Tidak mau berangkat sekolah mungkin sering terjadi pada anak-anak. Bahkan remaja juga sering mengalami hal ini.
Namun, perilaku di mana anak menolak untuk bersekolah dengan ekstrem bisa menyebabkan masalah nyata bagi seorang anak.[7]
Awalnya orang tua mungkin hanya menganggap anak mereka sedang malas atau tidak enak badan saja. Terkadang orang tua juga membiarkan anak untuk tidak datang ke sekolah.
Membiarkan anak untuk terus menerus tidak datang ke sekolah hanya akan membuat kondisi mereka menjadi lebih buruk.[7]
Itu sebabnya, orang tua justru harus mendorong anak untuk mau kembali lagi ke sekolah seperti biasa.
Memang, sering kali orang tua merasa sulit saat harus membujuk anak untuk kembali sekolah. Meski terasa sulit, bukan berarti orang tua bisa berhenti mencoba.
Tidak datang ke sekolah bisa membuat anak ketinggalan pelajaran dan kurang dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Sekolah yang seharusnya menjadi rumah kedua bagi anak justru malah membuat mereka merasa tidak nyaman.
Orang tua pasti ingin menghindari ini terjadi pada anak mereka. Untuk itu, orang tua harus tahu terlebih dahulu apa saja penyebab anak tidak mau ke sekolah.
Dengan mengetahui penyebabnya, orang tua bisa langsung mencari cara yang tepat untuk mengatasinya.
Di bawah ini ada beberapa penyebab anak tidak mau sekolah dan cara mengatasi masalah itu.
Penyebab Anak Tidak Mau Sekolah
Tidak semua anak yang menolak untuk ke sekolah adalah anak yang malas, masih ada beberapa penyebab lainnya. Di antaranya adalah:
- Merasa Tidak Aman saat di Sekolah
Terkadang anak mengalami masalah dengan teman mereka yang membuat mereka merasa tidak aman saat di sekolah.[1]
Masalahnya bisa berupa hal ringan, tapi bisa juga anak terkena masalah yang serius seperti di-bully oleh anak lain.[1]
Bully bisa berupa ejekkan terhadap anak mengenai fisik atau sikap mereka. Ada juga yang lebih parah lagi di mana anak sudah mendapat kekerasan secara fisik oleh anak lain yang membully mereka.[1]
Bila anak terus menerus di-bully, mereka pastinya tidak akan merasa aman untuk pergi ke sekolah. Mereka juga mungkin terlalu takut untuk bercerita kepada orang lain seperti orang tua dan guru.[1]
Coba orang tua periksa keadaan fisik anak untuk memastikan apakah mereka mendapat kekerasan fisik di sekolah.[1]
- Kurang Mendapat Perhatian Orang Tua
Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Tanpa perhatian orang tua, akan timbul masalah pada anak.[1]
Anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua itu mungkin akan mencoba mencari perhatian orang tua mereka dengan tidak pergi sekolah.[1]
Setiap anak memiliki kebutuhan emosional yang berbeda-beda, jadi selalu perhatikan apakah kebutuhan emosional mereka sudah terpenuhi dengan memberikan mereka perhatian.[1]
- Mengalami Kesulitan saat Belajar
Setiap anak memiliki kemampuan belajar masing-masing. Ada anak yang lebih mudah menangkap pelajaran, ada juga yang sulit.[1]
Mungkin banyak orang mengira anak yang tidak mau belajar karena mereka malas, padahal bisa saja mereka memiliki kesulitan saat belajar.[1]
Kesulitan dalam belajar itu bisa membuat mereka mendapatkan nilai yang jelek di sekolah. Nilai yang jelek itu mungkin membuat mereka merasa gagal.[1]
Karena takut akan merasa gagal dan kesulitan lagi, mereka jadi memilih untuk tidak datang ke sekolah.[1]
- Ingin Menghindari Interaksi Sosial
Anak-anak memang identik dengan keceriaan dan senang bermain bersama. Tapi sebenarnya tidak semua anak merasa senang dengan hal itu.[2]
Banyak anak yang memilih untuk menarik diri dari interaksi sosial baik itu di lingkungan rumah dan sekolah.[2]
Anak yang sejak awal kurang interaksi sosial akan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan teman sebayanya.[2]
Mereka lalu lebih memilih untuk tidak sekolah agar tidak harus berinteraksi secara sosial baik dengan guru atau teman sekelas mereka.[2]
- Kecemasan akan Perpisahan
Tidak ingin berpisah dengan orang tua termasuk hal yang normal untuk anak-anak terutama pada bayi usia 8 dan 12 bulan. Biasanya hal ini menghilang di usia 2 tahun.[3]
Meski begitu, ada juga anak yang tetap mengalami gangguan kecemasan ini saat berada di usia sekolah.[3]
Hal ini membuat mereka enggan untuk bersekolah karena mereka merasa cemas jika harus jauh dari orang tua.[3]
- Mengalami Kecemasan dan D5epresi
Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang bisa mengalami kecemasan dan depresi? Anak-anak juga bisa mengalaminya.[4]
Depresi pada anak berbeda dari perasaan sedih biasa yang dirasakan anak.[4]
Kesedihan terus menerus yang akhirnya mengganggu kehidupan sosial dan sekolah anak bisa menjadi salah satu tanda depresi pada anak.[4]
Cara Mengatasi Anak Tidak Mau Sekolah
Setelah mengetahui penyebabnya, sekarang tugas orang tua adalah membantu anak untuk mau kembali ke sekolah. Caranya bisa dilihat di sini:
- Tidak Memaksa Anak
Bukannya membuat anak semangat lagi bersekolah, memaksa justru akan membuat mereka semakin tidak ingin ke sekolah.[5]
Luangkan waktu untuk berbicara dengan lembut dan mendengarkan alasan anak. Bersikap tenang dan simpatik akan membuat anak lebih nyaman berbicara dengan orang tua.[5]
- Berkomunikasi dengan Anak
Berkomunikasi dengan anak akan membuat orang tahu apa saja yang terjadi pada anak dan perasaan mereka.[5]
Bila orang tua sering berkomunikasi dengan anak, mereka juga lebih mudah dalam menyampaikan alasan mengapa mereka tidak ingin sekolah.[5]
Anak juga akan percaya jika orang tua bisa membantu mereka saat mengalami kesulitan.[5]
- Membuat Peraturan Tegas saat di Rumah
Kalau orang tua mengizinkan anak yang tidak mau sekolah untuk bermain smartphone atau menonton TV sesuka mereka, maka mereka akan semakin tidak mau sekolah.[5]
Untuk hal ini, orang tua harus membuat peraturan tegas. Jika mereka tidak sekolah bukan karena sakit, maka mereka tidak boleh bermain smartphone dan menonton TV selama di rumah.[5]
- Beri Dukungan Mental pada Anak
Membangun hubungan yang kuat dan positif dengan orang tua adalah hal yang penting untuk kesehatan mental anak.[6]
Saat mereka sudah mendapat dukungan dan hubungan positif dengan orang tua, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk menjalin hubungan dengan orang lain.[6]
Contohnya dengan tetangga, guru, dan teman-teman di sekolah mereka.[6]