Tinjauan Medis : dr. Katya Saphira, M.Gizi
Makanan cepat saji atau fast food, mudah dan sering dikonsumsi karena penyajiannya yang memang cepat. Makanan ini kandungan nutrisinya rendah namun tinggi kalori. Makanan cepat saji jika dikonsumsi rutin... atau terlalu sering akan menyebabkan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronis. Baiknya tetap konsumsi makanan sehat yang bernilai gizi tinggi dan tidak mengonsumsi makanan cepat saji. Read more
Perubahan gaya hidup manusia seiring waktu membuat pola makan mereka juga ikut berubah. Kecenderungan untuk menyantap makanan cepat saji yang sekarang mudah didapatkan dimana-mana, bila dilakukan dalam jangka panjang, bisa membahayakan kesehatan.
Daftar isi
Tentang Makanan Cepat Saji
Kita lebih sering menyebut makanan ini sebagai fast food atau junk food, dan definisinya adalah makanan yang sudah diolah dan mudah untuk disajikan. Orang biasanya membeli makanan ini di restoran untuk dimakan dengan cepat atau dibawa pulang.
Makanan pabrikan seperti makanan kaleng atau cemilan juga termasuk fast food.
Makanan yang kita beli diluar rumah seringkali masuk dalam kategori cepat saji dan terbuat dari daging yang sudah diproses dan mengandung karbohidrat olahan, sodium, lemak total, asam lemak jenuh, dan kolesterol yang tinggi namun rendah gizi dan serat. [5]
Secara sederhana, makanan cepat saji adalah makanan tanpa kalori. Artinya, mengandung kalori yang sangat tinggi, sehingga tidak bermanfaat bagi tubuh, dan kekurangan nutrisi mikro seperti vitamin, mineral atau asam amino.[3, 4]
Makanan jenis ini tidak mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh agar tetap sehat. Inilah mengapa makanan cepat saji yang nilai nutrisinya rendah dianggap tidak sehat dan disebut junk food atau makanan “sampah”.
Makanan cepat saji mengandung sedikit sekali enzim yang menghasilkan vitamin dan mineral namun tinggi kalori sebagai penggantinya. Makanan yang tinggi kandungan lemak, garam, dan/atau gula serta tinggi kalori namun tidak memiliki nilai gizi adalah makanan yang masuk ke dalam kategori junk food.
Tetapi, orang terus menerus mengonsumsi makanan cepat saji karena mudah didapat, dibawa dan dimakan. Selain itu, makanan cepat saji juga penampilan dan rasanya lebih menggugah selera karena diberi tambahan pewarna, perasa, tekstur, dan pengawet agar tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama. [2, 4]
Kandungan dalam Makanan Cepat Saji
Benar bahwa kita tidak bisa selalu tahu apa isi makanan yang kita beli di luar rumah, tapi setiap kali bisa, lihat label yang tertera pada kemasannya.
Makanan yang memiliki nutrisi rendah mengandung: [4]
>35% kalori dari lemak (kecuali susu rendah lemak)
>10% kalori dari lemak jenuh (lemak trans)
>35% kalori dari gula, kecuali terbuat dari 100% buah tanpa gula tambahan
>200 kalori per tiap sajian
>200 mg garam per tiap sajian untuk snack
>480 mg garam per tiap sajian untuk makanan
Selain itu, daftar bahan-bahan yang terdapat pada kemasan juga sebaiknya dibaca. Secara umum, jika satu atau dua bahan pertama dalam daftar adalah minyak atau sejenis gula, maka bisa dikategorikan sebagai junk food.
Makanan cepat saji pada umumnya digoreng menggunakan minyak yang sudah dipanaskan dan dipakai berulang kali. Satu sajian kentang goreng atau ayam goreng yang dimasak di restoran cepat saji mengandung kadar aldehida yang jauh melewati batas aman sehingga bersifat karsinogen, bahkan asapnya saja beracun dan bisa meningkatkan risiko kanker bagi pekerja yang menghirupnya terus menerus. [1]
Pengaruh Buruk Makanan Cepat Saji Pada Kesehatan
Banyak penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara makanan cepat saji, makanan olahan, makanan manis dengan kerusakan sel otak dan menurunnya kecerdasan. Bahkan, makanan manis bisa menimbulkan ketagihan akibat suatu bentuk rangsangan di otak, yang kemudian bisa mengarah pada penyakit-penyakit yang serius. [1, 4, 5]
Gangguan kesehatan yang bisa disebabkan oleh konsumsi makanan cepat saji yang tidak terkendali termasuk:
Kelebihan berat badan dan obesitas
Ini adalah trend yang semakin naik di masa sekarang dan obesitas umumnya disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan faktor lingkungan. Berpindahnya orang-orang dari mengonsumsi makanan bergizi ke makanan pabrikan dan olahan serta minuman manis adalah faktor utama yang menyebabkan epidemi obesitas. [1, 4, 5]
Selain itu, terlalu sering makan di luar rumah dan konsumsi makanan cepat saji juga menjadi faktor terjadinya obesitas dan penambahan berat badan yang berlebih seiring waktu. Hal ini sudah dikonfirmasi oleh banyak penelitian.
Diabetes, sindrom metabolisme dan penyakit jantung
Efek buruk dari konsumsi makanan cepat saji terhadap terjadinya metabolisme yang tidak normal telah dibuktikan oleh beberapa penelitian. Ada hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dengan risiko resistensi insulin, diabetes, sindrom metabolisme dan penyakit jantung.
Meningkatnya konsumsi burger, ayam goreng, sosis dan produk daging olahan lainnya dan juga kentang goreng berhubungan dengan meningkatnya risiko mengalami diabetes mellitus tipe 2. Sebuah penelitian atas 84,555 wanita menunjukkan bahwa asupan kentang goreng yang lebih tinggi meningkatkan risiko diabetes sebanyak 21% [5]
Kadar garam yang tinggi dalam snack dan makanan cepat saji sudah jelas disebutkan bisa menjadi penyebab terjadinya tekanan darah tinggi. Sodium diketahui mempengarui sistem renin-angiotensin dalam ginjal, yang menghasilkan efek vasoconstrictive pada pembuluh darah, yang kemudian mengarah pada terjadinya tekanan darah tinggi.
Selain itu, garam yang dikonsumsi juga mempengaruhi pembuangan melalui ginjal, sehingga bisa mengganggu kerja organ ini. Kolesterol yang tinggi dalam junk food juga mempengaruhi hati dalam jangka panjang karena membuat hati bekerja lebih keras hingga akhirnya rusak. [4]
Pengaruh Buruk Makanan Cepat Saji Pada Anak-Anak
Wafer, keripik, soda, pizza dan burger menjadi makanan yang lebih menarik bagi anak-anak jaman sekarang. Mereka masih belum sadar bahwa apa yang mereka makan bisa mempengaruhi kesehatan mereka.
Nutrisi yang baik sangat dibutuhkan oleh anak-anak dalam masa pertumbuhan, terutama di usia 6 hingga 12 tahun. Sebuah studi di Beijing, Cina menunjukkan bahwa junk food adalah makanan yang populer diantara anak-anak dan remaja antara usia 8 hingga 16 tahun. [4]
Pola makan pada kelompok usia ini bukan hanya mempengaruhi pertumbuhan mereka, tetapi juga konsentrasi, perasaan dan sikap.
Kebanyakan orang tua bekerja mulai meninggalkan makanan tradisional yang disiapkan di rumah dan lebih memilih memberikan makanan cepat saji dan olahan untuk anak-anak mereka.
Penelitian menunjukkan: [4]
- Penyumbatan pembuluh darah mulai terjadi pada usia 30an
- Risiko kanker prostat dan payudara berhubungan dengan kebiasaan makan anak di usia puber
- Tubuh mulai mengalami tekanan darah tinggi dan osteoporosis di usia muda
- Rentan mengalami pertumbuhan yang lambat, kerusakan gigi dan obesitas
- ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) atau kesulitan berkonsentrasi dan hiperaktivitas berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi anak-anak
Kegiatan di sekolah yang padat membutuhkan stamina dan fokus dalam waktu yang cukup panjang. Kebiasaan makan makanan tidak bergizi bisa melemahkan kemampuan belajar, serta juga mengurangi energi yang dibutuhkan anak untuk bermain, berinteraksi dengan teman-teman dan anggota keluarganya, berolahraga, atau bahkan untuk merasa bahagia dan nyaman dengan dirinya sendiri.