Inilah Dampak Sering Memarahi dan Memukul Anak

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Menurut World Health Organization (WHO), secara global, diperkirakan hingga 1 miliar anak berusia 2-17 tahun mengalami kekerasan atau penelantaran fisik, seksual, atau emosional pada 2020. [4]

Sementara di Indonesia, berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ada 249 kasus anak yang mengalami kekerasan fisik sepanjang tahun 2020. [8]

Banyak orang tua yang yang percaya bahwa kekerasan dan memarahi anak bisa mendisiplinkan anak mereka. Padahal, mendisiplinkan anak dengan kekerasan tidaklah efektif dan dapat membahayakan sang anak. [5]

Anak-anak yang sering dimarahi dan dipukul berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan depresi, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). [1, 2]

Anak-anak yang dipukul secara teratur cenderung menjadi lebih agresif, kasar, dan dapat melakukan tindakan yang merusak diri sendiri, seperti merokok, menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan, dan terlibat dalam perilaku seksual. Anak yang sering dipukuli juga bisa mempengaruhi hubungan orang tua dan anak di kemudian hari. [1, 2, 4]

Anak-anak yang memiliki hubungan positif dan komunikasi yang sehat dengan orang tuanya sering kali berperilaku baik dan ingin membahagiakan orang tuanya. [6]

Dampak Sering Memarahi dan Memukul Anak

Memukul dan memarahi bukanlah cara terbaik untuk memperbaiki perilaku buruk mereka. Memukul dan memarahi anak dapat memiliki dampak yang negatif dan bertahan lama pada anak-anak. Berikut ini adalah beberapa dampak yang bisa terjadi akibat sering memarahi dan memukul anak: [6]

1. Gangguan Mental

Anak-anak yang sering dimarahi dan dipukul dapat ,mengalami  masalah kesehatan mental yaitu gangguan stres pascatrauma (PTSD).  Anak-anak dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD) dapat mengalami trauma berulang kali. Mereka dapat mengalami mimpi buruk atau  terus memiliki  ingatan menakutkan tentang peristiwa masa lalu. Anak dengan kondisi ini memerlukan terapi dan obat-obatan. [3]

Gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD) yaitu; [3]

  • Punya masalah tidur.
  • Merasa tertekan atau kesal.
  • Merasa gugup, gelisah, atau waspada.
  • Kehilangan minat pada hal-hal yang dulu mereka sukai, mati rasa dan tidak responsif.
  • Lebih agresif dari sebelumnya.
  • Menjauhi tempat atau situasi tertentu yang membawa kembali kenangan.
  • Punya masalah di sekolah.
  • Kesulitan untuk fokus.
  • Bertindak lebih muda dari usia mereka, seperti mengisap jempol atau mengompol.
  • Memiliki gejala fisik, seperti sakit kepala atau sakit perut.

Anak juga dapat mengalami masalah kesehatan mental lainnya seperti stress, depresi, kecemasan, dan pikiran untuk bunuh diri. Depresi dapat menyebabkan tindakan merusak diri sendiri, sepertipenyalahgunaan narkoba, aktivitas seksual berisiko, atau upayabunuh diri . [3, 6]

2. Gangguan Perkembangan Otak dan Sistem Saraf 

Dampak lainnya dari selalu memukul anak adalah terganggunya perkembangan otak dan rusaknya bagian lain dari sistem saraf, serta sistem endokrin, peredaran darah, muskuloskeletal, reproduksi, pernapasan dan kekebalan, dengan konsekuensi seumur hidup. Dengan demikian, kekerasan terhadap anak dapat berdampak negatif terhadap perkembangan kognitif dan mengakibatkan rendahnya prestasi anak di sekolah. [4]

3. Masalah Perilaku yang Menjadi Buruk

Beberapa orang tua berpikir bahwa memarahi atau memukul anak dapat memperbaiki perilaku mereka atau mencegah mereka berperilaku buruk di masa depan. Namun, hal ini ternyata justru dapat menciptakan lebih banyak masalah dan memperburuk perilaku anak. [6]

Dalam banyak kasus, anak-anak yang dimarahi oleh orang tuanya tidak mengubah perilaku buruk mereka, tetapi malah bereaksi dengan membuat perilaku mereka semakin buruk. Semakin sering orang tua marah, semakin buruk perilaku anak. [6]

3. Kurangnya Rasa Percaya Diri

Orang tua tidak boleh terlalu sering memarahi atau memukul anak ketika mereka berbuat kesalahan. Memarahi anak dapat menyebabkan anak mengalami masalah emosional yaitu rendahnya rasa percaya diri. Anak akan merasa apa yang ia lakukan selalu salah di mata orang tuanya. [6, 7]

4. Masalah Kronis

Anak-anak yang selalu dimarahi dan dipukul oleh orang tuanya mungkin berisiko lebih tinggi mengalami kondisi saat dewasa. Masalah tersebut seperti radang sendi, sakit kepala, masalah punggung dan leher, dan nyeri kronis lainnya. [6]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment