Epilepsi atau juga dikenal dengan sebutan ayan merupakan kondisi fisik yang diidentikkan dengan kejang-kejang. Apabila dilihat dari klasifikasi yang dimiliki, Epilepsi sendiri dapat dikategorikan, baik sebagai kelainan maupun gangguan. Istilah kelainan yang digunakan pada konteks ini merupakan hasil dari munculnya suatu anomali pada kondisi fisik ataupun genetik yang merupakan bawaan lahir. Melihat relevansinya, jenis Epilepsi ini merujuk pada Epilepsi Idiopatik.[1][3][4][5]
Sedangkan dalam konteks bersifat gangguan, epilepsi tersebut merujuk pada imbas dari terjadinya suatu hal yang menghasilkan disfungsi pada organ-organ atau sistem tertentu pada tubuh manusia. Komunitas medis menspesifikasi jenis epilepsi ini dengan rujukan Epilepsi Simptomatik atau yang dalam Bahasa Inggris yaitu symptomatic generalized epilepsy.[2][3][4] Jenis yang kedua ini memiliki beberapa penyebab yang dapat menimbulkannya, yaitu seperti berikut ini:
Daftar isi
1. Tumbuhnya tumor atau kanker otak
Sebagai salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada banyak kasus terjadinya Epilepsi Simptomatik, tumbuhnya tumor atau kanker di bagian otak sangat perlu di waspadai. Tumor merujuk pada terjadinya pertumbuhan sel yang terjadi secara abnormal pada bagian tubuh tertentu, sedangkan kanker adalah versi yang lebih ganasnya.[2]
Seiring dengan semakin tingginya stadium yang dimiliki oleh tumor ataupun kanker pada otak, maka komplikasi yang dihasilkannya juga akan semakin banyak. Apabila epilepsi sendiri sudah muncul sebagai suatu dampak dari adanya tumor atau kanker otak, disarankan agar tindakan medis yang terukur dapat segera diambil.[3][4]
2. Trauma di bagian kepala
Salah satu stereotip yang cukup relevan bagi trauma kepala, sebagai salah satu penyebab terjadinya Epilepsi Simptomatik. Trauma di bagian kepala merujuk pada imbas dari adanya suatu cidera disebabkan oleh gaya dari luar, yang terjadi di wilayah-wilayah vital seperti wajah, kepala bagian belakang, ubun-ubun, dan lain sebagainya.[1]
Trauma dapat disebabkan oleh banyak hal seperti hantaman benda tumpul, pukulan yang dilayangkan, gesekan benda tajam, dan sebagainya. Apabila cidera yang dihasilkan oleh trauma ini hingga merusak bagian-bagian tertentu pada otak, dapat menyebabkan Epilepsi Simptomatik.[2]
3. Stroke
Kejang-kejang yang dihasilkan epilepsi juga dapat hadir sebagai suatu imbas dari terjadinya penyakit stroke. Stroke adalah kondisi gangguan yang terjadi akibat adanya penyumbatan ataupun pelambatan aliran darah menuju ke otak. Akibat kurangnya asupan darah yang dibutuhkan otak, berbagai sel serta saraf yang dimiliki otak pun akan terganggu.[2][3]
Apabila serangan stroke tidak segera mendapat pertolongan pertama serta perawatan medis yang sigap, semakin besar kemungkinan terjadinya kematian sel-sel otak permanen yang dapat menyebabkan teridapnya Epilepsi. Pada kasus ini, Epilepsi Simptomatik yang terjadi akan sangat sulit untuk dapat sembuh dikarenakan kerusakan yang sudah bersifat permanen.[1][4]
4. Infeksi pada sistem saraf otak
Sistem jaringan saraf manusia merupakan serabut yang berfungsi untuk menghantarkan sinyal-sinyal yang diberikan otak kepada bagian-bagian tubuh dalam rangka aktivitas mengontrol tubuh. Jaringan sistem saraf terbagi menjadi dua yaitu yang terhubung secara langsung dengan otak, dan yang terhubung melalui tulang belakang.[1][4][5]
Jaringan sistem saraf dapat mengalami gangguan apabila terinfeksi patogen ataupun mikroba tertentu, seperti malaria, meningitis, abses otak, ensefalitis, dan masih banyak lagi. Apabila jaringan sistem saraf yang terinfeksi merupakan yang langsung terhubung ke otak, akan sangat besar kemungkinan untuk terjadinya Epilepsi Simptomatik.[2][5]
5. Kerusakan otak imbas mal praktek persalinan
Terjadinya kesalahan dalam melakukan tindakan medis, atau yang juga di sebut sebagai mal praktek, dapat memberikan dampak destruktif pada otak. Hal ini juga termasuk pada mal praktek pada saat persalinan, yang mana imbas ini akan dirasakan oleh sang janin di masa tumbuh kembangnya nanti.[5]
Pada proses persalinan yang normal, kepala janin akan terlebih dahulu keluar.[5] Apabila terjadi kesalahan dalam penanganan, bayi akan berisiko mengalami deformisasi kepala (dalam bahasa medis yaitu cephalic deformities) – besar kemungkinan teridapnya Epilepsi Simptomatik.[1]
6. Alergi pada makanan atau minuman tertentu
Respon alami tubuh terhadap berbagai kandungan yang masuk ke dalam sistemnya dapat bermacam-macam, yang mana alergi juga menjadi salah satunya. Pada dasarnya, alergi adalah salah satu bentuk pertahanan diri yang dimiliki tubuh dalam menangkal zat-zat yang tidak dapat di tolerir oleh tubuh.[4]
Namun sensitivitas yang berlebihan (Ing.: hypersensitivity) menyebabkan respon yang muncul juga menjadi bersifat gangguan.[4] Pada beberapa kasus alergi, seperti alergi pada gluten-penyakit seliak, dapat membuat penderitanya bahkan mengalami Epilepsi Simptomatik.[2]
7. Mengonsumsi asupan yang bersifat abrasi dan iritan
Asupan yang bersifat abrasif dan iritan akan sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan tubuh manusia, khususnya bagi organ dan sel-sel otak. Zat-zat ini merujuk pada berbagai senyawa kimia maupun organik yang dapat memberikan efek degradatif serta destruktif bagi kesehatan manusia.[2]
Beberapa di antaranya seperti nikotin dan tar pada rokok, minuman dengan kadar alkohol tinggi, obat-obatan tanpa diiringi dengan imbauan preskriptif, dan lain sebagainya. Penelitian telah membuktikan bahwa orang-orang yang mengonsumsi zat-zat seperti ini memiliki kemungkinan lebih besar dalam mengidap Epilepsi Simptomatik.[2][3][5]
8. Mal nutrisi dan gizi buruk
Meski bukan sebagai dampak langsung terjadinya Epilepsi Simptomatik, namun pada banyak negara-negara berkembang dan dunia ketiga, keberadaan fenomena mal nutrisi dan gizi buruk dapat menjadi resiko teridapnya Epilepsi Simptomatik di kemudian hari.[5]
Perdebatan pun masih terus terjadi mengenai keabsahan saintifik dari fenomena ini dan asosiasinya dengan Epilepsi Simptomatik. Namun terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa kurangnya nutrisi dan asupan gizi dapat memperbesar terjadinya resiko. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan teori ini.[4]
By: Sir Lord Artaz Gang