Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Anemia merupakan suatu kondisi kekurangan sel darah merah yang dapat terlihat dari nilai hemoglobin, hematokrit dan juga jumlah sel darah merah yang rendah. Penyebab anemia tergolong cukup banyak, salah
Daftar isi
Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat adalah suatu kondisi kekurangan darah yang disebabkan oleh tubuh yang kekurangan asam folat dan vitamin B12 [5,6,7].
Kadar kedua nutrisi di bawah normal dapat menyebabkan gangguan produksi sel darah merah sehingga fungsinya menjadi tidak maksimal.
Fungsi tubuh menjadi tak optimal karena sel-sel darah merah pada dasarnya adalah pembawa oksigen ke seluruh tubuh menggunakan hemoglobin (Hb).
Tinjauan Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat adalah anemia yang terjadi karena kadar vitamin B12 dan folat dalam tubuh sangat rendah dan di bawah normal.
Penyebab utama anemia defisiensi vitamin B12 dan folat tentunya adalah kurangnya kadar kedua nutrisi tersebut di dalam tubuh sehingga produksi sel-sel darah merah menjadi tidak maksimal.
Anemia megaloblastik adalah istilah untuk kondisi tersebut di mana kekurangan folat atau vitamin B12 sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Untuk dapat mengatasi anemia jenis ini, perlu untuk mengetahui lebih dulu apa saja faktor yang mampu menyebabkan kekurangan (defisiensi) vitamin B12 maupun folat pada seseorang.
Terdapat beberapa hal yang mampu membuat tubuh seseorang mengalami kekurangan vitamin B12, yaitu [1,4,5,7]:
Penggunaan beberapa jenis obat tertentu mampu memicu kadar vitamin B12 berkurang cukup banyak di dalam tubuh.
Obat gangguan pencernaan, seperti PPI (proton pump inhibitors) adalah yang perlu diwaspadai karena dapat menjadi penyebab memburuknya kekurangan vitamin B12.
Pada kondisi gangguan pencernaan pada lambung, produksi asam lambung akan dihambat oleh PPI, namun sebagai efeknya proses penyerapan vitamin B12 terganggu.
Vitamin B12 dari makanan yang dikonsumsi bukannya terserap ke dalam tubuh melainkan terlepas.
Pada kasus gangguan pencernaan, khususnya pada bagian usus, kondisi ini mampu menghambat proses penyerapan vitamin B12.
Penyakit Crohn adalah salah satu contoh kondisi yang mampu memicu penderitanya kekurangan vitamin B12 karena usus yang mengalami radang kronis.
Pada orang-orang yang pernah atau baru saja menempuh prosedur operasi gastrektomi atau bedah perut, risiko kekurangan vitamin B12 dapat meningkat.
Gastrektomi sendiri adalah prosedur operasi yang mengangkat bagian dari perut yang ditumbuhi tumor.
Pada beberapa orang, diet dengan mengonsumsi makanan-makanan rendah vitamin B12 dapat menyebabkan tubuh kekurangan vitamin B12.
Para vegetarian berpotensi lebih besar mengalami kekurangan vitamin B12 karena tidak mengonsumsi ikan dan daging, termasuk juga produk olahan susu pada beberapa orang.
Padahal, vitamin B12 paling kaya terkandung di dalam daging serta produk susu.
Bila memang tidak mengonsumsi produk susu maupun daging-dagingan, penting untuk mengonsumsi sumber makanan pengganti yang sama-sama mengandung vitamin B12.
Oatmeal dan suplemen vitamin B12 tetap diperlukan bagi vegetarian dalam menjaga kadar vitamin B12 di dalam tubuh normal.
Anemia pernisiosa merupakan kondisi autoimun yang cukup umum menjadi penyebab kekurangan vitamin B12.
Kasus seperti ini lebih banyak terjadi di Inggris di mana tubuh secara keliru justru menyerang sel-sel dan jaringannya sendiri yang masih sehat.
Pada kasus, anemia pernisiosa, sistem imun menyerang sel-sel perut yang kemudian berakibat pada gangguan penyerapan vitamin B12.
Penyebab pasti dari anemia pernisiosa sendiri belum diketahui, namun wanita berusia 60 tahun ke atas jauh lebih rentan mengalaminya.
Para penderita vitiligo dan/atau penyakit Addison memiliki risiko sama besar dalam menderita anemia pernisiosa ini.
Folat atau asam folat merupakan bentuk vitamin B kompleks yang tubuh perlukan supaya dapat menjalankan banyak fungsi penting.
Folat pun merupakan nutrisi larut air yang tak hanya dibutuhkan oleh para ibu hamil, sebab setiap orang perlu memenuhi kebutuhan asupan folat.
Terdapat berbagai faktor mengapa seseorang dapat kekurangan kadar folat di dalam tubuhnya lalu meningkatkan risiko anemia defisiensi folat [2,3,6,7].
Jenis obat antikonvulsan yang biasanya digunakan untuk mengatasi epilepsi, serta methotrexate, sulfasalazine, dan colestyramine mampu menyebabkan kekurangan folat dalam tubuh.
Penggunaan obat-obat ini berpotensi mengurangi kadar folat normal dalam tubuh dan menghambat penyerapan folat.
Tanpa disadari pada beberapa orang, tubuhnya tak mampu menyerap folat secara efektif.
Penyakit Celiac atau gangguan pencernaan lainnya mampu menjadi pemicunya dan hal ini dapat mengakibatkan kekurangan folat bila tidak ditangani segera.
Kurangnya asupan folat dari sumber makanan yang tepat dapat menyebabkan kekurangan folat dalam tubuh.
Seseorang yang sangat jarang mengonsumsi nasi merah, buncis, brokoli, kacang polong, asparagus, dan kubis Brussel memiliki risiko lebih besar mengalami defisiensi folat.
Frekuensi buang air kecil yang terlalu sering dapat menyebabkan tubuh kekurangan kadar folat.
Dialisis dalam jangka panjang, kerusakan liver akut, hingga gagal jantung kongestif dapat menjadi penyebab seseorang sering buang air kecil.
Konsumsi alkohol yang berlebihan serta terus-menerus dalam jangka panjang tak hanya dapat merusak sistem saraf.
Alkohol mampu menghambat penyerapan folat dalam tubuh dan memicu pelepasan folat oleh tubuh sehingga kadar folat dapat berkurang.
Penderita kanker, kehamilan, penderita infeksi dan peradangan, maupun penderita anemia sel sabit jauh lebih rentan mengalami anemia defisiensi folat.
Maka periksakan diri ke dokter dan cek kadar folat dalam tubuh bila merupakan penderita salah satu atau beberapa penyakit tersebut.
Tinjauan - Penyebab anemia defisiensi vitamin B12 dan folat dapat dibagi menjadi dua kondisi, yaitu penyebab defisiensi vitamin B12 serta penyebab defisiensi folat. - Umumnya, diet rendah vitamin B12 dan folat dapat menjadi penyebab utamanya atau gangguan penyerapan tubuh terhadap dua nutrisi tersebut. Meski begitu, faktor kondisi medis dan penggunaan obat tertentu dapat pula menurunkan kadar vitamin B12 dan folat dalam tubuh.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat dapat menimbulkan sejumlah gejala pada penderitanya.
Gejala biasanya berkembang secara bertahap dan bila tak segera mendapatkan penanganan, perburukan kondisi dapat terjadi.
Untuk memudahkan mengenali gejala, gejala akan dibagi menjadi tiga, yaitu gejala anemia pada umumnya, gejala defisiensi vitamin B12, dan gejala defisiensi folat [1,2,3,4,5,6,7].
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila beberapa gejala yang telah disebutkan mulai timbul dan terasa kurang wajar, maka segera ke dokter untuk memastikan kondisi tubuh.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat perlu segera ditangani agar tidak memburuk.
Tinjauan Gejala anemia defisiensi vitamin B12 dan folat dibagi menjadi tiga, yaitu gejala anemia itu sendiri, gejala kekurangan vitamin B12, serta gejala folat yang perlu dikenali serta diwaspadai.
Dalam mendeteksi anemia defisiensi vitamin B12 dan folat, dokter tak hanya memeriksa gejala fisik yang dialami oleh pasien, tapi juga melalui sejumlah pemeriksaan berikut [1,2,3,4,5,6,7].
Tes darah adalah prosedur pemeriksaan yang membantu dokter dalam mengidentifikasi kadar vitamin B12 maupun folat di dalam tubuh pasien.
Tes darah digunakan para dokter untuk mengetahui apakah pasien memiliki sel-sel darah merah yang lebih besar daripada seharusnya serta apakah kadar hemoglobin di bawah normal.
Hanya saja, pada beberapa pasien dijumpai kadar folat dan vitamin B12 di dalam tubuh mereka tidak normal, namun tak ada gejala yang dirasakan.
Untuk mengetahui apakah pasien positif menderita anemia defisiensi folat, dokter kemungkinan meminta pasien menempuh rangkaian tes UGI (Upper Gastrointestinal).
Tes ini juga dikenal dengan istilah barium swallow di mana dokter memeriksa saluran pencernaan atas pasien menggunakan sinar-X.
Saluran pencernaan atas di sini meliputi kerongkongan, lambung serta duodenum.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan saja belum cukup bagi dokter untuk mendiagnosa anemia defisiensi vitamin B12 dan folat. Pasien perlu menempuh tes darah serta barium swallow untuk mengetahui kadar vitamin B12 dan folat dalam tubuhnya dan apakah terdapat gangguan pada pencernaannya.
Anemia yang disebabkan oleh kadar vitamin B12 dan folat yang rendah di dalam tubuh biasanya ditangani dengan dua cara, yaitu diet atau tanpa diet [1,2,3,4,5,6,7,8].
Kekurangan salah satu atau dua nutrisi penting (vitamin B12 dan/atau folat) yang kemudian menyebabkan anemia menandakan bahwa diet tinggi folat maupun vitamin B12 penting dilakukan.
Artinya, daging, ikan, telur dan produk susu adalah sumber-sumber makanan yang perlu diasup harian agar mengembalikan kadar normal kedua nutrisi dalam tubuh.
Bagi pelaku diet vegan, tentunya hal ini cukup sulit karena harus mencari makanan alternatif.
Namun sereal, oatmeal, dan produk kedelai dapat coba dikonsumsi karena kandungan vitamin B12-nya tergolong tinggi.
Sementara untuk pemenuhan kebutuhan tubuh akan folat, makanan seperti roti gandum, kacang merah, nasi merah, asparagus, kacang polong, sayur berdaun hijau, dan buah jeruk dapat dikonsumsi.
Pada kasus vegetarian atau vegan dengan masalah anemia jenis ini, maka biasanya dokter akan memberikan suplemen vitamin B12 maupun suplemen folat jika diperlukan.
Konsumsi suplemen yang diberikan oleh dokter dengan dosis sesuai anjuran lebih aman daripada menggunakannya tanpa rekomendasi dari dokter.
Pengobatan anemia defisiensi vitamin B12 dan folat dapat pula dilakukan tanpa pasien harus melakukan diet, khususnya pada kebanyakan pasien yang memiliki gaya hidup sebagai vegetarian atau vegan.
Pada beberapa kasus, pasien harus disuntik hydroxocobalamin 2-3 bulan sekali seumur hidup.
Metode pengobatan ini diperuntukkan bagi pasien yang mengalami kekurangan vitamin B12 tapi bukan karena kekurangan vitamin B12 dalam diet.
Bila pasien membutuhkan injeksi yang lebih sering dan rutin, maka cyanocobalamin akan diberikan oleh dokter sebulan sekali.
Hanya saja, jenis injeksi vitamin B12 ini tergolong jarang dan hydroxocobalamin jauh lebih sering digunakan untuk mengatasi defisiensi vitamin B12.
Baik itu melalui diet atau tanpa diet, dokter akan memantau kondisi pasien dengan meminta pasien kembali setelah 10-14 hari untuk menempuh tes darah.
Tes darah dilakukan untuk dapat mengetahui apakah pengobatan yang diberikan efektif atau tidak.
Jika kadar hemoglobin sudah dinyatakan kembali normal, maka hal ini menandakan perawatan berjalan dengan baik.
Jika setelah pengobatan beberapa bulan gejala kembali timbul dan dirasakan, penting untuk memeriksakan diri ke dokter.
Namun bila gejala tak lagi muncul dalam beberapa waktu tertentu, pemantauan dapat dihentikan.
Komplikasi yang berpotensi terjadi pada penderita dapat dibagi menjadi tiga, yaitu komplikasi anemia, komplikasi karena kekurangan vitamin B12, dan komplikasi karena kekurangan folat.
Pada kasus anemia yang sudah tergolong parah, umumnya beberapa masalah jantung dapat terjadi sebagai komplikasinya [7] :
Kekurangan vitamin B12 dapat menimbulkan serangkaian komplikasi ketika tidak segera ditangani, yaitu antara lain [1,4,7] :
Ketika seseorang mengalami kekurangan kadar folat di dalam tubuhnya, baik itu disertai anemia ataupun tidak, berikut ini adalah risiko komplikasi yang berpotensi terjadi [2,7] :
Tinjauan Komplikasi anemia defisiensi vitamin B12 dan folat dibagi menjadi tiga kondisi, yaitu komplikasi anemia itu sendiri, komplikasi karena kekurangan vitamin B12 dan komplikasi karena kekurangan folat.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan harian tubuh akan vitamin B12 dan folat dengan baik [8,9].
Tinjauan Pencegahan terbaik adalah dengan memenuhi kebutuhan harian tubuh akan vitamin B12 dan folat dengan baik. Tak hanya itu, diet dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta rutin memeriksakan kesehatan adalah langkah pencegahan yang juga dianjurkan.
1) Alex Ankar & Anil Kumar. 2019. National Center for Biotechnology Information. Vitamin B12 Deficiency (Cobalamin).
2) Kashif M. Khan & Ishwarlal Jialal. 2019. National Center for Biotechnology Information. Folic Acid (Folate) Deficiency.
3) Martha Savaria Morris, Paul F Jacques, Irwin H Rosenberg, & Jacob Selhub. 2007. HHS Public Access. Folate and vitamin B-12 status in relation to anemia, macrocytosis, and cognitive impairment in older Americans in the age of folic acid fortification.
4) Seung Min Song, M.D., Keun Wook Bae, M.D., Hoi-Soo Yoon, M.D., Ho Joon Im, M.D., & Jong-Jin Seo, M.D. 2010. Korean Journal of Pediatrics. A case of anemia caused by combined vitamin B12 and iron deficiency manifesting as short stature and delayed puberty.
5) Anonim. 2019. National Health Service. Overview-Vitamin B12 or folate deficiency anaemia.
6) Anonim. Johns Hopkins Medicine. Vitamin B12 Deficiency Anemia.
7) Anonim. Johns Hopkins Medicine. Folate-Deficiency Anemia.
8) Linda Antinoro, R.D., L.D.N., J.D., C.D.E. 2015. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School. Getting Enough Vitamin B12.
9) Office of Dietary Supplements (ODS). 2020. National Institutes of Health. Folate.