Setelah menikah, penggunaan alat kontrasepsi mungkin digunakan untuk mencegah terjadinya kelahiran. Ada beberapa pilihan cara mengaplikasikan kehamilan yaitu penggunaan implan, spiral, suntik, pil atau koyo. Mekanisme yang terjadi pada seluruh alat kontrasepsi pada dasarnya sama yaitu dengan mengentalkan lendir serviks agar mencegah ovarium untuk melepas sel telur[1].
Metode suntik KB adalah mengharuskan penggunanya untuk melakukan pemeriksaan dan pemberian hormon buatan beberapa bulan sekali. Depo-provera adalah nama alat kontrasepsi suntik yang dilakukan setiap tiga bulan sekali agar dapat mencegah kehamilan[2].
Meskipun dapat mencegah kehamilan, ada beberapa efek samping yang bisa dirasakan pengguna metode suntik. Efek tersebut kemudian dapat menjadi pertimbangan apakah pengguna harus terus menggunakannya atau berhenti dan mengganti metode lain yang mungkin lebih cocok.
Untuk itu, berikut penjelasan mengenai efek samping apa saja yang akan terjadi setelah berhenti dari KB suntik.
- Gangguan Perubahan Waktu Menstruasi
Pengguna Depo-provera telah banyak mengalami gangguan waktu terjadinya menstruasi seperti pendarahan yang berkepanjangan. Tidak ada yang mengetahui apakah pendarahan terus-menerus itu akan terjadi atau tidak sebelum menggunakan alat depo-provera tersebut[3].
Berkebalikan dengan pendarahan terus-menerus, depo-provera dapat menyebabkan amernorrhea yaitu tidak terjadi menstruasi saat waktunya telah tiba. Sebuah penelitan menyebutkan jika 55% wanita tidak mengalami menstruasi setelah pemakaian depo-provera dan meningkat sebanyak 68% setelah pemakaian di tahun kedua[3].
Sebanyak 20% pengguna cyclofem merasakan payudara yang sensitif. Rasa nyeri yang dirasakan oleh pengguna disebabkan adanya kandungan estrogen pada alat kontrasepsi yang digunakan sekali dalam sebulan[1]. Sementara untuk penggunaan depo-provera ditemukan adanya risiko terkena kanker payudara untuk pengguna yang telah memakainya selama setahun[4].
Wanita yang berkisar usia antara 20-40 tahun sebanyak 2,2 lipat terdapat adanya resiko kanker payudara sedangkan untuk pengguna baru di bawah 12 bulan atau telah berhenti menggunakan DMPA pada 5 tahun lewat tidak terkena dampak[4].
Penelitian diambil dari data wanita di Amerika serikat yang bisa saja mempengaruhi hasil penelitian karena didasari budaya dan letak geografis. Namun, di beberapa negara juga terkena dampaknya seperti yang terjadi di negara Meksiko, Selandia Baru, Costa Rica, dan Thailand[4].
3. Mengurangnya Kepadatan Tulang
Pengguna depo-provera kemungkinan akan kehilangan kepadatan tulang. Sangat besar resiko terjadi ketika sudah menggunakannya selama 2 tahun atau lebih. Food and Drugs Administration dari Amerika bahkan telah memberikan peringatan mengenai depo-provera yang dapat mengurangi kepadatan tulang dan mungkin tidak bisa dikembalikan lagi[5].
Rasa sakit yang timbul di bagian tulang telah dirasakan oleh wanita yang menggunakan alat kontrasepsi Depo-provera. Hal ini menyebabkan sebanyak 24% menghentikan penggunaan alat kontrasepsi ini[6]. Namun, beberapa pengguna remaja dan wanita dewasa dengan usia berkisar antara 25 – 40 tahun dapat membentuk kembali masa tulang yang telah hilang[7]
4. Berat Badan Bertambah
Ketika menggunakan alat kontrasepsi, efek samping yang terjadi adalah bertambahnya berat badan. Terlebih lagi jika menggunakan alat kontrasepsi yang memiliki progestin seperti penggunaan suntik, pil dan IUD[8].
Penggunaan Depo-Provera sejak 2009 telah banyak menghasilkan pernyataan bahwa alat kontrasepsi ini memang dapat menambah berat badan[9]. Hal ini di dukung oleh salah satu hasil penelitian yang menyebutkan bahwa Depo-Provera membuar terjadi penambahan berat badan akibat pertambahan masa lemak di dalam tubuh[10].
5. Berpengaruh Pada Kesuburan
Selama 3 Bulan atau 12 Minggu alat kontrasepsi Depo-Provera dapat menunda fertilisasi. Proses fertilisasi ketika berhenti menggunakan alat suntik ini tidak bisa terjadi dalam waktu yang dekat. Hal ini disebabkan oleh hormon yang disuntik ke dalam otot manusia akan bertahan lama dan butuh waktu untuk menghilangkan efek yang diberikan[8].
Setiap metode yang digunakan memiliki manfaat dan efek samping masing-masing dalam penggunaannya. Beberapa alat kontrasepsi terkadang tidak selalu tepat untuk digunakan dalam individu yang berbeda-beda atau ingin mencoba sesuatu yang baru[11].
Pertimbangan Sebelum Berhenti Menggunakan KB Suntik
Beberapa hal di bawah ini selanjutnya menjadi bahan pertimbangan sebelum berhenti menggunakan alat kontrasepsi dengan metode suntik.
- Perhatikan Jadwal
Suntik KB depo-provera dilakukan satu tahun paling tidak 4 kali suntikan. Sebelum berhenti untuk memakai depo-provera pertimbangkan jadwal rutinitas sehari-hari. Misalnya metode suntik akan diganti dengan metode pil yang harus dilakukan setiap hari[5] mungkin tidak cocok untuk seseorang yang sering lupa.
- Program Kehamilan
Untuk pengguna depo-provera yang ingin melakukan program kehamilan, sebaiknya penggunaan alat kontrasepsi suntik diberhentikan sedini mungkin. Pabrik pembuatan depo-provera juga menyarankan untuk berhenti menggunakan depo-provera setahun sebelum ingin melakukan program hamil[8].
Hal ini dikarenakan metode suntik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan kesuburan lagi yaitu 5 atau 7 bulan setelah berhenti menggunakannya[12]. Sebanyak 50% juga wanita akan hamil setelah melewati 10 bulan setelah suntikan terakhir[13].
- Pertimbangan untuk Perokok
Seorang perokok dapat menggunakan alat kontrasepsi, Tetapi, harus diperhatikan betul untuk pengguna dengan umur di atas 35 tahun. Beberapa metode seperti pil KB kombinasi, koyo KB atau cincin vagina bukanlah metode yang tepat. Sementara metode suntik KB adalah salah satu metode yang direkomendasikan untuk perokok dengan umur di atas 35 tahun[14].
- Untuk Beberapa Orang Tertentu
Wanita perokok berusia 35 tahun ke atas, obesitas, memiliki masalah terhadap sirkulasi darah atau migrain adalah orang yang tidak cocok untuk terhadap alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen. Metode suntik dengan menggunakan depo-provera adalah metode suntik yang hanya mengandung hormon progestin saja sehingga setiap wanita harus paham dengan kondisi mereka sebelum mengganti metode suntik KB[14].
Selanjutnya ada cara untuk beralih dari alat kontrasepsi suntik. Untuk mengubah kontrasepsi suntik menjadi pil adalah dengan meminum pil pertama setelah lewat 15 hari dari penggunaan suntik yang terakhir. Hal ini sama seperti cara untuk mengganti ke alat kontrasepsi cincin intravaginal. Untuk penggunaan Intrauterine Device (IUD) digunakan setelah lewat 16 hari untuk IUD Copper dan 15 hari untuk IUD hormonal setelah penggunaan suntik terakhir[11].