Epilepsi adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi yang menyebabkan seseorang rentan mengalami kejang. Kejang terjadi bila ada gangguan aktivitas listrik di otak. Jika seseorang mengalami setidaknya dua kali kejang, dan bukan disebabkan oleh kondisi medis lainnya, maka ia mungkin didiagnosa memiliki epilepsi.
Epilepsi bisa disebabkan oleh berbagai ketidaknormalan pada otak. Kadang-kadang kondisi ini disebabkan oleh cedera kepala atau bersifat keturunan. Tetapi pada sekitar 50% kasus, penyebabnya tidak diketahui.
Kabar baiknya, sebagian besar orang dengan epilepsi bisa mengendalikan kejang mereka dengan obat-obatan, operasi, atau perubahan pada pola hidup.
Daftar isi
Pemicu yang Berkaitan Dengan Pola Hidup
Berkaitan dengan pola hidup, apa saja yang tidak boleh dilakukan oleh penderita epilepsi agar serangan kejang bisa dihindari?
Lupa Minum Obat
Tidak minum obat adalah alasan nomer satu yang bisa menyebabkan penderita epilepsi kembali mengalami kejang.
Jika kejang tidak terkendali, lupa minum obat bisa menyebabkan kejang terjadi lebih sering dibanding biasanya atau serangannya lebih intens. Kondisi ini bahkan bisa mengarah pada kejang panjang yang disebut status epilepticus yang termasuk keadaan darurat dan bisa mengancam keselamatan jiwa bila tidak segera ditangani. [1, 2, 3, 4]
Lupa minum obat satu kali masih umum terjadi, dan pada kebanyakan kasus tidak berakibat buruk. Tapi, begitu ingat, segeralah konsumsi kecuali memang sudah waktunya untuk minum obat dosis berikutnya. Jangan minum dua dosis obat sekaligus.
Pastikan untuk minum obat sesuai petunjuk dokter secara rutin.
Kurang Tidur
Tidur malam yang cukup sangat penting bagi semua orang, tetapi terutama bagi penderita epilepsi.
Saat tidur, ada perubahan aktivitas listrik dan hormon di otak. Perubahan ini bisa menjadi pemicu, yang menjadi alasan mengapa beberapa orang cenderung mengalami kejang saat sedang tidur. Perubahan ini juga bisa memicu kejang pada orang yang kurang tidur.
Sayangnya, epilepsi dan tidur memiliki kaitan yang kurang menguntungkan. Epilepsi bisa mengganggu siklus tidur, tetapi kurang tidur bisa memicu kejang. Beberapa obat epilepsi menyebabkan efek samping seperti insomnia yang membuat susah tidur. Selain itu, penderita epilepsi lebih rentan mengalami sleep apnea yang juga merupakan gangguan tidur. [1, 3, 4]
Membiarkan Stres Berlarut-Larut
Stres bisa mengganggu kesehatan karena menyebabkan sakit kepala, sulit tidur, atau meningkatkan risiko terkena gangguan kesehatan seperti penyakit jantung atau diabetes, jika tidak dikendalikan. Pada penderita epilepsi, stres juga bisa memicu kejang.
Sebuah studi menemukan bahwa orang cenderung merasa kehilangan kendali saat sedang stres, kemudian kondisi ini menyebabkan kecemasan dan ketakutan. Hal ini bisa membuat nafas menjadi lebih cepat lalu meningkatkan aktivitas otak secara abnormal sehingga terpiculah kejang.
Sama seperti tidur, stres dan epilepsi memiliki hubungan yang cenderung saling merugikan. Stres, kecemasan, dan gangguan mood lainnya bisa memicu kejang, tetapi masalah-masalah mental ini juga umum dialami oleh penderita epilepsi.
Konsumsi Alkohol
Dalam jumlah kecil, alkohol biasanya tidak menyebabkan kejang. Tetapi, konsumsi alkohol dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat, atau lebih dari 3 gelas, bisa menjadi pemicu.
Selain itu, beberapa obat untuk kejang bisa menurunkan toleransi tubuh terhadap alkohol.
Minum alkohol lebih dari jumlah wajar dalam 24 jam bisa meningkatkan risiko mengalami kejang. Setelah konsumsi banyak alkohol, risiko paling tinggi adalah ketika alkohol keluar dari tubuh, yaitu antara 6 hingga 48 jam setelah berhenti minum. [1, 2]
Melihat Kilatan-Kilatan Cahaya
Sekitar 3 dari 100 orang penderita epilepsi mengalami kejang yang dipicu oleh kilatan cahaya atau cahaya yang berkedip-kedip. Kondisi ini disebut epilepsi fotosensitif. [1, 2]
Jika seseorang menderita epilepsi jenis ini, baik cahaya alami maupun buatan bisa memicu terjadinya kejang. Beberapa pola, seperti garis-garis atau kotak-kotak, juga bisa memicu kejang pada epilepsi fotosensitif.
Kejang biasanya terjadi saat penderita melihat pemicu ini atau sesaat setelahnya.
Pemicu yang Berkaitan Dengan Makanan
Saat ini masih belum ada bukti bahwa makanan bisa memicu kejang pada penderita epilepsi, kecuali pada tipe langka yang disebut epilepsi refleks dimana kejang bisa disebabkan oleh konsumsi jenis makanan yang sangat spesifik. [5]
Epilepsi refleks adalah kejang yang terjadi sebagai respon dari faktor-faktor pemicu tertentu, salah satunya makanan.
Meskipun ada beberapa pemicu kejang yang umum, misalnya kurang tidur, stres dan alkohol, tetapi kasus kejang pada tiap-tiap penderita epilepsi tidak sama.
Pada beberapa kasus, beberapa jenis makanan dan minuman perlu dikonsumsi dengan hati-hati: [5]
- Beberapa penderita epilepsi merasa kejang mereka terpicu oleh MSG, pengawet, pemanis buatan serta pewarna yang ada dalam makanan.
- Jus pomegranate dan grapefruit tidak memicu kejang, tetapi bisa membuat efek samping dari obat epilepsi lebih mungkin untuk terjadi, termasuk carbamazepine, diazepam dan midazolam.
- Kafein, yang ada dalam kopi, teh, soda dan beberapa minuman energi memiliki efek rangsangan pada sistem syaraf pusat. Kafein, pengendalian kejang serta obat anti-epilepsi memiliki kaitan yang rumit dan masih belum dipahami sepenuhnya. Tetapi, beberapa laporan menyebutkan bahwa kafein bisa meningkatkatkan kemungkinan terjadinya kejang pada beberapa orang.
Karena pemicu kejang pada tiap penderita epilepsi bisa berbeda-beda, maka membuat jurmal atau buku harian bisa membantu untuk mengetahui apa saja hal-hal yang bisa memicu kejang sehingga bisa dihindari.
Tetapi, pada kasus yang umum, hal-hal yang telah disebutkan diatas adalah yang harus diperhatikan oleh penderita epilepsi.