak hanya karena faktor cedera yang terjadi pada mata atau otak atau beberapa penyakit otak dan mata yang dapat menyebabkan buta warna.

Penggunaan beberapa jenis obat, khususnya obat untuk artritis reumatoid seperti plaquenil pun mampu menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko buta warna pada seseorang.

2. Faktor Genetik

Buta warna adalah kondisi genetik, yaitu suatu keadaan yang diwarisi oleh anak dari orangtuanya [1,4,7,8] .

Buta warna karena faktor genetik akan lebih sulit untuk membaik dan mengalami pemulihan.

Bahkan seringkali buta warna genetik dapat berkembang jauh lebih buruk.

Bagaimana seseorang mewarisi kondisi buta warna dari orangtua? [4]

Buta warna adalah suatu kondisi yang anak-anak dapat warisi dari orangtua mereka karena mutasi gen.

Sekelompok gen dalam tubuh manusia disebut dengan kromosom, yaitu kromosom X dan kromosom Y.

Perempuan memiliki dua buah kromosom X, sedangkan laki-laki hanya memiliki masing-masing satu buah kromosom (1 kromosom X dan 1 kromosom Y).

Karena buta warna terjadi karena mutasi gen, yaitu kromosom X, maka buta warna jauh lebih banyak dialami oleh pria yang hanya memiliki sebuah kromosom X.

  • Pada perempuan yang memiliki dua buah kromosom X (satu dari ayah dan satu dari ibu), ia akan mengalami buta warna merah-hijau jika kedua kromosom X tersebut bermutasi.
  • Pada laki-laki yang memiliki satu buah kromosom X (yaitu dari ibu) dan memiliki gen buta warna merah-hijau, hal ini akan membuatnya memiliki kondisi buta warna merah-hijau.

Sementara itu, ada pula kasus buta warna total serta buta warna biru-kuning yang diwarisi oleh anak dari orangtua namun dengan kromosom yang berbeda.

Karena mutasi gen yang berbeda, maka risiko laki-laki dan perempuan untuk mengalami buta warna total serta buta warna biru-kuning sama tingginya.

Faktor Risiko Buta Warna

Selain faktor memiliki orangtua atau anggota keluarga dengan riwayat buta warna dan juga berjenis kelamin laki-laki, beberapa faktor berikut dapat menjadi peningkat risiko seseorang mengalami buta warna [1,2,4,6,7]:

  • Orang kulit putih, khususnya orang keturunan Kaukasia
  • Penderita diabetes
  • Penderita multiple sclerosis
  • Penderita Alzheimer
  • Penderita degenerasi makula
  • Pengguna obat tertentu, seperti obat artritis reumatoid
Tinjauan
Faktor genetik, cedera, penyakit tertentu, serta jenis kelamin (laki-laki) adalah faktor-faktor yang mampu menyebabkan atau meningkatkan risiko buta warna.

Jenis-jenis Buta Warna

Buta warna terdiri dari beberapa jenis kondisi, mulai dari ketidakmampuan melihat atau membedakan warna-warna tertentu atau sama sekali tak mampu membedakan warna.

Buta Warna Merah-Hijau

Buta warna merah-hijau ini pun masih terbagi menjadi beberapa kondisi lagi, yaitu [1,2,4,5,6,7] :

  • Protanopia dan Deuteranopia : Kondisi ini adalah ketika penderita tidak memiliki kemampuan membedakan antara warna merah dengan hijau.
  • Protanomali : Kondisi ini tergolong ringan dan tak sampai menghambat kegiatan sehari-hari, namun penderita mengalami kesulitan dalam melihat warna merah. Ini karena pada penglihatannya, warna merah justru lebih ke hijau.
  • Deuteranomali : Kondisi ini tergolong ringan dan tidak membuat penderitanya terganggu saat melakukan rutinitas, namun penderita mengalami kesulitan melihat warna hijau. Ini karena pada penglihatannya, warna hijau justru nampak merah.

Buta Warna Biru-Kuning

Jenis buta warna ini lebih jarang dibandingkan dengan buta warna merah-hijau.

Pada kondisi buta warna biru-kuning, penderita akan kesulitan dalam membedakan warna biru dengan hijau dan kuning dengan merah.

Terdapat dua klasifikasi jenis buta warna biru-kuning yang perlu dikenali, yaitu [4,5,6,7] :

  • Tritanopia : Penderita tidak memiliki kemampuan membedakan antara warna kuning dengan merah muda, ungu dengan merah, serta biru dengan hijau; ditambah warna-warna yang terlihat tampak begitu redup atau tidak secerah normalnya.
  • Tritanomali : Penderita tidak memiliki kemampuan membedakan antara warna kuning dengan merah serta biru dengan hijau di mana kondisi ini adalah yang paling umum terjadi pada jenis buta warna biru-kuning.

Buta Warna Total

Pada kondisi buta warna total—yang disebut juga dengan istilah monokromasi—penderita memiliki ketidakmampuan dalam melihat warna-warna sama sekali [4,7,8].

Pemilik jenis kondisi buta warna ini umumnya memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap cahaya.

Bahkan tingkat ketajaman penglihatan penderita jenis buta warna total tergolong rendah.

Tinjauan
Ada tiga jenis kondisi buta warna, yaitu buta warna merah-hijau, biru-kuning (sangat jarang), dan buta warna total.

Gejala Buta Warna

Orang-orang dengan buta warna umumnya memiliki gejala-gejala yang ringan yang artinya tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari.

Bahkan beberapa orang dengan buta warna merah-hijau atau biru-kuning tak menyadari bahwa mereka memiliki kekurangan dalam kemampuan membedakan warna.

Walau gejala buta warna rata-rata sangat ringan, tetap ada beberapa kasus di mana gejala buta warna sangat parah.

Untuk anak-anak dengan masalah buta warna, orangtua anak tersebut akan mengetahuinya saat anak mulai mempelajari warna.

  • Kesulitan dalam melihat warna.
  • Kesulitan dalam melihat tingkat terangnya suatu warna secara normal.
  • Tidak mampu membedakan warna-warna yang hampir mirip, hal ini umumnya terjadi pada pemilik kondisi buta warna biru-kuning serta merah-hijau.

Pada kondisi yang lebih serius, gejala dapat berupa ketajaman penglihatan yang rendah sehingga penderita tak mampu melihat obyek apapun secara jelas.

Sementara itu, ada pula akromatopsia yang menjadi gejala dari kondisi buta warna total sehingga penderita hanya dapat melihat dan mengenali warna abu-abu.

Selain itu, pada beberapa kasus buta warna yang parah juga akan menimbulkan gejala nistagmus atau pergerakan mata yang tidak terkontrol.

Tinjauan
Kesulitan dalam melihat warna-warna, kesulitan membedakan warna-warna yang mirip, serta kesulitan melihat warna obyek dengan tingkat kecerahan normal adalah gejala-gejala buta warna (khususnya jenis merah-hijau dan biru-kuning).

Pemeriksaan Buta Warna

Banyak orang dengan kondisi buta warna tak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami buta warna karena mampu beradaptasi dengan baik.

Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa pemeriksaan perlu diperlukan walau penderita tidak mengalami kesulitan dalam melakukan berbagai hal sehari-hari.

Pemeriksaan buta warna tak hanya diperlukan sebagai syarat untuk profesi pekerjaan tertentu (dokter, masinis, dan pilot), namun juga bertujuan mengetahui kondisi kesehatan mata secara menyeluruh.

  • Color Plate Test

Tes ini disebut juga tes Ishihara, yaitu suatu pemeriksaan yang umumnya diterapkan oleh dokter spesialis mata dengan meminta pasiennya melihat suatu gambar yang terbentuk dari titik-titik beragam ukuran dan warna [4,5,6,7].

  • Tes Anomaloskop

Penerapan tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kondisi buta warna merah-hijau pada pasien [4,7]].

Pada metode pemeriksaan ini, pasien akan diminta untuk melihat sebuah lingkaran yang di atasnya terdapat lampu berwarna kuning sementara ada lampu merah dan hijau di bagian bawahnya.

Pasien harus menggunakan kenop khusus untuk menyesuaikan dan menyatukan kedua bagian yang mempunyai tingkat kecerahan serta warna yang sama.

  • Hue Test

Dokter akan menyediakan blok dengan warna yang sama namun berbeda nuansa untuk mendeteksi kondisi buta warna pasien [4,5].

Pasien diminta untuk mengaturnya dalam penempatan yang benar sesuai dengan golongan warna masing-masing atau penempatan warna yang senada satu sama lain.

Jika pasien kesulitan atau tak mampu melakukannya, maka dokter dapat menyimpulkan bahwa pasien mengalami buta warna tertentu.

Tinjauan
Pemeriksaan utama untuk mendeteksi buta warna adalah color plate test atau tes Ishihara, tes anomaloskop, dan hue test.

Penanganan Buta Warna

Buta warna tidak dapat disembuhkan, terutama buta warna karena faktor genetik.

Banyak penderita buta warna berusaha untuk beradaptasi dengan kondisinya sebab pada dasarnya buta warna bukanlah suatu kondisi kesehatan mata yang mengancam jiwa.

Buta warna tidak berbahaya dan rata-rata tak memicu masalah kesehatan mata yang lebih serius, kecuali kondisi ini disebabkan oleh kondisi medis tertentu.

Bila buta warna timbul karena suatu kondisi medis, maka dokter akan mengatasi kondisi medis tersebut dengan memberikan obat sesuai keadaan pasien.

Bila buta warna timbul karena suatu penggunaan obat tertentu, maka berhenti dari penggunaan obat tersebut adalah yang terbaik.

Pasien dapat mengonsultasikan hal ini lebih jauh mengenai alternatif obat untuk penggunaan obat yang dihentikan.

Beberapa hal yang dilakukan untuk membantu seorang penderita buta warna antara lain adalah [4,5,7] :

  • Anggota keluarga atau teman dapat memberikan bantuan seperti memilihkan warna pakaian yang cocok.
  • Anggota keluarga atau teman dapat memberikan bantuan dalam mengecek warna makanan dan apakah makanan yang hendak dikonsumsi penderita itu aman.
  • Penggunaan teknologi seperti komputer atau aplikasi ponsel pintar dalam mengidentifikasi warna.
  • Penggunaan pencahayaan berkualitas tinggi di rumah agar penderita dapat lebih mudah dalam membedakan warna.
  • Penggunaan lensa kontak atau kacamata khusus dapat membantu dalam membedakan warna di mana untuk lensa kontak dapat digunakan pada salah satu sisi mata atau kedua mata supaya warna-warna tertentu dapat lebih mudah dibedakan.
Tinjauan
Buta warna karena kondisi medis tertentu umumnya ditangani dengan pemberian obat sesuai kondisi yang dialami pasien. Namun pada buta warna karena faktor genetik, bantuan teknologi, lensa kontak atau kacamata khusus serta bantuan dari orang-orang sekitar sangat dibutuhkan untuk penderita dapat beraktivitas normal.

Komplikasi Buta Warna

Buta warna sejak lahir atau buta warna yang disebabkan oleh mutasi genetik tidaklah berbahaya.

Selama orang dengan buta warna dapat beradaptasi dengan baik dan gejala yang ditimbulkan tidak terlampau serius, maka melakukan kegiatan sehari-hari tidak begitu sulit.

Namun bagi pemilik kondisi buta warna karena kondisi gangguan kesehatan mata atau kondisi medis lain, seperti degenerasi makula atau retinopati diabetik dapat menyebabkan kerusakan retina. Hal ini pun dapat berujung pada kebutaan.

Selain itu, pada beberapa penderita buta warna mungkin akan menghadapi masalah-masalah seperti [5] :

  • Pilihkan karir atau pekerjaan yang terbatas.
  • Bingung saat harus membeli atau menggunakan obat karena kesulitan melihat label.
  • Kesulitan dalam kegiatan belajar di sekolah, khususnya jika berhubungan dengan pewarnaan.
  • Kesulitan dalam mengidentifikasi makanan yang matang atau belum matang dari warna.
  • Kesulitan dalam membedakan tanda peringatan serta sulit dalam mengidentifikasinya.
Tinjauan
Buta warna karena faktor genetik tidaklah berbahaya, namun pada buta warna karena faktor kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko kerusakan retina hingga kebutaan. Namun dalam kehidupan sehari-hari, beberapa kesulitan dalam identifikasi obyek berpotensi terjadi.

Pencegahan Buta Warna

Buta warna tak dapat dicegah, khususnya jika penyebabnya adalah mutasi genetik atau faktor keturunan.

Namun bagi kondisi buta warna karena suatu cedera, penggunaan obat hingga kondisi medis tertentu, buta warna dapat dicegah dengan [7] :

  • Memeriksakan kondisi kesehatan mata secara rutin.
  • Menjalani pola hidup atau pola diet yang sehat dengan asupan vitamin A yang terpenuhi dengan baik.
  • Mengatasi segera masalah kesehatan mata yang timbul sejak dini.
Tinjauan
Buta warna karena faktor genetik tidak dapat dicegah, namun pada kondisi buta warna yang disebabkan oleh penyakit atau obat tertentu, maka risiko dapat diminimalisir dengan menjalani pemeriksaan mata rutin, berdiet sehat, serta mengatasi dini gangguan pada mata.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment