Septikemia : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Septikemia?

Septikemia merupakan sebuah kondisi yang dikenal juga dengan istilah keracunan darah atau infeksi yang terjadi pada aliran darah dan bersifat serius [1,4,8].

Infeksi ini umumnya ditimbulkan oleh bakteri dengan jumlah yang tidak sedikit dan bila tidak segera ditangani maka akan mengancam nyawa penderita.

Sepsis dan septikemia walau tampak mirip, keduanya adanya dua kondisi yang berbeda.

Apa perbedaan antara septikemia dengan sepsis?

Septikemia disebut juga dengan istilah infeksi darah atau keracunan darah di mana hal ini diawali dari adanya infeksi di dalam tubuh lebih dulu pada tubuh penderita [4].

Sementara itu, sepsis adalah komplikasi yang dapat diakibatkan oleh septikemia; komplikasi yang berbahaya dari infeksi yang terabaikan tanpa penanganan.

Sepsis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang yang secara aktif melawan sebab infeksi mulai tak terkendali.

Sepsis menjadi komplikasi infeksi berbahaya karena ditandai dengan penurunan drastis tekanan darah.

Tidak hanya itu, sepsis juga dapat ditandai dengan berbagai organ tubuh yang mengalami kerusakan sehingga risiko kematian semakin tinggi.

Sepsis sama mematikannya dengan septikemia, namun keduanya dapat ditangani asalkan penderita segera memeriksakan diri saat gejala timbul.

Tinjauan
Septikemia merupakan kondisi keracunan darah atau infeksi yang terjadi pada aliran darah dan bersifat mengancam jiwa penderitanya.

Fakta Tentang Septikemia

  1. Septikemia bersama dengan meningitis pernah menjadi gejala klinis pada 49 orang yang dirawat di rumah sakit di Massachusetts karena konsumsi susu pasteurisasi yang terkontaminasi L. monocytogenes [11].
  2. Belum diketahui pasti prevalensi global septikemia, namun sepsis sendiri diketahui menjadi salah satu dari 10 besar penyebab kematian [12].
  3. Di Indonesia, data prevalensi nasional septikemia belum tersedia sehingga belum diketahui jelas.
  4. Sepsis adalah sebuah kondisi yang dapat berkembang menjadi syok septik dengan risiko angka kematian 50% lebih; namun kembali lagi hal ini tergantung dari jenis organisme yang menyebabkannya [8].
  5. Septikemia diketahui menjadi istilah kuno untuk sepsis berat dan syok septik [12].

Penyebab Septikemia

Infeksi adalah penyebab utama septikemia, yaitu infeksi yang terjadi pada bagian tubuh lain yang sudah cukup parah lalu kemudian menyebar.

Untuk jenis bakteri yang mampu menyebabkan infeksi dan berakibat pada septikemia, hingga ini belum diketahui jelas karena banyak jenis bakteri dapat menjadi penyebabnya.

Beberapa jenis bakteri Streptococcus, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri paling umum penyebab infeksi yang berakibat pada septikemia [1,2].

Berikut ini adalah infeksi paling umum yang dapat mengakibatkan penderitanya mengalami septikemia [1,3] :

Terdapat banyak kondisi infeksi, namun jenis-jenis kondisi infeksi tersebut jauh lebih mudah menyebar ke peredaran darah lalu berkembang secara cepat.

Jika sudah demikian, maka biasanya gejala septikemia timbul juga secara lebih cepat dan mudah.

Faktor Risiko Septikemia

Meski penyebab utama septikemia adalah kondisi infeksi, terdapat sejumlah orang yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami septikemia.

Berikut ini adalah faktor risiko septikemia yang perlu dikenali dan diwaspadai [5,6,7] :

  • Pasien rawat inap usai menjalani prosedur operasi tertentu
  • Penderita pneumonia
  • Usia anak-anak (< 1 tahun) atau lansia (> 65 tahun)
  • Memiliki luka terbuka atau luka bakar parah
  • Menggunakan kateter kemih atau intravena
  • Menggunakan ventilasi mekanis
  • Memiliki sistem daya tahan tubuh yang lemah (dapat dikarenakan leukemia, HIV, injeksi steroid atau kemoterapi)
Tinjauan
Infeksi bakteri adalah sebab infeksi yang kemudian mengakibatkan septikemia. Beberapa jenis bakteri seperti Streptococcus, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus menjadi penyebab utama infeksi.

Gejala Septikemia

Karena infeksi yang menyebar melalui aliran darah dapat terjadi begitu cepat, gejala yang timbul pada kondisi septikemia pun juga tergolong cepat.

Pada tahap awal gejala saja akan tampak bahwa penderita tengah menderita dan merasakan sakit.

Beberapa gejala awal septikemia yang perlu diwaspadai antara lain adalah [1,3] :

  • Detak jantung lebih cepat
  • Pernapasan sangat cepat
  • Demam
  • Tubuh menggigil

Gejala-gejala yang akan timbul selanjutnya karena penanganan tidak segera diberikan antara lain adalah [3,8] :

  • Mual yang berpotensi disertai muntah
  • Kebingungan atau kelinglungan
  • Agitasi
  • Fotofobia (tingkat sensitivitas mata terhadap cahaya bertambah)
  • Kecemasan dan kelelahan
  • Volume urine menurun
  • Tidak nafsu makan
  • Timbul titik-titik merah pada permukaan kulit
  • Kaki dan tangan terasa dingin
  • Aliran darah sangat rendah
  • Syok
  • Koma

Pada gejala lanjutan, penderita perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan.

Gejala lanjutan septikemia sebaiknya ditangani secara medis dan bukan secara mandiri.

Menunggu terlalu lama mendapatkan penanganan medis dapat membahayakan nyawa penderitanya.

Tinjauan
Gejala awal septikemia meliputi detak jantung lebih cepat, pernapasan sangat cepat, demam, tidak nafsu makan, dan tubuh menggigil. Sementara gejala septikemia tahap lanjut dapat meliputi kebingungan, mual, agitasi, kelelahan, kecemasan, hingga penurunan aliran darah.

Pemeriksaan Septikemia

Tidak mudah dalam mendiagnosa septikemia, seperti halnya pada kasus sepsis.

Tingkat kesulitan dalam proses diagnosa cukup tinggi karena penyebab infeksi tidak mudah teridentifikasi.

Oleh sebab itu, metode pemeriksaan septikemia kerap kali melibatkan berbagai proses dan cara.

Umumnya, dokter akan menggunakan sejumlah cara sebagai berikut dalam memeriksa pasien dengan gejala septikemia :

  • Pemeriksaan Riwayat Medis

Dokter akan menanyakan riwayat medis pasien dan keluarga pasien untuk mengetahui penyakit yang diderita dan metode pengobatan yang sedang ditempuh [1,3,8].

Dokter juga akan menanyakan riwayat gejala yang beberapa waktu terakhir mengganggu pasien untuk menguatkan diagnosa.

  • Pemeriksaan Fisik

Dokter kemudian akan memeriksa fisik pasien, seperti mengecek suhu tubuh dan tekanan darah [1,3,8].

Dokter perlu memastikan apakah tekanan darah pasien mengalami penurunan dan terlalu rendah, begitu juga dengan suhu tubuh.

Pada pemeriksaan fisik, dokter juga akan mengidentifikasi keberadaan tanda-tanda selulitis, meningitis, dan pneumonia.

  • Tes Darah dan Urine

Kedua tes ini adalah tes penunjang yang akan membantu dokter dalam mengonfirmasi bahwa kondisi pasien disebabkan oleh infeksi bakteri [1,2,3,8].

Tes darah dan urine juga akan mengidentifikasi jenis bakteri penyebab infeksi sehingga dokter dapat menentukan metode penanganan yang tepat.

Tes darah pada umumnya juga digunakan untuk mengetahui apakah di dalam tubuh pasien terdapat kondisi penggumpalan darah.

Melalui tes ini, dokter juga akan mengetahui kadar karbon dioksida sekaligus oksigen dalam darah pasien.

  • Tes Pemindaian

Gejala septikemia tidak selalu tampak jelas, oleh sebab itu dokter akan meminta pasien menempuh beberapa tes pemindaian.

Tes pemindaian yang dapat ditempuh antara lain seperti MRI scan, rontgen (sinar-X), USG, dan CT scan [9,10].

Tinjauan
Metode diagnosa yang umumnya digunakan oleh dokter untuk mengonfirmasi septikemia meliputi pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, tes darah, dan serangkaian tes pemindaian.

Pengobatan Septikemia

Sebelum menentukan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi septikemia, beberapa hal dipertimbangkan oleh dokter lebih dulu.

Tingkat toleransi tubuh pasien terhadap terapi, obat, dan prosedur medis harus diketahui oleh dokter.

Usia, riwayat medis, dan kondisi kesehatan menyeluruh juga menjadi pertimbangan dokter, termasuk preferensi pasien tentang metode perawatan dan ekspektasi pasien untuk kondisinya.

Umumnya, septikemia diatasi dengan pemberian obat-obatan, seperti :

Antibiotik adalah jenis obat yang tepat untuk mengatasi infeksi karena bakteri, termasuk pada kasus septikemia.

Namun jenis antibiotik yang diresepkan dokter bagi penderita septikemia biasanya adalah broad-spectrum antibiotik [1,2,3,8].

Antibiotik jenis tersebut dapat melawan berbagai bakteri (tanpa harus mengetahui jenis tertentu).

Namun apabila dokter dalam prosedur pemeriksaan menemukan jenis bakteri yang lebih spesifik, maka antibiotik yang diberikan pun akan berbeda dan lebih spesifik untuk melawan bakteri tersebut.

  • Oksigen

Pemberian oksigen dilakukan untuk mengatasi pasien septikemia yang mengalami gejala kesulitan bernapas [3,6,8].

Pasien akan dapat bernafas dengan lebih baik melalui bantuan pemasangan masker ataupun ventilator.

  • Terapi Lainnya

Cairan khusus maupun jenis obat lainnya kemungkinan diberikan dokter melalui prosedur injeksi atau pemberian melalui intravena jika memang diperlukan [8].

Pemberian jenis obat lain ini biasanya bertujuan untuk menjaga tekanan darah tetap normal.

Namun, terkadang dokter memberikan obat tertentu untuk mencegah penggumpalan darah dalam tubuh pasien.

Terapi lainnya seperti tindakan cuci darah kemungkinan diperlukan apabila ginjal terkena dampaknya.

  • Operasi

Prosedur operasi biasanya hanya direkomendasikan oleh dokter apabila dijumpai kerusakan jaringan oleh infeksi yang tak bisa diselamatkan [1,3,8].

Oleh sebab itu, jaringan tersebut perlu diangkat melalui proses operasi.

Tinjauan
Pengobatan septikemia pada umumnya adalah melalui pemberian obat antibiotik (untuk melawan infeksi bakteri), pemberian oksigen (bagi pasien dengan gangguan pernapasan), terapi obat lainnya untuk menjaga tekanan darah dan pencegahan darah menggumpal, dan operasi jika memang terapi lainnya tidak menunjukkan efektivitas.

Komplikasi Septikemia

Kondisi septikemia yang tidak mendapatkan penanganan tepat waktu dan secara baik dapat meningkatkan potensi komplikasi berbahaya.

Beberapa komplikasi fatal mengancam jiwa di bawah ini perlu diketahui :

Komplikasi septikemia satu ini dapat mengancam jiwa penderitanya ketika oksigen tak lagi mencapai darah dan paru-paru [3,5,6].

Jika paru tak memperoleh cukup oksigen, risiko paling serius yang dapat terjadi adalah kerusakan paru permanen.

Hal ini kemudian akan berpengaruh pada organ lainnya, seperti otak.

Jika otak telah ikut terserang, penderita akan mengalami gangguan daya ingat yang juga akan berbahaya untuk kelangsungan hidupnya.

  • Sepsis

Sistem imun yang bereaksi terlalu kuat dan berlebihan dalam melawan penyebaran infeksi di dalam tubuh juga tidak terlalu baik akibatnya [1,2,3,4,5,6,8].

Sepsis dapat terjadi yang kemudian justru menjadi pemicu penyebaran peradangan dan infeksi pada seluruh tubuh.

Fatalnya, kerusakan dan kegagalan fungsi berbagai organ tubuh dapat terjadi saat sepsis berat dialami penderita.

Risiko sepsis jauh lebih tinggi pada orang-orang yang menderita penyakit kronis karena imun yang lemah.

Pada pasien penyakit kronis, infeksi di dalam tubuhnya tak dapat dilawan oleh daya tahan tubuh yang terlalu rendah.

  • Syok Septik

Penurunan tekanan darah secara drastis dapat mengakibatkan timbulnya syok septik [1,3,5,6,8,10].

Tekanan darah yang drop secara signifikan ini utamanya disebabkan oleh racun-racun yang dilepaskan oleh bakteri di aliran darah.

Ketika syok septik terjadi, kerusakan jaringan dan organ adalah akibat paling fatal yang dapat dialami pasien.

Pasien septikemia yang mengalami syok septik perlu memperoleh bantuan medis darurat.

Penanganan utama bagi penderita biasanya meliputi alat bantu napas berupa ventilator.

Tinjauan
Beberapa risiko komplikasi yang dapat terjadi ketika septikemia tak segera ditangani adalah sindrom distres pernapasan akut, sepsis, dan syok septik.

Pencegahan Septikemia

Vaksinasi adalah langkah pencegahan paling dianjurkan agar septikemia tidak terjadi, termasuk juga sepsis.

Namun sebagai langkah pencegahan komplikasi septikemia, pastikan untuk segera menemui dokter untuk memeriksakan kondisi gejala awal.

Gejala awal yang tampak ringan dapat memburuk seiring waktu sehingga mampu berakibat fatal bagi tubuh dan nyawa penderitanya.

Deteksi dan penanganan dini sangat dibutuhkan agar septikemia tidak mengakibatkan kematian pada penderitanya.

Untuk pencegahan yang bisa dilakukan secara mandiri, gaya hidup dan kebiasaan sehat di bawah ini dapat diterapkan sehari-hari [8] :

  • Menghindari orang-orang yang sedang sakit agar tidak mudah tertular.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat.
  • Mencuci tangan dengan rajin, terutama setiap sebelum makan dan mengolah makanan, bahkan ketika sehabis menyentuh benda di tempat umum, dari toilet, atau terpapar kotoran.
  • Menerapkan pola diet sehat (asup makanan yang bergizi seimbang).
  • Melakukan olahraga secara teratur.
  • Menghindari obat-obatan terlarang.
  • Menghindari aktivitas merokok, begitu juga asap rokok (tidak menjadi perokok aktif maupun pasif).
Tinjauan
Vaksin untuk anak-anak sangat penting dalam mencegah infeksi mudah menyerang. Namun menjaga kebersihan diri dan menerapkan pola hidup sehat juga sangat dianjurkan, terutama agar penderita gejala awal septikemia mampu meminimalisir risiko komplikasi.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment