Tinjauan Medis : dr. Angelia Chandra
Dengan munculnya pandemi COVID-19 sejak awal tahun 2020, dunia dihadapkan pada pola perilaku social distancing dan physical distancing untuk membantu mencegah rantai penularan yang lebih lanjut. Namun... dengan keadaan saat ini dimana tidak ada yang dapat memastikan kapan pandemi akan berakhir, pola hidup yang sudah dijalani selama beberapa bulan ini mulai mungkin mulai menimbulkan kebosanan dan keresahan bagi sebagian individu. Istilah cabin fever dapat diartikan sebagai suatu perasaan keresahan ketika satu atau sekelompok orang harus berada di satu tempat yang terbatas atau terisolasi selama suatu kurun waktu tertentu. Cabin fever bukanlah termasuk penyakit namun merupakan suatu kumpulan gejala, sehingga sebenarnya keadaan ini tidak memerlukan pengobatan kecuali jika mengalami gejala stres dan depresi berat dapat mencari pertolongan ke psikolog atau psikiater. Untuk mengatasi cabin fever seseorang dapat tetap berusaha tetap aktif dan menjaga kesehatan dengan pola makan yang seimbang, olahraga secara teratur, melakukan kegiatan yang disenangi dan memacu otak untuk aktif berpikir, dan istirahat yang cukup. Read more
Daftar isi
Apa Itu Cabin Fever?
Cabin fever merupakan sebuah gangguan emosi yang seseorang dapat alami ketika harus berada di dalam rumah atau tempat tertentu “terisolasi” dalam waktu lama tanpa adanya interaksi dengan “dunia luar” [1,4,5,6].
Terlalu lama berada di dalam rumah tanpa adanya interaksi dengan orang lain akan menimbulkan perasaan sedih yang disebut dengan cabin fever.
“Isolasi” ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, khususnya masalah kekurangan transportasi atau bencana alam.
Ada pula yang disebabkan oleh social/physical distancing dalam upaya memutus mata rantai penyebaran dan penularan COVID-19 seperti yang kini diterapkan hampir di seluruh dunia.
Tinjauan Cabin fever adalah gangguan emosional yang muncul saat seseorang "terisolasi" atau harus berada di dalam rumah dalam jangka waktu beberapa hari, beberapa minggu, atau lebih dari itu.
Penyebab Cabin Fever
Cabin fever dapat terjadi ketika seseorang merasa tidak bisa ke mana-mana dan hanya bisa berada di rumah atau tempat tertentu karena faktor tertentu.
Cabin fever pun merupakan suatu istilah untuk menggambarkan rasa bosan yang teramat sangat pada seseorang karena tak dapat bepergian dan berinteraksi dengan orang lain secara normal selama beberapa jam atau hari.
Isolasi diri yang diterapkan selama pandemik COVID-19 adalah salah satu faktor yang kini memunculkan cabin fever pada sejumlah orang di seluruh belahan dunia.
Ada serangkaian emosi negatif dan rasa kesusahan dalam hati ketika merasa “terputus” dari dunia luar.
Sebelum pandemik COVID-19, cabin fever adalah istilah yang digunakan orang-orang di luar negeri (di negara dengan empat musim) yang harus berada di rumah karena cuaca buruk di musim dingin.
Hal ini mampu membuat segala aktivitas orang-orang yang mengalami cabin fever menjadi terasa sulit.
Gejala Cabin Fever
Gejala antara satu orang yang mengalami cabin fever dengan yang lain tidak selalu sama, namun rasa bosan, lelah dan mudah marah adalah gejala utama yang selalu timbul.
Beberapa gejala cabin fever yang perlu dikenali antara lain [1,5,6] :
- Lesu
- Gelisah
- Sulit fokus dan konsentrasi
- Sedih yang terus-menerus
- Depresi
- Sulit untuk bangun dari tidur
- Sering tidur
- Motivasi yang menurun
- Keinginan besar untuk selalu makan
- Kehilangan kesabaran
- Perubahan berat badan (dapat mengalami kenaikan atau penurunan)
- Merasa putus asa
- Hilang rasa kepercayaan terhadap orang-orang di sekitar.
- Pola tidur tidak teratur (terkadang timbul rasa kantuk terus-menerus atau justru tidak bisa tidur sama sekali)
- Mudah tersinggung
Gejala yang timbul sebenarnya tergantung dari watak dan kepribadian penderitanya.
Perasaan sedih dan suasana hati yang cenderung buruk dapat diatasi dengan mudah oleh beberapa orang yang mengalami cabin fever.
Mengasah kreativitas atau mencari aktivitas selama berada di rumah adalah beberapa hal yang dilakukan penderita cabin fever untuk “membunuh” waktu.
Tinjauan Gejala utama dari cabin fever meliputi rasa bosan, kegelisahan, mudah marah, lesu, sedih berkepanjangan, sulit tidur, hingga menjadi tidak sabaran.
Penanganan Cabin Fever
Cabin fever tidak memiliki pengobatan atau perawatan standar karena bukanlah kondisi psikologis seperti pada umumnya.
Meski demikian, cabin fever tetap merupakan gangguan emosi dan perasaan yang nyata sehingga diperlukan beberapa metode untuk mengatasi gangguan tersebut.
Berada di dalam rumah dalam rangka isolasi diri bukanlah hal yang terlalu buruk karena selalu terdapat cara yang bisa benar-benar membuat waktu cepat berlalu secara bermanfaat.
Berikut adalah sederet cara, ide, dan tips yang mampu membantu mengurangi gejala cabin fever yang layak dicoba [1,4].
1. Memenuhi ‘Me Time’
Ketika tinggal serumah dengan banyak orang, maka gejala cabin fever dapat semakin buruk dengan adanya kedekatan dan interaksi yang intens dengan orang-orang tersebut sekalipun masih keluarga sendiri.
Perlu adanya ‘me time’ atau waktu untuk diri sendiri dengan menjauhkan diri dari orang lain sementara waktu agar merasa lebih rileks.
Temukan suatu tempat yang tenang di dalam rumah untuk bermeditasi misalnya.
Atau jika senang membaca buku, pilih buku menarik untuk dibaca di tempat yang jauh dari kebisingan.
Mendengarkan lagu dengan earbuds atau mendengarkan podcast misalnya adalah kegiatan yang juga menarik selama mengisolasi diri agar terhindar dari cabin fever.
2. Membebaskan Diri dari Rencana Apapun
Beberapa orang tak dapat hidup tanpa membuat rencana untuk kesehariannya.
Namun, setiap menit dalam kehidupan tak harus selalu terencana dan berjalan sesuai rencana, maka saat waktunya harus di rumah isolasi diri, beristirahatlah.
Beri waktu bagi diri sendiri untuk rileks dan bebas dari rencana apapun.
Latihan relaksasi dan latihan pernafasan dapat dilakukan selama berada di rumah untuk menenangkan hati serta pikiran.
Relaksasi dan bernafas dalam-dalam adalah latihan yang baik untuk kesehatan emosional.
Suasana hati dan perasaan akan jauh lebih baik sertai seimbang di mana hal ini sangat berguna dalam menghindari frustrasi, depresi dan gejala cabin fever lainnya.
3. Berolahraga
Olahraga adalah salah satu cara mengatasi stres yang bisa diandalkan.
Bahkan menurut penelitian, orang-orang yang lebih rajin berolahraga berisiko lebih kecil mengalami kecemasan dan stres daripada orang-orang yang tidak atau jarang olahraga [3].
Saat melakukan aktivitas fisik (apapun jenis olahraganya), hormon kortisol atau hormon stres dapat ditekan sehingga seseorang tak gampang frustrasi.
Ketika hormon kortisol ditekan, maka saat olahraga justru yang terjadi adalah pelepasan endorfin atau hormon bahagia atau ketenangan.
Suasana hati akan jauh lebih baik dan meningkat kembali ketika hormon endorfin terlepas.
Mulai dari olahraga ringan hingga olahraga berat dapat dilakukan untuk mengatasi gejala cabin fever, seperti :
- Latihan kekuatan dengan dumbel
- Melakukan squat
- Melakukan plank
- Melakukan lunge
- Melakukan burpee
- Melakukan pushup
Serangkaian olahraga dasar tersebut adalah jenis aktivitas fisik yang efektif dalam membuat hormon stres berkurang.
Namun, sekadar jogging, bersepeda, berenang atau olahraga lain yang bisa ditonton dan diikuti secara online atau aplikasi ponsel pintar dapat pula diandalkan.
4. Membentuk Rutinitas Sehat
Bila harus berada di rumah lebih dari beberapa hari atau minggu seperti pada kasus isolasi diri karena COVID-19 yang bahkan bekerja pun dari rumah, mulailah membuat rutinitas sehat.
Rutinitas atau gaya hidup sehat yang konsisten dapat mengurangi rasa cemas dan gelisah akibat cabin fever.
- Makan Makanan Sehat : Makan makanan yang bergizi seimbang untuk menjaga suasana hati tetap baik dan tentunya meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.
- Tidur Cukup : Buatlah jadwal tidur jika ingin, agar pola tidur tetap teratur dan tubuh terjaga tetap sehat. Tidur dan bangunlah pada waktu yang sudah dijadwalkan, dan sebisa mungkin hindari tidur siang terlalu sering atau lama.
- Aktivitas Fisik Cukup : Tak sekadar berolahraga, bergeraklah seperti melakukan peregangan di sela-sela bekerja dari rumah. Di waktu luang, membersihkan seluruh sudut ruangan dan furnitur adalah kegiatan yang juga bermanfaat.
5. Mengasah Kreativitas
Mengasah kreativitas adalah kegiatan yang juga paling dapat diandalkan selama berada di rumah.
Memiliki bakat menulis, menggambar, memasak atau bermain alat musik?
Beberapa hal yang dapat mengasah aktivitas sekaligus menghilangkan rasa bosan dapat dilakukan tergantung dari minat atau bakat apa yang dimiliki.
Bila sebelum masa isolasi diri di rumah seseorang terlalu sibuk berkegiatan di luar, ada baiknya waktu selama di rumah digunakan secara bijak untuk melakukan hobi yang dulunya tak sempat dikerjakan.
Aktivitas-aktivitas kreatif akan membuat otak lebih sibuk sehingga tak lagi ada waktu untuk merasa sedih, bosan, gelisah, apalagi frustrasi.
Melakukan hal-hal yang disukai selama di rumah tak hanya menghilangkan gejala cabin fever, tapi juga tak terasa akan membuat waktu berjalan dengan sangat cepat.
6. Menjaga Kehidupan Sosial Tetap Berjalan
Cabin fever dapat menimbulkan kegelisahan karena tak dapat bertemu seperti biasa dengan orang-orang terdekat.
Namun isolasi diri di rumah selama beberapa waktu bukan akhir dari segalanya, sebab ada cara alternatif untuk tetap memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain.
Walau tak bisa bertemu untuk makan atau menonton film bersama, setidaknya bertemu secara online melalui panggilan video/video call melalui berbagai aplikasi terkini dapat dilakukan.
Melakukan obrolan secara online dapat dilakukan di rumah untuk tetap mengetahui kabar masing-masing.
Berbagi emosi, bertukar pikiran dan bahkan melakukan permainan bersama masih memungkinkan dengan kecanggihan teknologi zaman sekarang.
Bahkan tanpa disadari, dengan interaksi secara online pun dapat meningkatkan kreativitas.
7. Menghabiskan Waktu di Luar
Tergantung faktor yang menjadi alasan isolasi atau karantina diri, pada beberapa kasus gejala cabin fever dapat diatasi dengan sesekali menghabiskan waktu di luar rumah.
Bercengkerama dengan alam adalah salah satu penangkal stres yang dapat dilakukan [2].
Tentu untuk masa pandemik COVID-19, hal ini tidak dianjurkan demi memutus mata rantai penyebaran virus, namun kembali lagi tergantung peraturan lokal atau pemerintah.
Gejala cabin fever yang terjadi karena adanya suatu bencana alam dapat diatasi dengan menghabiskan waktu di luar rumah namun tetap menghindari tempat-tempat yang berbahaya.
Beberapa manfaat yang bisa dirasakan saat keluar sejenak dari rumah adalah :
- Meningkatkan rasa damai dan sejahtera
- Membuat stres berkurang
- Memperbaiki suasana hati yang buruk dan bosan
Namun bila sama sekali tidak memungkinkan untuk menghabiskan waktu di luar rumah, beberapa hal ini bisa dilakukan :
- Menanam tanaman-tanaman kecil yang dapat ditaruh di balkon, teras atau ambang jendela.
- Memesan bunga atau tanaman segar yang bisa ditaruh di tempat yang mudah terlihat di dalam rumah.
- Membuka jendela agar udara segar dari luar tetap bisa masuk ke dalam rumah dan dirasakan.
Tinjauan Menangani cabin fever adalah dengan beraktivitas sebanyak mungkin untuk menghabiskan waktu sehingga waktu berjalan lebih cepat. Mulai dari melakukan hobi atau aktivitas yang disukai namun belum sempat dikerjakan, hingga membuat rutinitas sehat di rumah, dan meningkatkan kreativitas dapat dicoba.
Kapan Memeriksakan Diri ke Ahli Medis?
Seseorang dengan gejala cabin fever tidak sampai harus mendapatkan bantuan ahli medis selama dapat mengatasinya sendiri dengan beberapa cara di atas.
Namun pada beberapa kasus, perasaan negatif dapat terus berkembang sehingga rasa sedih, depresi, atau rasa terisolasi semakin buruk.
Bila perasaan negatif semakin intens dan buruk, aplikasi ponsel pintar khusus untuk penanganan depresi dapat coba digunakan.
Aplikasi seperti ini pun sangat membantu bagi orang-orang yang enggan berkonsultasi langsung dengan ahli kesehatan mental.
Namun bila tak lagi bisa menangani gejala cabin fever secara mandiri, ini saatnya untuk menemui ahli kesehatan mental profesional dan melakukan konsultasi.
Dengan bantuan ahli terapis, selalu ada cara untuk mengatasi rasa cemas dan perasaan negatif yang terus timbul.
Tinjauan Bila perasaan bosan dan sedih terus dialami hingga semakin buruk, penting untuk menemui psikiater atau psikolog untuk membantu mengatasi gejala-gejala ini agar tidak berlanjut menjadi depresi berat.