Phobophobia : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Phobophobia adalah ketakutan terhadap fobia, atau sensasi internal yang berhubungan dengan fobia dan kecemasan. Phobophobia berbeda dengan fobia lainnya, dimana fobia lainnya disebabkan oleh adanya stimulus... eksternal, sedangkan stimulus phobophobia bersifat internal atau berasal dari dalam diri sendiri. Penderitanya akan merasa cemas terhadap kecemasan yang timbul dalam dirinya, sehingga kecemasan tersebut akan menjadi lebih hebat lagi, dan terus menerus seperti itu sehingga menjadi sebuah lingkaran yang berbahaya. Gejala yang muncul meneyerupai fobia lainnya seperti sesak napas, jantung berdebat, pusing berputar, gemetar, berkeringat, hingga pingsan. Penderita memerlukan konsultasi kepada profesional sehingga terapi yang tepat pun dapat diberikan. Read more

Apa Itu Phobophobia?

Phobophobia merupakan salah satu jenis fobia spesifik di mana seseorang memiliki ketakutan berlebih dan irasional terhadap fobia [1,2,7,8].

Penderita phobophobia umumnya sudah memiliki satu atau lebih fobia dan beberapa penderita lainnya ada pula yang merasa takut untuk memiliki kondisi fobia yang bertambah [1,2].

Selain itu, phobophobia juga digambarkan sebagai ketakutan terhadap gejala fobia itu sendiri [8].

Phobophobia termasuk jenis fobia yang seringkali dikaitkan dengan gangguan kecemasan, meskipun tidak selalu demikian [2].

Tinjauan
Phobophobia adalah jenis fobia spesifik di mana seseorang memiliki ketakutan terhadap reaksi fobianya.

Jenis-jenis Phobophobia

Phobophobia diketahui memiliki dua jenis kondisi jika melihat penyebabnya, yaitu phobophobia dengan riwayat fobia tertentu dan phobophobia tanpa adanya riwayat fobia.

Phobophobia dengan Riwayat Fobia

Seseorang dengan phobophobia jenis ini biasanya sudah memiliki satu atau dua atau lebih fobia.

Dengan begitu, risiko untuk mengembangkan kondisi fobia lainnya lebih tinggi dan lebih mudah bagi penderita [1,3].

Hal ini disebabkan oleh gejala umum pada fobia, yaitu kecemasan dan kepanikan berlebih yang mampu menimbulkan rasa takut dengan mudah terhadap apapun [3].

Seseorang dengan phobophobia tak lagi hanya mengalami ketakutan irasional karena pemicu aslinya.

Kondisi penderita phobophobia lebih kepada merasakan ketakutan terhadap reaksinya sendiri terhadap obyek pemicu ketakutan.

Jika tak segera mendapatkan penanganan yang tepat, rasa takut berlebih ini akan memburuk dan memicu phobophobia.

Phobophobia Tanpa Riwayat Fobia

Meski seseorang tak memiliki fobia apapun, tetap memungkinkan baginya untuk mengalami phobophobia [1,3,7].

Bahkan seseorang berpotensi memiliki fobia terhadap sesuatu yang ia suka dan cintai [3].

Jika sampai hal tersebut terjadi, hal-hal yang biasa dijumpai atau dilakukan sehari-hari menjadi tidak lagi biasa.

Penderita akan memiliki kecenderungan untuk menghindari aktivitas tertentu sehari-hari dan menghambat kelangsungan hidupnya [1,3,4,5,6,7].

Phobophobia pada jenis ini pun juga dapat berasal dari gangguan kecemasan [2].

Ketika fobia mulai membatasi aktivitas dan kehidupan sehari-hari, penderita akan semakin takut memiliki fobia-fobia lain yang semakin bertambah.

Bahkan ketakutan terhadap fobia-fobia lain yang kemungkinan bertambah dalam dirinya ini pun seringkali tak dapat dikendalikan.

Penyebab Phobophobia

Seperti pada kebanyakan fobia spesifik, beberapa faktor penyebab atau pemicunya antara lain adalah :

  • Faktor Genetik

Seseorang yang memiliki anggota keluarga, khususnya orang tua penderita gangguan kecemasan atau fobia spesifik tertentu berpotensi lebih besar mengalami fobia (termasuk phobophobia) [1,4,5].

Memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan atau serangan panik pun mampu meningkatkan risiko anggota keluarga lainnya untuk menderita kondisi yang sama.

  • Faktor Pengalaman dan Lingkungan

Selain faktor genetik, faktor lingkungan pun dapat menjadi salah satu alasan seseorang mengalami phobophobia [1,5,6,7].

Hal-hal traumatis atau pengalaman tak mengenakkan terhadap beberapa obyek atau situasi mampu memicu fobia tertentu.

Reaksi takut berlebihan terhadap beberapa obyek ini berpotensi berkembang menjadi sebuah ketakutan lainnya yang berkaitan dengan phobophobia.

Tinjauan
Riwayat fobia ataupun gangguan kecemasan pada penderita maupun dari keluarga penderita hingga faktor kejadian traumatis mampu memicu pada kondisi phobophobia.

Gejala Phobophobia

Seperti fobia lain pada umumnya, phobophobia merupakan reaksi takut, cemas dan panik yang berlebihan.

Yang membedakan phobophobia dengan jenis fobia lainnya adalah bahwa phobophobia merupakan ketakutan ketika reaksi takut dari dalam diri sendiri timbul terhadap suatu hal [1,3,7,8].

Karena hal tersebut, penderita phobophobia akan menghindari situasi apapun yang mampu menyebabkan kecemasan dan kepanikan dalam diri meningkat.

Cara ini dianggap efektif bagi penderita untuk melindungi dirinya sendiri agar tidak berdampak pada kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah.

Beberapa gejala yang kemungkinan terjadi pada penderita phobophobia antara lain adalah [1,2,3,4,5,6,7] :

  • Perut mual
  • Mulut kering
  • Detak jantung lebih cepat dari normalnya
  • Kesulitan bernapas / sesak napas
  • Tubuh bergetar tak terkontrol
  • Tubuh berkeringat lebih banyak dari biasanya
  • Perilaku histeris, termasuk menangis atau berteriak
  • Menghindari secara konstan pemicu rasa cemas, panik dan takut pada dirinya
  • Tekanan darah meningkat
  • Ketegangan pada otot
  • Napas lebih cepat

Pada beberapa kasus, penderita phobophobia dalam pikirannya dapat mengalami teror [1,7].

Karena mencoba menghindari reaksi cemas, justru penderita akan semakin takut dan cemas.

Tidak mudah untuk mengendalikan hal ini karena kondisi tersebut adalah sebuah lingkaran atau siklus yang semakin ‘kejam’ [7].

Serangan panik dapat timbul lebih sering yang berbahaya bagi mental maupun fisik penderita karena pada beberapa orang, mereka serasa sedang mengalami serangan jantung [7].

Tinjauan
Phobophobia meliputi gejala fisik, gejala emosional dan gejala psikologis di mana penderita cenderung menghindari perasaan cemas dan takut yang membuatnya takut.

Pemeriksaan Phobophobia

Pemeriksaan fisik seperti biasa menjadi yang utama untuk dilakukan oleh dokter untuk mengetahui apakah rasa cemas dan takut pasien berkaitan dengan cedera tertentu [4,6].

Selanjutnya, dokter kemungkinan merujukkan pasien ke dokter ahli kesehatan jiwa dan mental atau psikiater/psikolog untuk evaluasi psikologis.

Ahli kesehatan mental dan jiwa umumnya menggunakan kriteria diagnostik DSM-5 sebagai panduan dalam membuat hasil diagnosa.

Kriteria Diagnosa DSM-5 untuk Fobia Spesifik

Dalam mendiagnosa phobophobia tak ada cara khusus yang digunakan, namun para ahli kesehatan akan menggunakan kriteria diagnosa DSM-5.

Panduan ini pun lebih sering digunakan untuk proses diagnosa fobia spesifik.

Di bawah ini merupakan deretan kriteria yang dimaksud, bila pasien mengalami beberapa diantaranya, maka dipastikan pasien mengalami fobia, khususnya phobophobia [9].

  • Mengalami rasa takut yang hebat dan persisten terhadap gejala fobia atau reaksi yang dihasilkan diri sendiri terhadap sumber atau penyebab fobia.
  • Mengalami rasa kecemasan yang umumnya menyertai rasa takut tersebut.
  • Menghindari situasi yang berpotensi memicu reaksi fobia.
  • Setidaknya mengalami gejala-gejala phobophobia selama 6 bulan atau lebih.
  • Mengalami hambatan dalam kehidupan sehari-hari karena gejala phobophobia berlebihan, termasuk gangguan dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi.
  • Tidak mengalami kondisi gangguan mental lain dengan gejala yang serupa dengan phobophobia.

Serangan panik sendiri biasanya tidak menjadi gejala utama pada penderita phobophobia.

Hanya saja, serangan panik tetap memungkinkan untuk terjadi, terutama bila gejala yang dialami tergolong berat dan serius.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik dan evaluasi psikologis menurut panduan dari kriteria diagnostik DSM-5 merupakan metode diagnosa untuk penderita phobophobia.

Penanganan Phobophobia

Penanganan phobophobia pada dasarnya seperti fobia spesifik pada umumnya, yaitu melalui psikoterapi, pemberian obat jika diperlukan, serta perubahan pola hidup yang positif.

  • Terapi Perilaku Kognitif

Salah satu bentuk psikoterapi yang umumnya digunakan dalam mengatasi gejala fobia spesifik, termasuk juga phobophobia adalah terapi perilaku kognitif [1,3,10].

Terapi ini bertujuan utama membantu pasien dalam memahami rasa ketakutannya sendiri.

Terapis profesional akan mendampingi pasien untuk mengungkap apa yang pasien rasakan, pikirkan dan lakukan terkait dengan rasa takutnya terhadap gejala fobia [1].

Pasien melalui terapi ini juga akan dibantu untuk mempelajari alasan mengapa ia sampai memiliki perasaan, perilaku dan pikiran seperti itu [1,3].

Melalui pendekatan pragmatis, terapis akan mengatasi gejala pasien terutama saat pasien memikirkan fobianya terhadap gejala fobia.

  • Terapi Eksposur

Selain terapi perilaku kognitif, terapi eksposur atau terapi pemaparan dibutuhkan oleh pasien untuk menangani gejala-gejala yang selama ini dialami [1,4,5,6,10].

Terapis akan mengekspos pasien pada rasa takut yang selama ini dihindari.

Namun, pemaparan berlebihan pun tidak akan membantu pasien dan justru menjadikan gejala-gejalanya memburuk [1].

Proses ekspos terhadap sumber rasa takut perlu dilakukan perlahan dan sesuai porsinya agar pasien tidak mengalami perburukan gejala.

Melalui terapi eksposur juga, pasien dibantu untuk mengetahui tingkat keparahan gejala yang dialami agar dapat mengatasinya dengan baik [1].

  • Obat-obatan

Pada beberapa kasus, dokter akan memberikan sejumlah resep obat, tergantung dari gejala apa yang timbul dan seberapa serius gejala tersebut.

Karena phobophobia berkaitan dengan gangguan kecemasan, maka antidepresan adalah golongan obat yang tepat [1,7,10].

Selain itu, benzodiazepine juga termasuk sebagai obat yang ampuh untuk menangani gejala fobia spesifik.

Namun, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai berapa lama baiknya penggunaan serta apa saja risiko efek samping yang dapat terjadi.

  • Meditasi

Meditasi merupakan salah satu cara mengatasi gangguan kecemasan dan juga fobia spesifik yang berkaitan dengan kecemasan [1,11].

Meditasi adalah cara memperbaiki fokus dan perhatian pasien dari rasa takutnya ke pernapasan misalnya.

Latihan pernapasan termasuk dalam praktek meditasi yang membantu pasien dalam menyortir berbagai perasaan yang seharusnya tidak dialami [1].

Bermeditasi juga dianggap sebagai perawatan mandiri yang akan melatih pasien untuk mengatasi gejala gangguan kecemasan ketika berhadapan dengan gejala fobia (sumber rasa takutnya) [11].

Pada meditasi, fokus pada pernapasan adalah hal yang perlu dilakukan, begitu juga dengan suara-suara yang ada di sekitar.

  • Olahraga

Melakukan olahraga ringan seminggu setidaknya tiga kali sangat dianjurkan agar tubuh mampu melepaskan hormon endorfin [1,12].

Olahraga-olahraga aerobik ringan sangat bermanfaat dalam pemulihan pasien phobophobia [1].

Gejala phobophobia dapat mereda secara alami dengan bantuan aktivitas fisik yang teratur dan mengatasi gejala-gejala tersebut di masa mendatang pun menjadi lebih mudah.

  • Latihan Yoga

Yoga menjadi salah satu cara yang dianjurkan untuk membantu meredakan gejala-gejala yang berkaitan dengan fobia spesifik maupun gangguan kecemasan [1,11].

Berbagai pose Yoga dapat membantu menyeimbangkan mental dan fisik, terutama karena Yoga pun kerap dianggap sebagai gabungan olahraga dan meditasi.

Hatha Yoga adalah pose atau gerakan Yoga yang direkomendasikan untuk meredakan kecemasan maupun stres [13].

Kafein mampu meningkatkan kecemasan dalam diri seseorang, begitu juga memicu tekanan darah tinggi serta jantung berdebar [1,14].

Oleh karena itu, selama pemulihan dari kondisi gangguan kecemasan maupun fobia spesifik pasien diharapkan membatasi asupan kafein.

Beberapa jenis makanan dan minuman mengandung kafein adalah coklat, kopi, minuman berenergi dan teh [1].

Perbanyak asupan air putih dan makanan berprobiotik tinggi agar gejala phobophobia dapat diatasi dengan alami.

Tinjauan
Psikoterapi (terapi eksposur dan terapi perilaku kognitif), pemberian antidepresan, olahraga, meditasi rutin, pengurangan asupan kafein, serta melakukan Yoga adalah bentuk penanganan yang umum bagi penderita fobia spesifik seperti phobophobia.

Komplikasi Phobophobia

Penghindaran terhadap reaksi atau gejala fobia yang dirasakan oleh penderita sebenarnya kurang membantu jika dilakukan terus-menerus.

Penghindaran tidak akan menjadikan kondisi penderita lebih baik, tapi justru semakin menghambat kelangsungan hidup harian penderita.

Semakin menghindari, maka semakin menurun kualitas hidup penderita, mulai dari kehidupan pekerjaan, sosial, dan lainnya [4,5,6].

Hal ini pun berpotensi memicu depresi berat hingga isolasi diri dan keinginan maupun aksi bunuh diri [7].

Tinjauan
Penurunan kualitas hidup, terhambatnya aktivitas sehari-hari, hingga keinginan dan aksi bunuh diri perlu diwaspadai sebagai risiko komplikasi phobophobia.

Pencegahan Phobophobia

Belum diketahui bagaimana cara pasti dalam pencegahan phobophobia, seperti halnya kasus fobia spesifik lain.

Namun agar gejala tidak makin memburuk dan pasien tidak menghindar dari kondisi, pemeriksaan gejala perlu dilakukan secara dini.

Pemeriksaan dan penanganan dini akan membantu pasien memperoleh terhindar dari risiko komplikasi dan meningkatkan kembali kualitas hidupnya.

Tinjauan
Tidak terdapat cara mencegah phobophobia, namun pemeriksaan dan penanganan dini gejalanya akan membantu mencegah komplikasi yang lebih serius.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment