Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kardiomiopati postpartum adalah suatu bentuk gagal jantung yang terjadi pada bulan terakhir kehamilan sampai 5 bulan setelah melahirkan. Kardiomiopati sendiri berarti adanya gangguan pada otot jantung.... Kondisi ini menyebabkan ruang jantung membesar dan otot jantung melemah, yang berujung pada penurunan jumlah darah yang dapat dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen organ-organ di seluruh tubuh, termasuk paru, hati, dan sistem lainnya. Gejala dapat berupa kelelahan, berdebar, sesak napas, pembengkakan pada area kaki, dan tekanan darah rendah. Kondisi ini dapat ditangani dengan kombinasi obat-obatan, diet rendah garam, dan restriksi cairan. Wanita hamil dapat meminimalisir terjadinya penyakit ini dengan menghindari rokok dan alkohol, diet seimbang dan sehat, serta menjaga aktivitas dan berolahraga teratur. Read more
Daftar isi
Apa itu Kardiomiopati Postpartum?
Kardiomiopati postpartum atau dikenal juga sebagai kardiomiopati peripartum adalah salah satu kondisi dari berbagai jenis gagal jantung yang terjadi selama kehamilan atau setelah melahirkan tetapi jarang sekali terjadi [1].
Kardiomiopati postpartum (PPCM) biasanya dimulai pada bulan terakhir kehamilan dan lima bulan pertama setelah melahirkan. Dalam PPCM, jantung wanita menjadi lebih besar dengan aktivitas pemompaan darah yang melemah [2].
Kondisi ini umumnya terjadi tepat setelah seorang wanita melahirkan. Ini adalah kondisi langka yang dapat menyebabkan gejala yang ringan ataupun parah [3].
Salah satu indikasi keseriusan kondisi ini dapat diukur dengan fraksi ejeksi, yaitu pengukuran untuk mengetahui seberapa banyak darah yang di pompa keluar melalui ventrikel kanan jantung pada setiap detak atau kontraksi. Tingkat fraksi ejeksi yang normal adalah sekitar 60%.
PPCM menyebabkan aliran darah menurun dan jantung tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen, yang akan mempengaruhi paru-paru, hati, dan sistem tubuh lainnya [4].
Di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa, kardiomiopati postpartum sangat jarang terjadi. Mungkin hanya sekitar 1000 hingga 3000 wanita yang mengalami kondisi ini di AS setiap tahun. Di negara lain, kondisi ini jauh lebih umum dan mungkin terkait dengan perbedaan pola makan, gaya hidup, kondisi medis, atau kondisi genetik lain.
Gejala Kardiomiopati Postpartum
Gejala kardiomiopati postpartum mirip dengan gagal jantung. Penderita mungkin akan mengalami [1,2,3,4]:
- Nyeri dada
- Rasa sakit selama aktivitas fisik
- Sesak napas, terutama saat istirahat atau berbaring
- Batuk
- Retensi air (menyebabkan pembengkakan di pergelangan kaki dan perut)
- Palpitasi (perubahan detak jantung atau ritme yang mungkin disadari orang tersebut, terutama takikardia atau detak jantung yang sangat cepat)
- Kelelahan yang berlebihan (karena kadar oksigen rendah)
- Peningkatan buang air kecil di malam hari (nokturia)
- Pembuluh leher bengkak
- Tekanan darah rendah atau turun pada saat berdiri.
Tingkat keparahan gejala pada pasien kardiomiopati postpartum dapat diklasifikasikan menurut New York Cardiac Association system [4]:
- Kelas I – Penyakir asimtomatik
- Kelas II – Gejala atau efek ringan pada fungsi atau gejala hanya dengan pengerahan tenaga yang ekstrim
- Kelas III – Gejala dengan tenaga minimal
- Kelas VI – Gejala saat istirahat.
Penyebab Kardiomiopati Postpartum
Jantung Anda memompa setidaknya 50% lebih banyak darah selama masa kehamilan. Ini karena nutrisi penting dan oksigen harus disalurkan pada bayi yang sedang bertumbuh [1].
Penyebab kardiomiopati postpartum belum diketahui secara pasti, namun para dokter meyakini jika pemompaan darah secara berlebihan saling berkaitan dengan kondisi lain sehingga hal ini akan meningkatkan tekanan pada jantung.
Kardiomiopati postpartum diperkirakan hanya mempengaruhi sekitar 1 dari 5000 hingga 1 dari 10.000 wanita, atau 1 dari setiap 2000 wanita yang melahirkan, Meskipun dapat mempengaruhi wanita dari segala usia, tampaknya kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka yang telah berusia di atas 30 tahun [2].
Meskipun penyebab kondisi ini tidak selalu diketahui, namun bisa juga disebabkan oleh berbagai kondisi lain seperti penyakit arteri koroner, infeksi virus jantung, dan berbagai penyakit bawaan lainnya [3].
Dalam beberapa kasus wanita dengan kardiomiopati postpartum, evaluasi jantung menunjukkan bahwa mereka mengalami peradangan pada otot jantung. Hal ini mungkin karena penyakit virus sebelumnya atau respons imun tubuh yang tidak normal [4].
Penyebab potensial lainnya termasuk gizi buruk, kejang arteri koroner, penyakit pembuluh darah kecil,pertahanan antioksidan yang rusak serta pengaruh genetika.
Faktor Risiko Kardiomiopati Postpartum
Berbagai faktor risiko dapat meningkatkan peluang seseorang untuk mengembangkan kondisi ini, meliputi [1,4]:
- Obesitas
- Tekanan darah tinggi atau hipertensi
- Diabetes
- Riwayat penyakit jantung termasuk miokarditis (radang otot jantung)
- Malnutrisi atau gizi buruk
- Merokok
- Alkoholisme (mengonsumsi alkohol secara berlebihan)
- Keturunan Afrika-Amerika
- Kehamilan ganda
- Berusia di atas 30 tahun
- Penggunaan obat-obatan tertentu
Komplikasi Kardiomiopati Postpartum
Komplikasi kardiomiopati peripartum yang parah meliputi [1]:
- Aritmia
- Pembekuan darah terutama di paru-paru
- Gagal jantung kongesif
- Kematian
Diagnosis Kardiomiopati Postpartum
Dokter akan memeriksa gejala yang Anda alami dan melakukan pemeriksaan fisik seperti mengukur detak jantung Anda menggunakan stetoskop serta menguji tekanan darah Anda.
Berbagai tes pencitraan dapat mengukur jantung Anda dan menentukan laju aliran darah Anda. Beberapa tes pencitraan ini juga dapat mencari potensi kerusakan lain pada paru-paru, tes pencitraan itu termasuk [1]:
- Rontgen dada lengkap
- CT Scan untuk gambaran rinci tentang jantung
- Pemindaian jantung nuklir untuk menunjukkan bilik jatung
- Gelombang suara untuk membuat gambaran bergerak dari jantung (ekokardiogram)
PPCM juga dapat didiagnosis jika [2,4]:
- Hati ditemukan membesar
- Gejala gagal jantung yang terlihat
- Gagal jantung pada wanita hamil berkembang saat mendekati waktu persalinan atau berkembang pada lima bulan setelah melahirkan
- Fungsi pemompaan jantung berkurang, dengan fraksi ejeksi (EF) kurang dari 45% (biasanya diukur dengan ekokardiogram). EF adalah berapa banyak darah yang dipompa ventrikel kiri dengan setiap kontraksi. EF normal bisa antara 55 dan 70
- Tidak ada penyebab gagal jantung lain dengan penurunan EF yang dapat ditemukan.
Pengobatan Kardiomiopati Postpartum
Dokter akan merekomendasikan pengobatan sesuai dengan tingkat keparahan kondisi Anda. Kerusakan jantung akibat kardiomiopati postpartum tidak dapat disembuhkan. Tetapi jantung yang telah rusak masih dapat berfungsi untuk waktu yang lama, tergantung keparahan rusaknya [1].
Dokter akan merekomendasikan tranplantasi jantung atau pompa jantung balon dalam kasus kardiomiopati yang parah. Namun, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengontrol gejalanya, seperti [1,2,3,4]:
- Beta-blocker, obat yang mengurangi tekanan darah dan meningkatkan aliran darah dengan memblokir hormon adrenalin
- Digitalis, obat yang memperkuat jantung untuk meningkatkan pemompaan dan sirkulasi darah
- Diuretik, obat yang menurunkan tekanan darah dengan membuang kelebihan air dan garam dari dalam tubuh
- Penghambat ACE (penghambat enzim pengubah angiotensin), yang diberikan setelah melahirkan untuk mengendurkan otot di sekitar pembuluh darah agar mengurangi beban kerja pada jantung dan mengurangi volume darah sehingga memudahkan kinerja jantung
- Antikoagulan, obat untuk mengencerkan darah. Pasien PPCM berisiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah.
Dokter akan menyarankan wanita dengan kondisi ini agar mengikuti diet rendah garam untuk mengelola tekanan darahnya, pembatasan cairan, atau penimbangan setiap hari. Wanita yang merokok dan minum alkohol juga harus menghilangkan kebiasaan buruk mereka [1,4].
Pencegahan Kardomiopati Postpartum
Kebiasaan atau gaya hidup tertentu dapat menurunkan risiko Anda untuk mengembangkan kardiomiopati postpartum. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi tersebut antara lain [1,4]:
- Berolahraga secara teratur
- Makan makanan yang seimbang dan rendah lemak
- Hindari merokok
- Hindari alkohol
- Wanita yang didiagnosis dengan kardiomiopati peripartum berisiko mengalami kondisi ini pada kehamilan berikutnya. Dalam hal ini mereka dapat mempertimbangkan untuk menggunakan kontrasepsi agar mencegah kehamilan.