7 Efek Samping Kebanyakan Berbaring

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Berbaring merupakan hal yang dilakukan seseorang ketika ingin merelkasasikan tubuhnya. Banyaknya aktivitas yang harus diselesaikannya setiap hari akan membuat seseorang merasa lelah. Sesekali melakukan berbaring akan bisa meredakan rasa lelahnya. Tapi jika terlalu banyak berbaring maka akan memberikan efek bagi kesehatan seseosrang[5].

1.   Meningkatkan Resiko Kematian

Studi HUNT telah mengadakan penelitian kepada 39.175 orang yang berusia 20-79 tahun populasi di Norwegia. Dari studi tersebut diperoleh bahwa orang yang berbaring 11-18 jam/ hari memiliki Hazard Ratio (HR) sebesar 1,60 (95% CI 1,29, 1,98) untuk kematian dari berbagai penyebab penyakit dan HR 1,91 (95% CI, 1,35, 2,71) untuk kematian yang disebabkan oleh gangguan kardiovaskular [1].

Dalam studi disimpulkan bahwa jam berbaring yang berlebihan perhari berkaitan erat dengan peningkatan semua penyebab penyakit dan kematian terutama terkait kardiovaskular. Efek berbaring berlebihan diatas juga berlaku meskipun sesorang itu giat melakukan aktivitas fisi [1].

2.   Diabetes

Dalam sebuah studi kohort diperoleh data bahwa seseorang yang berbaring 9 jam/hari memiliki OR sebesar 1,35 (95% CI 1,01 hingga 1,80) yang mampu meningkatkan diabetes. Sedangkan orang yang berbaring selama 7 jam/hari tidak berpotensi untuk meningkatkan diabetes [2].

Selain itu, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa seseorang yang rutin melakukan aktivitas dapat mempengaruhi besar kecilnya potensi meningkatnya diabetes. Sedangkan indeks massa tubuh seseorang disimpulkan tidak memiliki keterkaitan dengan lama durasi berbaring dan diabetes[2].

3.   Refluks Asam

Bagi orang yang memiliki GERD, mungkin ia sering mengalami refluks asam. Seiring berjalannya waktu, tentu ia memahami bahwa gejala GERD ini akan memburuk apabila seseorang berbaring. Terlebih lagi jika seseorang itu berbaring secara berlebihan. Ketika berbaring, maka secara otomatis tubuh seseorang dalam kondisi datar [3].

Posisi inilah yang kemudian tidak memungkinkan gravitasi untuk membantu memindahkan makanan dan asam dari kerongkongan ke sistem pencernaan. Sehingga asam kembali naik ke kerongkongan dan membuat refluks. Pada salah satu studi telah menemukan hubungan antara GERD dan factor resiko penyebab kekambuhan yaitu terkait jeda antara makan dan berbaring [3].

Seseorang yang terlalu banyak berbaring maka setelah selesai makan pun ia akan segera memilih untuk berbaring. Kebiasaan inilah yang kemudian diamati. Seseorang yang jarak waktu antara makan malam dan berbaringnya kurang dari tiga jam maka menjadikannya sebagai salah satu factor utama penyebab terjadinya refluks[4].

4.   Penyakit Kronis

Berbaring tidak harus dengan posisi tubuh yang tidur terlentang. Berbaring juga bisa dilakukan dengan posisi tubuh yang sedang duduk. Seseorang yang terlalu banyak berbaring akan memberikan kontribusi pada menyakit kronis. Ketika terlalu banyak berbaring maka secara otomatis tubuh kurang produktif karena lebih banyak berdiam diri[5].

Kemudian kondisi tersebut memicu terjadinya intoleransi glukosa, peningkatan kadar insulin, dan gangguan metabolisme lipid yang meruapakan efek ketidaklancaran regulasi enzim tertentu. Misalnya seperti protein pengangkut glukosa dan lipoprotein lipase [5].

Dimana enzim tersebut juga memberikan kontribusi pada pengembangan diabetes tipe 2, penambahan berat badan, dan penyakit kardiovaskular. Ketidaklancaran regulasi itu juga menurunkan pengambilan glukosa oleh otot rangka[5].

5.   Menambah Berat Badan

Wanita yang berusia lanjut lebih beresiko mengalami resistensi insulin dan penambahan berat badan dibandingkan dengan wanita-wanita muda. Wanita yang berusia lanjut akan kekurangan sirkulasi dari estrogen karena terlalu sering berbaring. Yang mana estrogen ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin pada wanita muda. Sehingga glukosa lebih mudah memasuki mitokondria dan menciptakan ATP untuk menjadi energi[5].

Sedangkan pada wanita usia lanjut, mereka mengalami kekurangan estrogen potensial. Sehingga glukosa sulit masuk ke sel dengan mudah untuk membuat ATP. Hal ini kemudian ditambah dengan menurunnya kapasitas Latihan yang berakibat terjadinya penambahan berat badan dan peningkatan lingkar perut[5].

6.   Kelelahan Otot

Orang yang kebanyakan berbaring akan membuat aliran darahnya tidak lancar. Lalu akan menyebabkan produksi oksida nitrat menjadi lebih sedikit. Produksi yang sedikit membuat otot mengalami kelelahan dini. Seseorang dapat dikatakan kelelahan otot dini ketika mengalami beberapa indikasi [5].

Diantaranya yaitu adanya kelelahan otot local berupa nyeri, gangguan koordinasi aksi otot, dan tremor otot. Otot yang mengalami kelelahan  akan mudah mengalami microtrauma dan ketegangan yang berlebihan. Disamping itu, kelelahan otot juga dapat menyebabkan cedera ligament dan tendon[5].

Orang yang kebanyakan berbaring atau tidak melakukan aktivitas akan menyebabkan berkurangnya masa otot dan vaskularisasi. Yang kemudian kurangnya elastisitas dan atrofi otot akan mempengaruhi kekakuan otot dan sendi. Kondisi ini menyebabkan sarkomer atau serat otot lurik memendek karena tidak aktif digunakan, yang kemudian terjadilah kekakuan otot[5].

7.   Hipoksemia

Kebanyakan berbaring dan tidak melakukan aktivitas lainnya akan menyebabkan pembekuan darah yang disebabkan kekurangan oksigen pada ekstremitas bawah. Tidak aktifnya tubuh dalam beraktivitas menurunkan kadar oksida nitrat dan meningkatkan kadar fibrinogen [5]

Ketika oksida nitrat mengalami penurunan maka vasodilatasi juga menurun dan fibrinogen menciptakan lebih banyak fibrin. Lalu fibrin dan trombosit menciptakan pembekuan darah. Kondisi inilah yang kemudian memicu terjadinya hipoksemia. Dimana hipoksemia menghasilkan spesies oksigen reaktif yang menyebabkan peradangan kronis[5].

Durasi Aman Berbaring

Sejauh ini belum ada penelitian yang dapat memastikan terkait durasi waktu untuk berbaring yang paling aman per harinya. Namun, bagi seseorang yang selesai makan malam lalu hendak baring maka setidaknya memberi jeda selama minimal 3 jam diantara keduanya. Lalu berbaringlah secukupnya sampai tubuh dirasa sudah kembali fit[4].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment