Anemia Pernisiosa : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Anemia Pernisiosa?

Anemia Pernisiosa
Anemia Pernisiosa ( img : Liver Doctor )

Anemia merupakan sebuah kondisi ketika jumlah sel-sel darah merah di bawah kadar normalnya [1,3,4,5,6].

Sementara anemia pernisiosa adalah jenis anemia megaloblastik yang disebabkan utamanya oleh kadar vitamin B12 yang kurang di dalam tubuh karena masalah pada antibodi (gangguan autoimun).

Defisiensi atau kekurangan vitamin B12 dapat memicu produksi sel-sel darah merah sehat di dalam tubuh menjadi terhambat.

Bila produksi sel darah merah terhambat, maka tubuh seseorang akan mengalami kekurangan darah sehat.

Bahkan karena kurangnya vitamin B12, tubuh justru menghasilkan makrosit (sebutan untuk sel-sel darah merah abnormal berukuran besar) [3].

Tempat produksi sel-sel darah merah di dalam tubuh manusia adalah sumsum tulang.

Jika makrosit dihasilkan, ukuran sel-sel darah yang besar tersebut tidak dapat meninggalkan tempat produksinya.

Karena tak dapat menjauh dari sumsum tulang, sel-sel darah abnormal yang besar ini sama saja tak mampu masuk ke peredaran darah dan bahkan tak dapat menyebar ke seluruh jaringan tubuh.

Tinjauan
Anemia pernisiosa adalah kondisi kurangnya sel darah merah sehat karena defisiensi vitamin B12 yang terjadi disebabkan oleh gangguan autoimun.

Fakta Tentang Anemia Pernisiosa

  1. Prevalensi anemia pernisiosa dari seluruh populasi umum adalah 0,1%, namun terjadi peningkatan hingga 1,9% khususnya pada kelompok usia 60 tahun ke atas [1].
  2. Di Amerika Serikat, prevalensi anemia pernisiosa diketahui 151 per 100.000 populasi [1].
  3. Walau anemia pernisiosa dapat terjadi pada siapapun, penyakit ini berpotensi lebih tinggi dialami oleh orang-orang usia 60 tahun lebih, yaitu antara 70-80 tahun [1].
  4. Di Afrika dan Eropa, prevalensi anemia pernisiosa juga jauh lebih tinggi (4,0-4,3% pada orang dewasa yang lebih tua) daripada pada orang-orang keturunan Asia [1].
  5. Di Indonesia, belum diketahui secara persis prevalensi anemia pernisiosa. Namun menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi anemia sendiri mencapai 21,7% yang lebih banyak dialami oleh wanita [2].
  6. Menurut sebuah hasil studi di Jepang, anemia pernisiosa adalah anemia megaloblastik yang paling sering dijumpai dengan prevalensi 61% [3].

Perbedaan Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Folat dengan Anemia Pernisiosa

Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat adalah jenis anemia yang dapat terjadi karena diet rendah vitamin B12 [4].

Selain itu, riwayat gastrektomi, mengalami penyakit usus, dan penggunaan obat tertentu dapat meningkatkan risiko anemia defisiensi vitamin B12 dan folat.

Anemia pernisiosa bahkan dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya anemia defisiensi vitamin B12 dan folat.

Sementara anemia pernisiosa sendiri terjadi karena utamanya disebabkan oleh gangguan autoimun.

Antibodi yang menyerang sel-sel parietal di perut menghambat produksi protein yang berguna dalam menyerap vitamin B12.

Dengan kekurangan produksi faktor intrinsik (protein penyerap vitamin B12) sekaligus penyerapan vitamin B12 oleh usus kecil yang buruk akan menyebabkan tubuh kekurangan vitamin B12.

Saat kadar vitamin B12 semakin rendah karena hal ini, anemia pernisiosa terjadi.

Penyebab Anemia Pernisiosa

Anemia pernisiosa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, kenali apa saja hal-hal yang mampu memicu penyakit ini [1,2].

1. Faktor Intrinsik

Di dalam perut terdapat sel-sel parietal yang menghasilkan protein yang juga disebut dengan faktor intrinsik.

Protein inilah yang bertugas utama menjadi penyerap vitamin B12.

Jika di dalam tubuh seseorang mengalami gangguan autoimun, maka hal ini otomatis akan mengurangi faktor intrinsik.

Gangguan autoimun adalah ketika sistem kekebalan tubuh atau antibodi menyerang sel-sel dan jaringan yang sehat karena keliru.

Pada penderita anemia pernisiosa, antibodi akan menghancurkan sel-sel parietal yang menghasilkan protein penyerap vitamin B12 tadi.

Ketiadaan faktor intrinsik pun menjadi penyebab utama ketidakmampuan vitamin B12 tersuplai melalui usus kecil sehingga berakibat pada kondisi tubuh yang mengalami defisiensi vitamin B12.

Faktor intrinsik juga berkaitan erat dengan riwayat operasi perut yang akan membuat jumlah sel parietal berkurang.

Bahkan kelainan bawaan pun dapat menjadi kondisi yang membuat anak tak memiliki faktor intrinsik di dalam tubuhnya; anemia pernisiosa kongenital adalah sebutan untuk kondisi ini.

2. Kekurangan Vitamin B12

Sebab anemia pernisiosa lainnya adalah kekurangan vitamin B12 di mana penderita dalam dietnya kurang mengasup makanan-makanan maupun suplemen vitamin B12.

Bila tubuh mengalami kekurangan vitamin B12, produksi sel darah merah sehat yang normal tak lagi bisa terjadi.

Yang terproduksi adalah sebaliknya, yaitu sel darah merah abnormal dengan ukuran besar yang bertahan di sumsum tulang.

Bila sel darah merah besar abnormal ini berada di sumsum tulang terus-menerus, tubuh akhirnya tidak akan mendapatkan cukup darah dan oksigen untuk berfungsi dengan baik.

Suplai dan penyebaran darah menjadi kurang karena sel darah merah hanya berada di satu tempat dan tidak menyebar.

Faktor Risiko Anemia Pernisiosa

Pada beberapa kasus anemia pernisiosa, beberapa faktor di bawah ini dapat menjadi peningkat risiko [1,3,5] :

  • Faktor usia, yaitu usia 60 tahun ke atas lebih rentan mengalami anemia pernisiosa.
  • Faktor bedah, yaitu pengangkatan salah satu bagian perut karena kondisi medis tertentu.
  • Faktor penyakit tertentu, seperti penyakit Crohn dan diabetes tipe 1.
  • Faktor keturunan Skandinavia atau Eropa Utara.
  • Faktor riwayat keluarga; anggota keluarga yang pernah menderita anemia pernisiosa akan meningkatkan risiko anggota keluarga lainnya untuk mengidap penyakit yang sama.
  • Faktor diet dan gaya hidup vegetarian.
  • Faktor penggunaan obat tertentu, seperti obat diabetes, obat antikejang, dan antibiotik tertentu sehingga memengaruhi bakteri yang tumbuh di dalam tubuh dan menjadi penghambat proses penyerapan vitamin B12 oleh usus kecil.
  • Faktor infeksi.
Tinjauan
Gangguan autoimun dan defisiensi vitamin B12 menjadi penyebab utama anemia pernisiosa. Namun, faktor lain turut meningkatkan risikonya, seperti faktor usia, penyakit tertentu, infeksi, obat tertentu, diet vegetarian, riwayat keluarga menderita penyakit yang sama, dan riwayat operasi.

Gejala Anemia Pernisiosa

Perkembangan gejala anemia pernisiosa umumnya cenderung lambat sehingga cukup sulit untuk menyatakan bahwa seseorang mengalami anemia pernisiosa.

Meski demikian, beberapa gejala umum di bawah ini perlu dikenali dan diwaspadai :

Pada kondisi kekurangan vitamin B12 dalam jangka waktu yang sudah terlalu lama, gejala kemungkinan akan jauh lebih berat dan berkaitan dengan saraf, seperti :

Tinjauan
Gejala umum yang dapat terjadi pada penderita anemia pernisiosa adalah sakit kepala, tubuh lemah dan cepat lelah, heartburn, kulit pucat, penurunan nafsu makan dan berat badan, mual, muntah, nyeri dada, linglung, dan sembelit.

Pemeriksaan Anemia Pernisiosa

Untuk memastikan bahwa kondisi gejala adalah benar-benar mengarah pada anemia pernisiosa, selain pemeriksaan fisik terdapat beberapa metode diagnosa lain yang pasien perlu tempuh :

Tes darah lengkap diperlukan untuk mengetahui kadar hematokrit dan hemoglobin di dalam tubuh pasien [1,5].

Dari hasil tes darah lengkap dapat diketahui diagnosa awal bahwa pasien menderita anemia atau tidak serta mengecek jumlah darah total di dalam tubuh pasien.

  • Pemeriksaan Antibodi Sel Parietal dan Faktor Intrinsik

Pemeriksaan antibodi sel parietal dan antibodi faktor intrinsik (tes Shilling) umumnya diperlukan, yaitu melalui tes darah [1].

Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk menguji apakah antibodi benar-benar menyerang faktor intrinsik serta sel-sel parietal yang dalam kondisi sehat.

  • Tes Kadar Vitamin B12

Tes penunjang lainnya meliputi pemeriksaan kadar vitamin B12 melalui tes darah [1,3,5].

Dokter perlu mengetahui kadar vitamin B12 di dalam tubuh pasien bila dicurigai bahwa defisiensi vitamin ini menyebabkan gejala anemia pernisiosa.

  • Tes Sumsum Tulang

Tes lainnya yang diperlukan untuk membantu dokter menegakkan diagnosa adalah tes sumsum tulang [3,5].

Tes ini dapat menunjukkan seberapa normal dan baik kinerja sumsum tulang dalam menghasilkan sel-sel darah merah sehat dan memadai.

Tes ini terbagi menjadi dua metode, yang pertama adalah aspirasi sumsum tulang (dokter menggunakan sebuah jarum untuk mengambil sampel cairan sumsum tulang dan diperiksa di laboratorium).

Yang kedua adalah melalui biopsi usai aspirasi sumsum tulang selesai dilakukan.

Dokter akan menggunakan sebuah jarum untuk mengambil sampel jaringan sumsum tulang untuk dianalisa di laboratorium.

Pemeriksaan sampel jaringan sumsum tulang bertujuan utama mengetahui jumlah sel pada sumsum tulang serta mengetahui jenis sekaligus ukuran sel tersebut.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, tes sumsum tulang, tes darah lengkap, tes kadar vitamin B12, serta tes antibodi sel parietal dan faktor intrinsik adalah metode diagnosa yang pasien perlu tempuh.

Pengobatan Anemia Pernisiosa

Dalam mengatasi anemia pernisiosa, biasanya dokter akan fokus pada kondisi pasien yang kekurangan vitamin B12.

Terdapat dua proses penanganan anemia pernisiosa di mana yang pertama adalah mengatasi defisiensi vitamin B12 lalu memastikan pula apakah pasien mengalami defisiensi besi.

Jika ya, maka dokter juga akan mengatasi defisiensi zat besi pada tubuh pasien [1,3,5].

  • Dokter setiap hari perlu memberikan suntikan vitamin B12 (atau bisa juga setiap minggu tergantung dari kondisi pasien).
  • Dokter menganjurkan pasien untuk membatasi aktivitas fisik sampai kadar vitamin B12 kembali normal.
  • Dokter akan memberikan suntikan vitamin B12 sebulan sekali jika kadarnya dalam tubuh pasien sudah normal.
  • Dokter mengizinkan pasien untuk menyuntikkan sendiri vitamin B12 jika memang kadar vitamin B12 sudah dianggap normal.
  • Dokter akan memberikan suplemen vitamin B12 (baik dalam bentuk semprotan atau pil) kepada pasien yang harus digunakan sesuai resep sebagai pengganti suntikan apabila kadar vitamin B12 dalam tubuh telah normal.
Tinjauan
Pengobatan anemia pernisiosa adalah dengan memberikan suntikan vitamin B12 yang dilakukan oleh dokter (setiap hari atau per minggu). Jika semakin normal, suntikan diberikan sebulan sekali, hingga akhirnya dokter memperbolehkan pasien menyuntikkan sendiri setelah kadarnya normal.

Komplikasi Anemia Pernisiosa

Komplikasi anemia pernisiosa yang paling perlu diwaspadai karena mampu mengancam jiwa adalah kanker lambung.

Hal ini menjadi alasan mengapa pasien perlu secara rutin memeriksakan kesehatan dan perkembangan kondisinya.

Pengawasan oleh dokter akan membantu deteksi awal kanker melalui tes pemindaian maupun biopsi jika diperlukan.

Bentuk komplikasi lainnya yang perlu diketahui dan diwaspadai antara lain adalah [1,6,7] :

  • Tubuh kelelahan.
  • Pansitopenia atau kondisi tubuh yang mengalami anemia trombositopenia dan leukopenia dalam satu waktu.
  • Peradangan pada lidah atau glositis.
  • Kerusakan saraf perifer.
  • Gangguan jantung.
  • Gangguan memori.

Pencegahan Anemia Pernisiosa

Untuk mencegah anemia pernisiosa, gaya hidup yang sehat dan seimbang adalah kunci utama.

Beberapa langkah di bawah ini dapat diterapkan agar mampu menghindari kondisi anemia pernisiosa dan komplikasinya [8] :

  • Mengonsumsi daging unggas, sapi, dan ikan.
  • Mengonsumsi sereal yang telah diperkaya vitamin B12.
  • Mengonsumsi makanan dan minuman olahan dari kedelai.
  • Mengonsumsi produk olahan susu (termasuk yogurt dan keju).
  • Berkonsultasi dengan dokter atau ahli nutrisi bila memiliki gaya hidup atau menjalani diet vegetarian agar tubuh tetap memperoleh vitamin B12 secara cukup.
  • Mengecek kondisi kesehatan secara rutin agar anemia jenis apapun dapat terdeteksi dini.
  • Mengonsumsi suplemen vitamin B12 (pastikan sudah berkonsultasi lebih dulu dengan dokter tentang dosis yang tepat).
Tinjauan
Untuk mencegah anemia pernisiosa maupun komplikasinya, mengonsumsi dan memenuhi kebutuhan vitamin B12 sangat penting. Cek kesehatan secara rutin juga akan membantu agar gangguan kesehatan terdeteksi lebih awal.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment