Radioterapi atau terapi radiasi adalah jenis perawatan untuk mengobati kanker, tak terkecuali kanker atau tumor otak [1].
Tujuan dari prosedur radioterapi adalah untuk menyusutkan ukuran kanker sekaligus menghancurkan sisa-sisa sel kanker di dalam tubuh pasien (biasanya usai operasi pengangkatan tumor) [1].
Radioterapi memang umum diterapkan untuk mengobati kanker bersama dengan kemoterapi maupun bedah [1].
Sekalipun tergolong umum dan aman, tetap terdapat beberapa risiko efek samping yang bisa terjadi pada penderita kanker otak [2].
Berikut ini adalah beberapa efek samping radioterapi untuk kanker otak karena radiasi yang merusak sel-sel otak yang sehat.
Daftar isi
1. Kerontokan Rambut
Efek samping paling umum terjadi pada pengobatan radioterapi untuk kanker otak maupun jenis kanker lainnya adalah rambut rontok [2].
Bahkan menurut sebuah hasil studi, dosis rendah radiasi pada terapi ini (> 2 gray) membuat 75-100% pasien mengalami kerontokan rambut setelah menjalani terapi [3].
Sedangkan untuk pasien yang diberi dosis 36,1 gray radiasi diketahui 50% di antaranya mengalami kerontokan rambut parah [3].
Namun efek samping seperti rambut rontok ini tidak bersifat permanen, sebab 3-6 bulan setelah pasien selesai menempuh terapi, rambut akan kembali tumbuh [4].
2. Kejang
Terapi radiasi berpotensi menyebabkan pembengkakan pada otak yang kemudian berakibat pada tubuh kejang [2,5].
Jika tubuh kejang terasa tak terkendali dan mulai memburuk, maka segera konsultasikan atau periksakan diri ke dokter [2,5].
3. Timbul Tumor Otak Lainnya
Proses terapi radiasi sekalipun umum digunakan untuk mengobati kanker, tetap memiliki risiko merusak DNA sel-sel dan jaringan otak yang sehat [2].
Jika DNA sel sehat rusak karena radiasi, risiko pertumbuhan kanker lain di otak cukup tinggi, termasuk di jaringan sekitarnya atau bahkan pada tengkorak [2].
Efek samping seperti ini sebenarnya sangat kecil dan jarang terjadi, namun tetap tidak menutup kemungkinan tumor lain timbul beberapa tahun setelah pasien menjalani terapi [2].
4. Nekrosis Radiasi
Efek samping radioterapi lainnya yang bisa terjadi pada penderita kanker otak walau sangat jarang terjadi adalah nekrosis radiasi [2].
Nekrosis radiasi adalah kondisi terbentuknya sebuah benjolan dari jaringan yang mati pada lokasi tumor [6].
Biasanya, nekrosis radiasi tidak langsung terjadi beberapa hari atau beberapa minggu setelah pasien menjalani terapi, melainkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelahnya [2,6].
Pada kasus nekrosis radiasi yang tergolong ringan, kemungkinan besar dokter meresepkan kortikosteroid; umumnya, kortikosteroid cukup untuk mengatasi [2,6].
Namun bila tergolong cukup parah, nekrosis radiasi perlu ditangani dengan prosedur operasi [2].
5. Kelelahan dan Perubahan Suasana Hati
Sekitar 90% pasien penderita kanker yang menempuh terapi radiasi mengalami kelelahan dan perubahan suasana hati di saat yang sama [7].
Rasa lelah dapat menumpuk seiring waktu selama menempuh prosedur terapi radiasi [2,7].
Kelelahan tidak mudah hilang, terutama jika pasien masih dalam proses terapi [2,7].
Efek samping ini akan bertahan setidaknya 1 tahun setelah terapi dan dapat diatasi dengan cara berolahraga rutin dan tidur siang [2].
Sementara itu, perubahan suasana hati dapat timbul dalam bentuk kecemasan, mudah tersinggung, hingga depresi [2].
Ini bisa terjadi karena terapi radiasi menyebabkan ketidakseimbangan hormon sehingga memengaruhi sisi psikologis pasien [2].
6. Sakit Kepala
Terapi radiasi berpotensi menyebabkan pembengkakan otak dan hal ini kemudian menjadi faktor dibalik timbulnya sakit kepala [2,5].
Meski demikian, efek berupa sakit kepala lebih jarang terjadi dibandingkan dengan perubahan suasana hati dan kelelahan [8].
Pasien tetap perlu waspada ketika sakit kepala melanda, sebab walau jarang terjadi, hal ini bisa memengaruhi kualitas hidup sehari-hari [2].
Ketika sakit kepala terjadi, biasanya dokter akan merekomendasikan obat golongan steroid untuk mengatasinya [2].
Namun, ada kalanya sakit kepala bisa berkembang menjadi lebih parah; saat ini terjadi, segera konsultasikan dengan dokter [2].
Tanyakan segera ke dokter obat atau perawatan yang paling tepat agar sakit kepala tidak lagi mengganggu, terutama selama masih dalam proses radioterapi [2].
7. Mual dan Muntah
Mual dan muntah adalah dua efek samping yang tidak terpisahkan untuk beberapa pasien kanker otak yang menjalani terapi radiasi tradisional [2,9].
Sekitar 50-80% pasien mengalami efek samping ini, bisa selama menjalani terapi, maupun setelah selesai menjalani terapi [9].
Ketika mual dan muntah terjadi, informasikan keluhan ini kepada dokter agar dapat ditangani segera [2].
Biasanya, dokter memberikan obat golongan kortikosteroid; namun, bicarakan dengan dokter untuk menemukan perawatan terbaik yang tidak mengganggu jalannya prosedur radioterapi [10].
8. Penglihatan Buram
Risiko efek samping lainnya dari radioterapi untuk kanker otak adalah perubahan pada fungsi penglihatan [2].
Penglihatan buram adalah salah satu perubahan yang terjadi paling umum ketika pasien kanker menjalani terapi radiasi, termasuk pasien kanker otak [2].
Jika penglihatan mengalami perubahan, maka kemungkinan sel-sel saraf optik atau saraf mata rusak akibat paparan radias [2,11]i.
Meski demikian, kasus gangguan penglihatan sebagai efek radioterapi untuk kanker otak yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik sangat jarang, namun tetap perlu mendapat penanganan dokter [11].
Segera beri tahu dokter apabila gangguan penglihatan terjadi selama terapi radiasi karena dikhawatirkan hal ini bisa memengaruhi penglihatan secara lebih serius [2].
Efek samping radioterapi untuk kanker otak rata-rata terjadi karena DNA sel-sel kanker otak dirusak oleh terapi radiasi yang bertujuan menyusutkan tumor atau menghambat perkembangan kanker [2].
Jika efek samping cukup mengganggu, segera informasikan keluhan yang dialami kepada dokter agar secepatnya memperoleh penanganan.