Bolehkah Anak Minum Kopi?

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Kopi memiliki penggemar di berbagai usia, tidak terkecuali anak-anak. Pada 2017, sebuah penelitian menyebutkan bahwa terdapat peningkatan konsumsi kopi harian terbesar pada anak usia 12 hingga 18 tahun. Sesungguhnya bolehkah anak minum kopi? [1]

Secangkir kopi berasal dari seduhan biji kopi yang dipanggang dari tanaman kopi. Tanaman tersebut awalnya berasal dari Ethiopia dan sekarang tumbuh di seluruh dunia, termasuk di Amerika Selatan, Brazil, dan Asia. [1]

Ketika Anak Minum Kopi

Kopi disebut-sebut menjadi minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air. Penelitian yang dikeluarkan The National Coffee Association (NCA) yang berbasis di New York menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang meminum kopi setiap minggu dan 6 dari 10 orang meminumnya setiap hari. [1]

Kopi mengandung kafein yang dapat menjadi stimulan serta obat psikoaktif. Anak-anak dan remaja memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap kafein dan risiko overdosis yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa pada umumnya. Maka dari itu, perlu diperhatikan batas dosis kafein ketika anak minum kopi. [2]

Batas Dosis Kafein yang Diperbolehkan untuk Anak

Rekomendasi dari Health Canada menunjukkan bahwa seorang anak agar mengonsumsi tidak lebih dari 2,5mg kafein per berat badan (kg). Berikut jumlah kafein yang direkomendasikan untuk anak-anak usia 4 hingga 12 tahun: [1]

  • Usia 4-6 tahun, asupan kafein harian yang disarankan maksimal sebesar 45mg. Setara dengan 1 kaleng cola (355ml) atau kurang dari setengah cangkir kopi yang diseduh.
  • Usia 7-9 tahun, maksimal sebesar 62,5mg. Setara dengan 1,5 kaleng cola (355ml) atau satu gelas espresso.
  • Usia 10-12 tahun maksimal 85mg. Hampir setara dengan 2 botol cola (355ml) atau di bawah satu cangkir kopi yang diseduh.

Sedangkan untuk usia 13 hingga 18 tahun bergantung pada berat badan anak. Misalnya, seorang anak berusia 13 tahun dengan berat 45,3kg harus mengonsumsi tidak lebih dari 113mg kafein per hari dan setara dengan kurang dari 1,5 cangkir kopi yang diseduh. Untuk remaja dengan berat badan lebih dari itu dapat mengonsumsi maksimal 400mg kafein. [1]

Sesungguhnya, tidak ada masalah jika anak minum beberapa teguk kopi. Adapun yang menjadi masalah adalah ketika hal tersebut berubah menjadi secangkir kopi yang dikonsumsi setiap hari. Disarankan jika anak minum kopi pada saat menjelang akhir masa remaja ketika pertumbuhan dan perkembangannya melambat. [3]

Risiko Jika Anak Minum Kopi

Terlalu banyak kafein dapat mengganggu penyerapan kalsium yang berdampak pada pertumbuhan kekuatan tulang. Selain itu, menambahkan krim dan gula yang banyak dan minum kopi berkalori tinggi dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan gigi berlubang. [3]

Berikut resiko yang ditimbulkan jika anak minum kopi terlalu berlebihan:

Kafein dalam kopi tidak hanya dapat meningkatkan kewaspadaan dan energi untuk sementara waktu, tetapi juga dapat mengganggu tidur. Efeknya terjadi lebih lama pada usia yang lebih muda dan butuh waktu yang lama untuk hilang. Hal ini dapat memicu obesitas pada anak. [4]

  • Peningkatan Detak Jantung

Jantung yang berdetak lebih cepat membuat otot jantung membutuhkan lebih banyak oksigen. Jika sel-sel tersebut kekurangan oksigen, maka dapat menyebabkan serangan jantung. [5]

  • Peningkatan Urin

Sering buang air kecil dari biasanya dapat mengganggu rutinitas normal dan siklus tidur anak. Hal ini dapat menyebabkan tanda masalah ginjal atau kandung kemih hingga diabetes. [6]

  • Gangguan Pencernaan

Ketidaknyamanan pada perut terjadi pada perut bagian atas, termasuk kembung, mual, dan mengeluarkan gas. [7]

  • Asam Lambung

Gejala ini menyebabkan beberapa isi perut naik kembali ke kerongkongan. Hal ini membuat rasa sakit yang membakar di dada bagian bawah. Gejala yang lebih parah akan mengarah pada penyakit refluks gastroesofageal (GERD). [8]

Sakit kepala yang sering atau parah dapat memengaruhi kualitas hidup anak. Sakit kepala dapat mempengaruhi bagian kepala mana pun dan nyeri dapat muncul di satu atau beberapa lokasi. [9]

Gangguan kecemasan yang menyebabkan ketakutan, kegugupan, dan kekhawatiran yang berlebih. Gangguan ini dapat mengubah cara anak memproses emosi serta perilaku yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. [10]

Mengatasi Kecanduan ketika Anak Minum Kopi

Meski tiap orang memiliki gejala yang berbeda dalam mengatasi kecanduan kafein akibat ketergantungan minum kopi, gejala umum yang paling sering muncul adalah sakit kepala, mudah tersinggung, dan kelelehan. [1]

Ibu hamil juga perlu perhatian dalam meminum kopi, yakni tidak lebih dari dua cangkir kopi sehari. Penelitian menunjukkan bahwa kafein yang tertelan selama kehamilan dapat mengubah jalur penting otak pada janin. [1]

Sebuah studi tahun 2013 menemukan bahwa kafein mengurangi durasi tidur pada remaja laki-laki. Tidur memainkan peran penting dalam perkembangan otak yang sehat, terutama dalam pembelajaran dan memori serta mengatur emosi dan perilaku. Kurang tidur yang disebabkan oleh terlalu banyak asupan kafein dapat memengaruhi perkembangan otak pada anak-anak dan remaja. [1]

Gejala kecanduan kafein meliputi: [1]

  • Kegoyahan.
  • Mual, muntah, dan diare.
  • Sakit perut.
  • Pernapasan cepat.
  • Kegugupan atau lekas marah.
  • Detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
  • Serangan kecemasan.
  • Kejang.
  • Halusinasi.

Orang tua atau wali yang bertanggung jawab dan memiliki kekhawatiran terhadap konsumsi kafein ketika anak minum kopi dapat lebih memperhatikan dengan cermat label produk yang mereka beli. Periksalah kadar kafein yang terkandung dalam produk tersebut. [1]

Orang tua juga dapat berbicara langsung pada anak mengenai batas kafein yang harus dikonsumsi selama satu hari. Minum air dapat mengembalikan rehidrasi ketika anak terlalu banyak minum kopi. Ajak mereka berjalan-jalan keluar rumah ketika merasa gelisah akibat kecanduan kafein. [1, 2]

Apabila orang tua mengkhawatirkan asupan kafein akibat anak minum terlalu banyak kopi, dapat berkonsultasi dengan dokter anak, psikiater anak, atau ahli kesehatan lain untuk mendapatkan penanganan yang lebih profesional. [2]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment