Ciri-Ciri Kualitas ASI Buruk Serta Dampaknya Pada Bayi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

ASI adalah sumber nutrisi bagi bayi selain juga menyediakan antibodi yang bisa melawan penyakit agar bayi bisa bertumbuh dengan normal dan sehat. Namun, jika ibu makan sembarangan, asupan gizinya tidak tercukupi, atau tidak menyimpan ASI yang dipompa dengan benar, maka kualitas ASI akan menurun sehingga tidak memberikan manfaat bagi bayi.

Bagaimana caranya mengetahui jika kualitas ASI buruk? Kita tidak bisa menilainya hanya dengan melihat penampilan ASI, namun bisa diwaspadai dari efeknya pada bayi. Berikut ciri-cirinya:

Berat badan bayi sulit untuk naik

Bayi yang minum ASI, idealnya, harus mengalami kenaikan berat badan sekitar ½ hingga 1 kilogram setiap bulan selama enam bulan pertama kehidupannya. Itu adalah rentang dimana bayi hanya minum ASI. Jika berat badan bayi tidak mengalami kemajuan, maka hal ini harus diwaspadai sebagai tanda dari buruknya kualitas ASI. [1, 2, 3, 4]

Tetapi, sulit naiknya berat badan bayi yang minum ASI eksklusif tidak selalu berarti karena kualitas susu ibunya buruk. Bisa juga karena waktu menyusunya kurang lama atau kurang sering, sehingga bayi tidak mendapat asupan lemak yang dibutuhkannya untuk bertumbuh.

Bayi jarang pup atau pipis

Bayi baru lahir biasanya tidak pipis terlalu banyak, karena ia masih minum colostrum, ASI awal yang sangat padat gizi sehingga hampir seluruhnya terserap tubuh. Namun, ketika ASI sudah mulai “matang”, yaitu setelah colostrum habis, bayi seharusnya lebih sering pipis.

Frekuensi pup dan pipis bayi bisa memberikan informasi tentang kualitas dan jumlah ASI yang diminumnya. Idealnya, bayi harus pipis 5 hingga 6 kali dalam 24 jam dan pup hingga 3 kali. Kebiasaan ini berlangsung ia berusia enam minggu. [1, 3, 4]

Bila frekuensi pup dan pipisnya kurang dari itu maka bisa menjadi tanda ia kekurangan asupan ASI atau ASI yang diminumnya kurang berkualitas. Periksa juga apakah bayi mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, menangis tapi tidak berair mata, dan lemas. [1, 4]

Warna pup-nya tidak wajar

Jika bayi mendapat ASI yang berkualitas, biasanya ia akan pup tidak lama setelah selesai menyusu atau setidaknya tiga kali dalam sehari. Pup bayi yang minum ASI eksklusif bentuknya encer dan warnannya kuning. Jika pup bayi berwarna kehijauan dan berbusa, maka ini menandakan ASI yang diminumnya mengandung terlalu sedikit kalori. [1, 4]

Bayi mengalami reaksi alergi

Jika bayi yang minum ASI eksklusif kelihatan lebih rewel dari biasanya, kembung, sering sendawa, atau keluar ruam-ruam merah di kulitnya, maka bisa jadi ia mengalami reaksi alergi. Tapi, perlu diingat, ia bukan alergi pada ASI karena protein yang dikandung susu ibu sangat lembut sehingga tidak akan menimbulkan alergi. Namun, bayi bisa alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibu. [1]

Alergi makanan paling umum pada bayi disebabkan oleh susu sapi, kedelai, buah-buahan citrus, telur, kacang-kacangan dan sebagainya. Ibu bisa memperhatikan bila setelah mengonsumsi makanan tertentu kemudian menyusui bayinya, apakah reaksi alergi terjadi? Bila iya, maka sebaiknya berhenti dulu mengonsumsi makanan-makanan tersebut.

Bayi rewel

Bayi yang minum ASI eksklusif disarankan untuk minum sesering mungkin. Tidak perlu ada jadwal menyusui. Bayi harus minum setiap 2 hingga 4 jam, bahkan di malam hari. Bila setelah menyusu dia masih terlihat tidak kenyang, maka kemungkinan ia tidak cukup minum atau nutrisi yang didapatkannya dari ASI kurang. [1, 4]

Ketahui tanda-tanda bayi lapar, seperi menghisap tangannya, menangis, refleks menoleh bila sudut mulutnya disentuh (rooting), dan menghisap bibirnya.

Sepanjang masa menyusui, ibu harus benar-benar memperhatikan apa yang ia makan karena semuanya akan menjadi ASI yang kemudian menjadi sumber makanan paling utama bagi bayi.

Bila khawatir tentang pertumbuhan bayi atau kualitas ASI, konsultasikan dengan dokter untuk mendapat saran pola makan yang tepat untuk ibu menyusui.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment