7 Bahaya Seks Anal yang Wajib Diwaspadai

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Seks anal ialah melakukan penetrasi anus dengan penis, jari, atau objek lain untuk kesenangan seksual. Akan tetapi penetrasi anus merupakan kegiatan yang berisiko, terutama karena anus merupakan jaringan yang sangat sensitif[1].

Beberapa studi terkini menunjukkan bahwa seks anal berdampak buruk bagi kesehatan dan juga dapat mengakibatkan kondisi berat dan membahayakan nyawa[2].

Berikut risiko bahaya dari seks anal:

1. Pelumas Lebih Sedikit

Vagina wanita memiliki banyak pelumas alami. Pelumas berfungsi untuk memudahkan penetrasi dan mengurangi dampak dari gesekan permukaan[1].

Anus tidak memiliki sel-sel yang menghasilkan banyak pelumas seperti vagina. Selain itu, lapisan dinding rektum (bagian usus besar sebelum anus) juga lebih tipis daripada vagina[1, 3].

Sedikitnya pelumas menyebabkan intercourse menjadi lebih sulit dan sakit. Pasangan bahkan dapat mengalami pendarahan saat melakukan seks anal[4].

Pelumas yang sedikit dan jaringan yang lebih tipis menyebabkan penetrasi ke dalam anus berisiko menyebabkan sobeknya jaringan pada anus dan rektum[3].

Robekan dapat berukuran sangat kecil dan menyebabkan pendarahan ringan, akan tetapi tetap menyebabkan terpaparnya jaringan bagian dalam[3].

Feses (sisa pencernaan) yang melalui rektum dan anus mengandung banyak bakteri. Sehingga robeknya dinding anus atau rektum dapat mengarah pada penyebaran bakteri dan virus ke jaringan bagian dalam[1, 3].

Hal ini meningkatkan risiko timbulnya abses anal, suatu infeksi kulit dalam yang memerlukan penanganan dengan antibiotik[1, 3].

2. Risiko Fisura dan Fistula

Kulit di bagian dalam tubuh tidak terlindungi seperti kulit pada bagian luar yang terpapar lingkungan. Kulit pada bagian luar memiliki lapisan sel-sel mati yang mencegah terjadinya sobek dan kerusakan jaringan[1].

Selain itu, tidak seperti vagina, fungsi anus bukan dimaksudkan untuk intercourse sehingga tidak memiliki sifat elastis untuk mengakomodasi penis. Struktur anus ditujukan sebagai jalur satu arah, sehingga penetrasi tidak sesuai dilakukan pada anus[4].

Penetrasi anus dapat mengarah pada sobeknya anus yang mana berpotensi menyebabkan pasangan menjadi rentan mengalami fisura anus atau hemoroid[2].

Fisura anal terkadang dapat makin besar hingga mencapai bagian tubuh lain di luar usus, yang disebut sebagai fistula ani. Fistula dapat menjadi situasi darurat karena memungkinkan feses (sisa pencernaan) dari usus mengalir ke bagian lain tubuh[3].

Feses mengandung bakteri dalam jumlah besar, sehingga adanya fistula dapat mengakibatkan penyebaran bakteri ke bagian lain tubuh. Kondisi ini mengarah pada terjadinya infeksi dan kerusakan jaringan[3].

Biasanya dianjurkan menjalani operasi untuk memperbaiki fistula. Meski termasuk komplikasi langka, fistula termasuk bahaya potensial dari seks anal[3].

3. Infeksi Bakteri

Anus merupakan struktur yang ditujukan untuk menahan dan memfasilitasi pengeluaran feses. Sehingga anus menjadi tempat bakteri berkumpul dan tumbuh[2].

Saat dilakukan penetrasi anus, terdapat kemungkinan tinggi terjadinya infeksi bakteri anus dari pasangan[2].

Selain itu, jika setelah hubungan seks anus langsung dilakukan seks vagina, pasangan dapat terdampak bakteri yang dipindahkan dari anus ke vagina. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran urin atau infeksi lain yang lebih berat[2].

4. Risiko Penyakit Menular Seksual

Seks anal dapat meningkatkan risiko infeksi penyakit menular seksual, seperti chlamydia, gonore, hepatitis, HIV, dan herpes. Penyakit menular seksual menyebabkan kondisi jangka panjang. Sebagian besar penyakit menular seksual belum diketahui obatnya[3].

Karena jaringan anus rentan mengalami kerusakan dan robek selama penetrasi, risiko penularan penyakit menjadi lebih besar pada seks anal dibandingkan seks vagina[2, 3].

Bahkan jika saat berhubungan digunakan kondom, risiko penularan penyakit seksual masih tinggi. Hal ini disebabkan seks anal lebih rentan pada terjadinya robek dan permukaan rektum yang lebih luas menyebabkan kemungkinan lebih tinggi terjadinya penetrasi virus[2, 5].

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seks anal merupakan perilaku seksual dengan risiko tertinggi untuk penularan HIV dibandingkan dengan bentuk seks lainnya, seperti seks vagina atau oral[3].

Suatu studi yang dipublikasikan dalam New England Journal Medicine menunjukkan bahwa kemungkinan penularan HIV diperkirakan 10 kali lebih tinggi pada penile anal dibandingkan penile vaginal seks[5].

Pada seks anal reseptif, kemungkinan terjadinya infeksi HIV 13 kali lebih besar pada pasangan yang menerima penetrasi daripada pasangan insertif[3].

Seks anal juga berpotensi mengakibatkan infeksi HPV (human papilloma virus). Melakukan seks anal dengan pasangan terinfeksi suatu strain HPV berisiko tinggi menyebabkan terjadinya penularan. Infeksi HPV dapat menyebabkan anal wart dan bahkan kanker pada anus[4].

Screening untuk infeksi penyakit menular seksual melalui anal lebih sulit dilakukan karena pemeriksaan biasa tidak meliputi screening anus. Penderita perlu menginformasikan pada dokter secara spesifik jika aktif melakukan seks anal[4].

5. Memperburuk Ambeien

Ambeien ialah bagian pembuluh darah di dalam dan luar rektum yang dapat menyebabkan gatal, pendarahan, dan kadang sakit. Ambeien menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit, tapi biasanya mudah diobati dan dapat dicegah[3].

Seks anal dapat mengakibatkan iritasi pada ambeien yang dialami dan memperburuk kondisi. Namun seks anal tidak akan menyebabkan ambeien jika orang tersebut memang belum mengalami[3].

6. Menyebabkan Sulit Buang Air Besar

Pada anus terdapat otot yang disebut anal sphincter yang berkontraksi saat proses buang air besar. Kontraksi memungkinkan untuk mengeluarkan semua sisa pencernaan[1].

Adanya otot anal sphincter ini yang menyebabkan seks anal terasa lebih sakit daripada seks vagina. Melakukan seks anal dapat membuat otot sphincter menjadi lemah sehingga menjadi sulit untuk menahan feses di dalam tubuh[1].

Suatu studi yang dilakukan oleh Northwestern University menemukan bahwa wanita yang melakukan seks anal secara rutin memiliki risiko lebih tinggi mengalami perubahan konsistensi feses. Seks anal dapat mengakibatkan inkontinensia fekal atau tinja dan inkontinensia urine[4].

Studi lain pada American Journal of Gastroenterology menemukan bahwa tingkat inkontinensi fekal sedikit lebih tinggi di antara pria dan wanita yang melakukan seks anal dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan. Pria yang melakukan seks anal memiliki tingkat lebih tinggi inkontinensi fekal daripada wanita[3].

7. Kemungkinan Hamil Tetap Ada

Pemikiran umum bahwa wanita tidak dapat hamil dengan melakukan seks anal sebenarnya tidak benar. Sebab masih terdapat kemungkinan kecil cairan semen pria keluar dari anus dan masuk ke dalam vagina setelah seks anal. Meski kemungkinan terjadinya kecil, wanita masih mungkin hamil setelah seks anal[2, 3].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment