Ablasi Jantung: Fungsi – Prosedur dan Risikonya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Ablasi jantung adalah proses yang menggunakan energi panas atau dingin untuk membuat luka kecil pada jantung untuk memblok sinyal elektrik abnormal dan mengembalikan irama jantung yang normal. Ablasi jantung... mungkin direkomendasikan dalam kondisi dimana pasien sudah mencoba obat-obatan untuk aritmia namun tidak efektif, mengalami efek samping yang serius akibat obat-obatan antiaritmia, dan berisiko tinggi terhadap komplikasi aritmia, seperti henti jantung. Risiko prosedur ini antara lain perdarahan dan infeksi pada area dimana kateter dimasukkan, kerusakan pembuluh darah, kerusakan katup jantung, aritmia yang semakin memburuk, stroke dan serangan jantung. Read more

Bila dijelaskan secara sederhana, jantung adalah pompa yang terbuat dari jaringan otot. Seperti semua otot, jantung membutuhkan sumber energi dan oksigen agar bisa berfungsi.[1]

Supaya bisa memompa darah ke seluruh tubuh, jantung membutuhkan “listrik” yang mengatur kontraksi bilik-bilik jantung. Kontraksi ini lah yang menghasilkan detak jantung. [1]

Bila detak jantung tidak beraturan, maka ada gangguan pada sistem kelistrikannya, dan kondisi ini harus diatasi karena pada titik tertentu bisa membahayakan nyawa. [3] Ablasi jantung adalah cara untuk memperbaiki masalah ini.

Fungsi Ablasi Jantung

Ketika obat yang diminum tidak efektif untuk mengobati masalah pada detak jantung, maka dokter akan menyarankan tindakan ablasi.

Prosedur ini dilakukan untuk menghancurkan sedikit bagian dari jaringan otot jantung yang menyebabkan terjadinya detak tidak beraturan. [1, 5]

Ablasi adalah salah satu prosedur yang menggunakan metode kateterisasi jantung. Sebuah kawat kecil akan dimasukkan bersama selang kateter menuju sumber masalah pada jantung untuk mengukur aktivitas listriknya. [1, 5]

Begitu sumber masalah ditemukan, jaringan yang menjadi penyebab akan dihancurkan agar aliran listrik yang terhambat di jaringan tersebut bisa kembali berjalan normal. [1, 5]

Ada dua cara untuk melakukan ablasi jantung: [2, 4, 7]

  • Ablasi radiofrekuensi (RF) : menggunakan energi panas dari radiofrekuensi untuk menghancurkan jaringan yang bermasalah di jantung. Tidak menyebabkan efek samping dan jaringan yang bermasalah tidak akan muncul lagi, namun ablasi jenis ini kurang efektif pada bagian jantung dengan aliran darah yang rendah.
  • Cryoablation : menggunakan temperatur yang sangat dingin untuk menghancurkan jaringan yang bermasalah di jantung. Efektif untuk dilakukan pada seluruh bagian jantung, termasuk yang aliran darahnya rendah, namun ada kemungkinan jaringan yang bermasalah akan kembali lagi setelah 6 bulan.

Keduanya sama-sama menggunakan metode kateterisasi jantung, namun pemilihannya akan berdasarkan riwayat kesehatan pasien dan konsultasi bersama dokter.

Kondisi Jantung yang Membutuhkan Ablasi

Ada jaringan khusus pada jantung yang menghasilkan sinyal listrik yang bergerak di menuju ruangan-ruangan pada jantung. Sinyal ini yang membuat serambi dan bilik jantung berdetak dalam ritme yang beraturan.

Jaringan yang tidak normal atau rusak bisa menyebabkan perjalanan sinyal listrik ini terganggu sehingga menyebabkan detak jantung yang tidak teratur atau terlalu cepat.[5,6]

Jika ini terjadi, jantung tidak bisa memompa darah secara efektif dan akibatnya bisa membuat lemah, sesak nafas, merasa nyeri di dada, bahkan pingsan. Penderita juga akan merasakan jantungnya berdebar. [5,6]

Masalah detak jantung yang tidak normal ini disebut aritmia dan cukup umum terjadi pada orang dewasa yang sudah cukup berumur atau mereka yang memiliki penyakit jantung.

Obat minum biasanya sudah cukup untuk mengatasi aritmia, namun tidak selalu efektif untuk semua penderita, serta bisa menyebabkan efek samping pada beberapa orang.

Pada tahap ini lah dokter akan menyarankan tindakan ablasi pada penderita. Prosedur ini penting bagi mereka yang:

  • Mengalami aritmia yang tidak bisa diatasi oleh obat
  • Mengalami efek samping yang cukup berat dari obat untuk aritmia
  • Memiliki jenis aritmia yang cenderung lebih baik bila diatasi dengan ablasi
  • Berisiko tinggi terkena serangan jantung tiba-tiba atau komplikasi lain akibat aritmia

Ablasi jantung juga bisa membantu penderita dengan jenis-jenis aritmia berikut ini:

  • AV nodal reentrant tachycardia (AVNRT): detak jantung sangat cepat disebabkan oleh “korsleting” pada jantung
  • Accessory pathway: detak jantung cepat karena jalur listrik yang mengubungkan bilik dan serambi tidak normal
  • Atrial fibrillation dan atrial flutter: detak jantung tidak teratur dan cepat yang bermula dari kedua serambi jantung
  • Ventricular tachycardia: detak jantung yang sangat cepat dan berbahaya, bermula dari kedua bilik jantung

Prosedur Ablasi Jantung

ablasi jantung
img src saintlukeskc org

Persiapan

Prosedur ablasi jantung dilakukan di ruangan khusus di rumah sakit dan dilakukan oleh cardiologist (dokter spesialis jantung), teknisi, dan perawat.

Sebelum tindakan berlangsung, dokter akan melakukan tes untuk merekam aktivitas listrik dan ritme jantung pasien.

Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien termasuk apakah ia menderita diabetes atau penyakit ginjal. Pasien yang sedang hamil tidak boleh menjalani ablasi jantung karena prosedurnya menggunakan radiasi. [2, 6]

  • Dokter akan memberikan daftar makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi 24 jam sebelum tindakan
  • Pasien biasanya akan diminta untuk berpuasa minimal 6 hingga 8 jam sebelum tindakan
  • Pasien harus memberikan daftar obat yang rutin diminum. Dokter akan memberi tahu mana yang boleh diminum dan tidak menjelang tes.
  • Pasien tidak boleh mengenakan perhiasan atau aksesoris apapun

Langkah-Langkah Prosedur

  1. Perawat akan memberikan obat bius pada pasien. Bila total, maka akan dimasukkan melalui infus, bila lokal maka akan disuntikkan di area yang akan dimasuki kateter dan diberikan bersamaan dengan obat penenang. Bius total akan membuat pasien tertidur selama prosedur berjalan, namun bius lokal membiarkan pasien tetap dalam keadaan sadar namun tidak merasakan sakit.
  2. Perawat akan membersihkan dan mencukur bagian yang akan disayat oleh dokter. Biasanya di bagian selangkangan.
  3. Dokter akan membuat lubang menuju pembuluh darah (nadi ataupun arteri) di selangkangan. Kemudian, selang yang sangat kecil akan dimasukkan ke pembuluh darah tadi.
  4. Melalui selang tadi, dokter akan memasukkan beberapa kawat yang disebut kateter elektroda menuju jantung. Posisi kateter ini bisa dipantau melalui monitor.
  5. Untuk menemukan jaringan abnormal yang menyebabkan aritmia, dokter akan mengirimkan rangsangan listrik rendah melalui kateter elektroda tadi. Rangsangan ini akan mengaktifkan jaringan abnormal yang menyebabkan aritmia. Sementara itu, kateter lain akan merekam sinyal listrik jantung untuk menemukan bagian yang harus diablasi.
  6. Dokter kemudian menempatkan kateter tepat di bagian jantung yang abnormal. Lalu, energi radiofrekuensi yang ringan dan tidak menyakitkan disalurkan menuju ke jaringan tersebut. Panas dari energi tadi akan menghancurkan jaringan otot jantung yang rusak dalam area yang sangat kecil (sekitar 1/5 inchi) agar gangguan pada aliran listrik di jantung bisa kembali normal.
  7. Prosedur ablasi biasanya berlangsung 2 hingga 4 jam. Jika pasien memiliki lebih dari satu bagian yang abnormal, maka prosedurnya bisa lebih lama. Pasien biasanya bisa langsung pulang di hari yang sama, atau menginap di rumah sakit satu malam.

Pasca Prosedur

Pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan, kemudian perawat akan mengeluarkan selang yang terpasang. [2, 5]

  • Perawat akan menekan lokasi masuknya kateter untuk menghentikan pendarahan.
  • Pasien harus berbaring dengan posisi kaki lurus selama 6 hingga 8 jam setelah dokter atau perawat mengeluarkan selang dari kaki. Perawat akan memberi tahu pasien kapan boleh bangun dari tempat tidur.
  • Perawat akan memantau kondisi pasien, detak jantung dan tanda-tanda vital (termasuk denyut nadi dan tekanan darah).
  • Pasien harus segera memberi tahu dokter atau perawat jika tempat masuknya kateter membengkak, sakit atau berdarah, atau jika dada terasa sakit.
  • Sebelum meninggalkan rumah sakit, perawat akan memberikan instruksi tertulis mengenai apa yang harus pasien lakukan setelah tiba di rumah.
  • Umumnya, Aspirin akan diresepkan untuk pasien selama 2 hingga 4 minggu untuk mencegah terjadinya risiko penggumpalan di bagian yang telah di-ablasi.

Tips Perawatan di Rumah

Pasien harus mengikuti arahan yang sudah diberikan oleh dokter atau perawat. Umumnya pasien bisa segera kembali beraktivitas sehari setelah pulang dari rumah sakit. Namun, hal-hal berikut harus diperhatikan: [2, 6]

  • Tidak membawa kendaraan 24 jam setelah pulang dari rumah sakit.
  • Tidak minum alkohol 24 jam setelah pulang dari rumah sakit.
  • Menghindari aktivitas fisik yang cukup berat tiga hari setelah tindakan. Konsultasikan pada dokter kapan boleh kembali melakukan gerakan mengangkat dan semacamnya.
  • Jika ada memar di bagian masuknya kateter, itu normal. Tapi, kalau mulai berdarah, maka pasien harus segera berbaring datar dan menekan bagian yang berdarah. Minta seseorang untuk menghubungi dokter atau rumah sakit.

Hubungi nomer darurat medis jika:

  • Lokasi bekas masuknya kateter membengkak dengan sangat cepat.
  • Pendarahan di bagian masuknya kateter tidak mau berhenti bahkan setelah ditekan.

Hubungi dokter jika: [5]

  • Kaki yang digunakan untuk tempat masuknya kateter mulai mati rasa atau kesemutan, atau jika telapak kaki terasa dingin atau membiru.
  • Area sekitar tempat masuknya kateter tampak lebam menghitam.
  • Area tempat masuknya kateter membengkak atau ada cairan keluar.
  • Pasien merasa nyeri atau tidak nyaman di bagian dada yang menjalar ke leher, rahang atau lengan.
  • Pasien merasa mual atau banyak berkeringat.
  • Detak jantung menjadi cepat atau tidak beraturan.
  • Sesak nafas.
  • Pusing atau berkunang-kunang

Risiko Ablasi Jantung

Secara umum, ablasi jantung adalah prosedur yang aman dan tanpa efek samping. Komplikasi serius setelah tindakan pun jarang terjadi. [2, 4, 6]

Namun, risiko tetap ada. Masalah yang paling umum terjadi akibat penggunaan kateter. Memasukkan kateter ke pembuluh darah bisa membuat robekan, pendarahan atau infeksi. Namun masalah ini sangat jarang terjadi. [5]

Risiko lain termasuk: [2, 4, 6]

  • Pendarahan atau darah yang menggenang di bagian masuknya kateter
  • Penggumpalan darah yang terjadi di arteri kaki, jantung, atau otak
  • Kerusakan arteri tempat masuknya kateter
  • Kerusakan pada katup jantung
  • Kerusakan arteri koroner (pembuluh darah yang membawa darah ke jantung)
  • Cairan menggenang di sekitar jantung
  • Serangan jantung
  • Kerusakan saraf
  • Peradangan kantung di sekitar jantung

Kualitas Hidup Setelah Tindakan Ablasi Jantung

Tingkat kesuksesan ablasi bisa berbeda tergantung pada jenis aritmia yang dialami pasien.

Beberapa orang mungkin masih mengalami detak jantung tidak beraturan beberapa kali dalam waktu yang singkat setelah menjalani prosedur ablasi jantung.[6]

Hal ini adalah reaksi normal sepanjang masa pemulihan jaringan, dan akan hilang dengan sendirinya seiring waktu. [6]

Namun, pasien dengan penyakit jantung yang sudah menjalani prosedur ablasi akan merasakan perbaikan kualitas hidup yang signifikan dibanding ketika hanya minum obat saja. [5]

Mereka bisa kembali bekerja dan berolahraga tanpa harus sering bolak-balik ke UGD karena sesak nafas akibat aritmia. [5]

Kisaran Biaya Ablasi Jantung

Seperti juga tindakan medis lain yang berkaitan dengan jantung, prosedur ablasi juga ditanggung oleh BPJS.

Bila tidak menggunakan asuransi, kisaran biaya yang yang harus ditanggung pasien sekitar 11 hingga 14 juta rupiah. Namun harga bisa berubah-rubah sesuai kebijakan rumah sakit.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment