8 Efek Samping Radioterapi Untuk Kanker Otak

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Radioterapi atau terapi radiasi adalah jenis perawatan untuk mengobati kanker, tak terkecuali kanker atau tumor otak [1].

Tujuan dari prosedur radioterapi adalah untuk menyusutkan ukuran kanker sekaligus menghancurkan sisa-sisa sel kanker di dalam tubuh pasien (biasanya usai operasi pengangkatan tumor) [1].

Radioterapi memang umum diterapkan untuk mengobati kanker bersama dengan kemoterapi maupun bedah [1].

Sekalipun tergolong umum dan aman, tetap terdapat beberapa risiko efek samping yang bisa terjadi pada penderita kanker otak [2].

Berikut ini adalah beberapa efek samping radioterapi untuk kanker otak karena radiasi yang merusak sel-sel otak yang sehat.

1. Kerontokan Rambut

Efek samping paling umum terjadi pada pengobatan radioterapi untuk kanker otak maupun jenis kanker lainnya adalah rambut rontok [2].

Bahkan menurut sebuah hasil studi, dosis rendah radiasi pada terapi ini (> 2 gray) membuat 75-100% pasien mengalami kerontokan rambut setelah menjalani terapi [3].

Sedangkan untuk pasien yang diberi dosis 36,1 gray radiasi diketahui 50% di antaranya mengalami kerontokan rambut parah [3].

Namun efek samping seperti rambut rontok ini tidak bersifat permanen, sebab 3-6 bulan setelah pasien selesai menempuh terapi, rambut akan kembali tumbuh [4].

2. Kejang

Terapi radiasi berpotensi menyebabkan pembengkakan pada otak yang kemudian berakibat pada tubuh kejang [2,5].

Jika tubuh kejang terasa tak terkendali dan mulai memburuk, maka segera konsultasikan atau periksakan diri ke dokter [2,5].

3. Timbul Tumor Otak Lainnya

Proses terapi radiasi sekalipun umum digunakan untuk mengobati kanker, tetap memiliki risiko merusak DNA sel-sel dan jaringan otak yang sehat [2].

Jika DNA sel sehat rusak karena radiasi, risiko pertumbuhan kanker lain di otak cukup tinggi, termasuk di jaringan sekitarnya atau bahkan pada tengkorak [2].

Efek samping seperti ini sebenarnya sangat kecil dan jarang terjadi, namun tetap tidak menutup kemungkinan tumor lain timbul beberapa tahun setelah pasien menjalani terapi [2].

4. Nekrosis Radiasi

Efek samping radioterapi lainnya yang bisa terjadi pada penderita kanker otak walau sangat jarang terjadi adalah nekrosis radiasi [2].

Nekrosis radiasi adalah kondisi terbentuknya sebuah benjolan dari jaringan yang mati pada lokasi tumor [6].

Biasanya, nekrosis radiasi tidak langsung terjadi beberapa hari atau beberapa minggu setelah pasien menjalani terapi, melainkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelahnya [2,6].

Pada kasus nekrosis radiasi yang tergolong ringan, kemungkinan besar dokter meresepkan kortikosteroid; umumnya, kortikosteroid cukup untuk mengatasi [2,6].

Namun bila tergolong cukup parah, nekrosis radiasi perlu ditangani dengan prosedur operasi [2].

5. Kelelahan dan Perubahan Suasana Hati

Sekitar 90% pasien penderita kanker yang menempuh terapi radiasi mengalami kelelahan dan perubahan suasana hati di saat yang sama [7].

Rasa lelah dapat menumpuk seiring waktu selama menempuh prosedur terapi radiasi [2,7].

Kelelahan tidak mudah hilang, terutama jika pasien masih dalam proses terapi [2,7].

Efek samping ini akan bertahan setidaknya 1 tahun setelah terapi dan dapat diatasi dengan cara berolahraga rutin dan tidur siang [2].

Sementara itu, perubahan suasana hati dapat timbul dalam bentuk kecemasan, mudah tersinggung, hingga depresi [2].

Ini bisa terjadi karena terapi radiasi menyebabkan ketidakseimbangan hormon sehingga memengaruhi sisi psikologis pasien [2].

6. Sakit Kepala

Terapi radiasi berpotensi menyebabkan pembengkakan otak dan hal ini kemudian menjadi faktor dibalik timbulnya sakit kepala [2,5].

Meski demikian, efek berupa sakit kepala lebih jarang terjadi dibandingkan dengan perubahan suasana hati dan kelelahan [8].

Pasien tetap perlu waspada ketika sakit kepala melanda, sebab walau jarang terjadi, hal ini bisa memengaruhi kualitas hidup sehari-hari [2].

Ketika sakit kepala terjadi, biasanya dokter akan merekomendasikan obat golongan steroid untuk mengatasinya [2].

Namun, ada kalanya sakit kepala bisa berkembang menjadi lebih parah; saat ini terjadi, segera konsultasikan dengan dokter [2].

Tanyakan segera ke dokter obat atau perawatan yang paling tepat agar sakit kepala tidak lagi mengganggu, terutama selama masih dalam proses radioterapi [2].

7. Mual dan Muntah

Mual dan muntah adalah dua efek samping yang tidak terpisahkan untuk beberapa pasien kanker otak yang menjalani terapi radiasi tradisional [2,9].

Sekitar 50-80% pasien mengalami efek samping ini, bisa selama menjalani terapi, maupun setelah selesai menjalani terapi [9].

Ketika mual dan muntah terjadi, informasikan keluhan ini kepada dokter agar dapat ditangani segera [2].

Biasanya, dokter memberikan obat golongan kortikosteroid; namun, bicarakan dengan dokter untuk menemukan perawatan terbaik yang tidak mengganggu jalannya prosedur radioterapi [10].

8. Penglihatan Buram

Risiko efek samping lainnya dari radioterapi untuk kanker otak adalah perubahan pada fungsi penglihatan [2].

Penglihatan buram adalah salah satu perubahan yang terjadi paling umum ketika pasien kanker menjalani terapi radiasi, termasuk pasien kanker otak [2].

Jika penglihatan mengalami perubahan, maka kemungkinan sel-sel saraf optik atau saraf mata rusak akibat paparan radias [2,11]i.

Meski demikian, kasus gangguan penglihatan sebagai efek radioterapi untuk kanker otak yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik sangat jarang, namun tetap perlu mendapat penanganan dokter [11].

Segera beri tahu dokter apabila gangguan penglihatan terjadi selama terapi radiasi karena dikhawatirkan hal ini bisa memengaruhi penglihatan secara lebih serius [2].

Efek samping radioterapi untuk kanker otak rata-rata terjadi karena DNA sel-sel kanker otak dirusak oleh terapi radiasi yang bertujuan menyusutkan tumor atau menghambat perkembangan kanker [2].

Jika efek samping cukup mengganggu, segera informasikan keluhan yang dialami kepada dokter agar secepatnya memperoleh penanganan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment