7 Cara Mencegah Penularan TBC yang Efektif

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tuberkulosis (TBC) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Infeksi bakteri TBC biasanya mempengaruhi paru-paru, tapi bisa juga menyebar ke bagian lain tubuh, seperti otak dan tulang belakang[1].

TBC merupakan penyakit yang sangat umum, diperkirakan menginfeksi 25% dari populasi di seluruh dunia. TBC ditandai dengan batuk kronis, sakit dada, mengeluarkan darah saat batuk, keletihan, dan demam[1, 2].

Bakteri penyebab TBC dapat menular melalui droplet cairan pernapasan yang dikeluarkan orang yang terinfeksi ketika batuk, bersin, berbicara, atau tertawa. Jika kita menghirup droplet tersebut, kita bisa ikut terinfeksi[1].

 Berikut beberapa cara mencegah terjadinya penularan TBC:

1. Mengatasi TBC Aktif

Penyakit TBC aktif terjadi ketika bakteri memperbanyak diri dan menyebabkan sakit. Orang dengan infeksi TBC aktif dapat menularkan penyakit pada orang lain[1].

Oleh karenanya, mengidentifikasi orang dengan TBC aktif dan mengobatinya termasuk salah satu cara pencegahan penularan penyakit.  Dengan penanganan yang tepat, penderita TBC tidak akan lagi menularkan bakteri pada orang lain[3].

Penanganan preventif menghentikan infeksi TBC berkembang menjadi penyakit pada orang yang terinfeksi dan dapat melindungi individu yang bersangkutan dan komunitas dari TBC[2].

2. Menerapkan Etika Batuk

Penularan TBC disebabkan oleh terhirupnya droplet cairan pernapasan dari orang yang terinfeksi. Droplet tersebut mengandung bakteri penyebab TBC, yang mana akan menyebabkan infeksi saat dihirup oleh orang lain[3].

Sehingga orang yang terinfeksi TBC hendaknya menerapkan etika batuk untuk mencegah pelepasan bakteri ke udara ketika batuk. Etika batuk ialah tindakan menutupi mulut dan hidung dengan tisu saat batuk. Tisu yang telah digunakan segera dibuang ke tempat sampah[3].

Jika tisu tidak tersedia, disarankan untuk menutupi mulut dan hidung menggunakan siku yang dilipat ketika batuk atau bersin. Hindari menutupi batuk atau bersin dengan tangan. Selain itu, sebaiknya kita mencuci tangan dengan sabun setelah batuk atau bersin[3].

3. Menerapkan Tindakan Pencegahan Penularan

Cara mengendalikan infeksi TBC meliputi penggunaan masker dan respirator, yang mana dapat mencegah penularan bakteri TBC pada lokasi dengan risiko penularan tinggi[3].

Penularan TBC terutama terjadi pada lokasi tertutup dengan ventilasi yang buruk. Lokasi yang memiliki risiko penularan tinggi ialah lingkungan tinggal dengan kepadatan tinggi, seperti rumah sakit, rumah perawatan, penjara, atau asrama[4].

Memastikan ruangan di rumah atau kantor memiliki ventilasi yang baik dapat membantu mencegah penularan TBC[3].

Selain itu, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan memisahkan orang yang terinfeksi TBC dari orang lain. Penderita TBC tidak harus dirawat di ruang isolasi rumah sakit, tapi sebaiknya berada di ruangan sendiri, terpisah dari orang lain. Jika dirawat di rumah, sebaiknya disiapkan satu kamar dengan ventilasi yang baik untuk penderita TBC[3].

4. Mencegah TBC Laten untuk Berkembang

TBC laten (disebut juga TBC inaktif) ialah kondisi di mana terdapat bakteri TBC di dalam tubuh tapi sistem kekebalan tubuh mencegah penyebarannya. Orang dengan TBC laten tidak mengalami gejala, tidak sakit, serta tidak menularkan bakteri[1, 5].

Akan tetapi, bakteri yang menginfeksi tetap hidup dan dapat berkembang menjadi infeksi aktif[1].

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, risiko berkembangnya bakteri TBC menjadi infeksi aktif lebih tinggi pada orang-orang yang memiliki kondisi berikut[5]:

  • Orang yang mengalami infeksi HIV
  • Orang yang terinfeksi bakteri TBC dalam 2 tahun terakhir
  • Bayi dan anak kecil
  • Pengguna obat ilegal injeksi, seperti narkoba
  • Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat penyakit tertentu
  • Orang berusia lanjut
  • Orang yang tidak mendapatkan penanganan tepat saat sakit TBC sebelumnya

Orang yang memiliki TBC laten dan termasuk dalam salah satu kelompok berisiko tinggi, disarankan untuk mendapatkan pengobatan untuk mencegah penyakit TBC berkembang[5].

Pengobatan infeksi TBC laten standar meliputi 9 bulan isoniazid, dikenal sebagai isoniazid prophylaxis therapy (IPT)[4].

HIV merupakan faktor risiko terbesar berkembangnya penyakit pada orang dengan infeksi TBC laten atau baru terinfeksi bakteri TBC. Risiko tersebut mencapai 20-37 kali lebih besar dibandingkan orang-orang yang tidak mengalami HIV[4].

Untuk menghindari penanganan kasus TBC aktif dengan monoterapi, penderita HIV sebaiknya menjalani pemeriksaan untuk TBC aktif sebelum pemberian IPT[4].

5. Vaksinasi TBC

Vaksin yang tersedia untuk TBC ialah vaksin BCG (bacillus Calmette-Guerin) yang dikembangkan melalui bagian serial dari Mycobacterium bovis. BCG merupakan vaksin yang banyak digunakan di seluruh dunia, tapi tingkat efektivitasnya berbeda-beda, antara 0-80%[3, 4, 5].

Studi secara konsisten menunjukkan efek protektif melawan bentuk TBC paling berat pada anak-anak, termasuk TBC meningitis[4].

Namun BCG menghasilkan perlindungan dengan efektivitas berbeda-beda dalam melawan TBC pulmoner pada orang dewasa. Karena sebagian besar penularan beras dari kasus pulmoner dewasa, vaksin BCG umumnya digunakan untuk melindungi anak-anak[3].

Menurut CDC, vaksinasi BCG sebaiknya hanya diberikan pada anak-anak yang memiliki hasil tes TBC negatif dan anak yang terus menerus terpapar dan tidak dapat dipisahkan dari orang dewasa yang mengalami TBC tapi tidak mendapat pengobatan efisien atau orang dewasa dengan penyakit TBC yang disebabkan strain resisten terhadap isoniazid dan rifampisin[5].

6. Edukasi Mengenai TBC

Edukasi mengenai TBC bagi penderita TBC maupun non penderita berperan penting dalam mencegah terjadinya penularan. Orang yang terinfeksi TBC perlu mengetahui penggunaan obat yang dianjurkan serta cara menghindari menularkan TBC pada orang lain[3].

Untuk mencegah menularkan bakteri TBC, orang yang terinfeksi perlu menerapkan hal-hal berikut[3]:

  • menghabiskan waktu sebanyak mungkin di luar ruangan
  • jika memungkinkan, sebaiknya tidur sendiri di ruang terpisah yang memiliki ventilasi mencukupi
  • menghabiskan waktu sesingkat mungkin di kendaraan umum
  • menghabiskan waktu sesingkat mungkin di tempat-tempat dengan kerumunan

Edukasi TBC juga dapat membantu memastikan orang-orang yang memerlukan penanganan untuk segara mendapatkan penanganan[3].

Sementara bagi masyarakat umum yang bukan penderita TBC, edukasi memungkinkan mereka untuk mengetahui informasi dasar mengenai TBC dan pencegahannya. Selain itu, edukasi dapat mengurangi stigma yang masih berkaitan dengan TBC[3].

7. Pencegahan TBC pada Fasilitas Kesehatan

Dokter dan pekerja medis lainnya yang memberikan perawatan untuk pasien TBC, hendaknya mengikuti prosedur pengendalian infeksi untuk memastikan infeksi TBC tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain di rumah sakit[3].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment