Emetophobia : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Emetophobia adalah fobia atau ketakutan yang irasional terhadap muntah atau melihat orang muntah. Fobia ini dapat dimulai pada usia berapapun, dan dapat berkaitan dengan fobia lain seperti fobia terhadap... makanan, gangguan makan, dan gangguan obsesi kompulsif. Jika Anda merasakan bahwa Anda memiliki kecemasan atau ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu yang mengganggu keseharian Anda, maka pertimbangkan untuk berkonsultasi kepada dokter. Dokter akan menilai secara menyeluruh mengenai kondisi fisik dan mental Anda. Terapi fobia secara umum meliputi latihan teknik relaksasi, konseling, terapi kognitif perilaku, yang dikombinasikan dengan obat-obatan. Read more

Apa Itu Emetophobia?

Emetophobia merupakan sebuah kondisi fobia spesifik terhadap muntah, melihat muntahan, rasa sakit atau rasa ingin muntah, serta melihat orang lain muntah [1,2,3,8].

Tidak ada orang yang senang melihat orang lain muntah atau melihat hasil muntah diri sendiri maupun orang lain.

Bahkan tak ada orang yang ingin dirinya merasa sakit dan merasakan mual hingga muntah-muntah.

Namun pada kasus emetophobia, seseorang bisa terlalu takut terhadap hal-hal tersebut secara berlebihan.

Tingkat rasa takut dan panik cenderung irasional dan persisten, bukan lagi tentang ketidaksukaan biasa yang normal.

Beberapa orang dapat mengalami emetophobia hingga aktivitas sehari-harinya terganggu.

Tinjauan
Emetophobia adalah sebuah kondisi di mana seseorang mengalami ketakutan berlebih terhadap situasi muntah, baik itu mengalami secara pribadi atau melihat orang lain muntah.

Penyebab Emetophobia

Fobia spesifik dapat dialami oleh seseorang sebagai efek dari pengalaman tak menyenangkan, baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain.

Rasa takut terhadap muntah atau rasa mual ingin muntah dapat terjadi karena sejumlah faktor seperti berikut [2,3] :

  • Pernah keracunan makanan.
  • Pernah terkena muntahan orang lain.
  • Pernah melihat secara langsung orang lain muntah.
  • Pernah merasa sakit, mual atau muntah di tempat umum.
  • Mengalami serangan panik saat sedang muntah.
  • Pernah mengalami muntah sepanjang malam tanpa henti dan tak dapat dikendalikan.

Penyebab pasti dari fobia spesifik ini ada pula yang belum diketahui secara pasti, namun faktor genetik serta faktor lingkungan merupakan kemungkinan yang besar terjadi memicu emetophobia pada seseorang [4,5].

Riwayat fobia spesifik, khususnya emetophobia, atau gangguan mental tertentu di keluarga mampu meningkatkan risiko emetophobia pada seseorang [4,5].

Fobia spesifik pun rata-rata terjadi pada anak-anak yang pada akhirnya semakin berkembang menjadi lebih buruk [4,5,6].

Saat anak beranjak dewasa, mereka kemungkinan tak lagi mengingat kejadian apa yang mampu memicu dirinya memiliki ketakutan terhadap muntah.

Beberapa ahli pun meyakini bahwa emetophobia memiliki kaitan erat dengan kecemasan atau kekhawatiran di dalam diri seseorang terhadap tidak terkontrolnya keinginan muntah [2].

Banyak orang tak mampu mengendalikan rasa muntah sehingga seringkali hal ini bisa terjadi di mana saja, termasuk di hadapan banyak orang ketika sedang ada di tempat umum.

Kejadian muntah dilihat oleh banyak orang menjadi suatu hal memalukan yang bisa membuat seseorang trauma dan tidak nyaman.

Pada sebagian orang, trauma ini kemudian menjadi stres jangka panjang, dan berkembang menjadi ketakutan berlebih terhadap muntah [1,2].

Tinjauan
Faktor pengalaman tak menyenangkan yang membuat trauma, faktor genetik, serta faktor lingkungan mampu menjadi penyebab atau pemicu emetophobia.

Gejala Emetophobia

Beberapa gejala atau tanda bahwa seseorang mengalami emetophobia atau ketakutan irasional terhadap muntah dan segala hal yang berkaitan dengan muntah adalah [1,2,3,4,5,6] :

  • Menghindari makan di luar atau tempat umum (makan hanya di rumah).
  • Menghindari makan dengan suapan terlalu banyak; makan biasanya hanya sedikit-sedikit dan sangat pelan-pelan.
  • Menghindari makanan-makanan yang bisa memicu mual dan muntah.
  • Menghindari konsumsi obat dengan efek samping mual dan muntah.
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol.
  • Mencium aroma makanan dan mengeceknya lebih dulu sebelum mengonsumsinya.
  • Menghindari tempat-tempat umum, transportasi umum, dan pesta.
  • Menghindari aktivitas wisata.
  • Mencuci bahan makanan, peralatan memasak, dan tangan sebelum mengolah makanan tertentu secara berlebihan.
  • Menghindari menyentuh permukaan yang berisiko mengandung kuman, terutama benda-benda di tempat umum, karena ingin menghindari penyakit dengan gejala mual dan muntah.
  • Menghindari berbagai macam situasi di mana terdapat risiko diri sendiri atau orang lain untuk muntah.

Pada penderita emetophobia, sejumlah gejala fisik berikut dapat terjadi ketika berhadapan dengan sumber penyebab ketakutannya [2,3].

Keluhan-keluhan tersebut dapat terjadi ketika ketakutan terhadap rasa ingin muntah mulai timbul. Selain itu, sejumlah gejala perilaku di bawah ini juga dapat dikenali dan diwaspadai sebagai tanda dari emetophobia [1,2,3].

  • Merasa cemas dan stres berlebihan ketika diliputi rasa mual atau saat diri sendiri berpikiri akan muntah.
  • Ketakutan berlebih melihat orang lain muntah.
  • Takut akan muntah tanpa bisa menahannya, takut muntah di depan orang banyak, takut muntah di tubuh orang lain, dan/atau takut muntah tanpa bisa menemukan kamar mandi.
  • Takut muntah tanpa bisa mengendalikannya.
  • Panik berlebih berpikir bahwa dirinya tak bisa keluar dari kerumunan ketika ada seseorang yang muntah.
  • Menghindari pakaian, tempat atau barang-barang lain yang dapat mengingatkan penderita tentang kejadian muntah yang ia alami. Misalnya, seseorang akan menghindari suatu tempat tertentu di mana tempat itu dulunya adalah lokasi ia muntah.

Emetophobia sendiri tidak selalu ditandai dengan ketakutan terhadap rasa ingin muntah pada diri sendiri dan melihat orang lain muntah.

Pada beberapa orang, emetophobia dapat terjadi salah satunya.

Penderita emetophobia pun ada pula yang menyadari bahwa ketakutannya terhadap keinginan untuk muntah atau ketakutan melihat orang lain muntah tidak normal.

Ketika penderita emetophobia menyadari bahwa kondisi emetophobia-nya cukup mengkhawatirkan, maka hal ini jauh lebih berpotensi membuat gejala memburuk.

Penderita akan merasa jauh lebih stres, tidak nyaman, dan takut mengalami hal memalukan sehingga selalu memaksakan diri dalam menahan gejala agar tidak terlihat orang lain.

Tinjauan
Emetophobia dapat ditandai dengan penghindaran terhadap situasi yang berkaitan dengan muntah namun secara berlebihan. Ketakutan irasional berlebih ini pun dapat berakibat pada perubahan perilaku dan kondisi fisik penderita.

Pemeriksaan Emetophobia

Untuk membedakan emetophobia dari fobia spesifik lain dengan gejala serupa ataupun dari ketakutan normal pada umumnya, penderita perlu memeriksakan diri dan menempuh beberapa metode diagnosa.

Seperti pada pemeriksaan fobia spesifik lainnya, kriteria diagnostik DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual 5th Edition) menjadi panduan yang digunakan oleh para psikolog atau psikiater dalam mengevaluasi kondisi pasien.

Seseorang benar-benar didiagnosa emetophobia apabila memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut (kondisi yang tergolong kriteria fobia spesifik) [7].

  • Memiliki rasa takut yang berlebihan dan cenderung irasional namun bersifat persisten terhadap berbagai situasi yang berhubungan dengan muntah atau keinginan untuk muntah.
  • Menghindari situasi apapun yang berkaitan dengan muntah, baik dirinya sendiri yang ingin muntah maupun orang lain yang akan atau sedang muntah. Jika pun ia harus bertahan di situasi tersebut, maka penderita biasanya mengalami ketidaknyamanan dan stres yang berlebihan.
  • Merasa dalam bahaya ketika berhadapan dengan situasi yang berkaitan dengan muntah, walaupun hal ini tidak bersifat mengancam.
  • Gejala-gejala emetophobia dialami pasien selama setidaknya 6 bulan atau lebih.
  • Emetophobia menghambat aktivitas pasien sehari-hari, termasuk sekolah, pekerjaan, hingga hubungan sosial dengan orang lain.
  • Gejala-gejala yang terjadi pada pasien tidak disebabkan oleh gangguan kecemasan atau gangguan mental lain yang memiliki gejala serupa dengan emetophobia.

Emetophobia kemungkinan dianggap sebagai kondisi lain seperti gangguan obsesif kompulsif karena memiliki kemiripan gejala perilaku [1].

Emetophobia kemungkinan juga salah didiagnosa sebagai kondisi agoraphobia (ketakutan berlebihan terhadap situasi atau tempat yang memicu serangan panik pada penderitanya) [1].

Karena penderita emetophobia cenderung menghindari tempat atau situasi yang berhubungan dengan pengalaman traumatis terkait muntah, hal ini akan memicu kepanikan berlebih.

Rasa takut dan panik ini kemudian membuat penderita emetophobia enggan meninggalkan rumah karena takut dipermalukan atau mempermalukan diri di depan umum apabila ia muntah atau melihat orang muntah.

Ini menjadi alasan utama mengapa penderita emetophobia dianggap memiliki kondisi agoraphobia.

Namun bila penderita diketahui memiliki ketakutan khusus terhadap muntah, penderita akan didiagnosa dengan emetophobia dan bukan agoraphobia.

Tinjauan
Evaluasi psikologis berdasarkan kriteria diagnostik DSM-5 merupakan metode pemeriksaan utama pada penderita gejala fobia spesifik, termasuk pada penderita emetophobia.

Penanganan Emetophobia

Penanganan emetophobia seperti penanganan fobia spesifik pada umumnya, yakni melalui psikoterapi dan obat-obatan hingga perubahan gaya hidup untuk menghindari stres.

Berikut ini adalah metode-metode penanganan emetophobia yang pasien dapat coba tempuh.

  • Terapi Perilaku Kognitif

Terapi perilaku kognitif merupakan bentuk terapi yang dibutuhkan oleh penderita fobia spesifik seperti emetophobia untuk mengubah pikiran-pikiran negatifnya [1,2,3,7].

Pada beberapa kasus emetophobia, terbukti bahwa terapi perilaku kognitif sangat membantu dan bermanfaat dalam pemulihan para penderitanya seperti sebuah studi tahun 2016 yang menyatakan demikian.

Terapi eksposur kerap kali termasuk di dalam prosedur terapi perilaku kognitif.

  • Terapi Eksposur

Terapi eksposur adalah terapi lainnya yang juga bermanfaat dalam mengatasi emetophobia, namun dengan cara mengekspos penderita ke sumber penyebab kondisi [1,2,3,7].

Terapis profesional akan membantu pasien dalam menghadapi situasi muntah dengan mengekspos penderita sedikit demi sedikit.

Terapi eksposur pada kasus emetophobia dapat berupa membantu penderita untuk mencoba makanan dan minuman baru tanpa ragu.

Bahkan terapis kemungkinan justru akan membantu penderita untuk melakukan aksi memutar tubuh sampai terasa mual.

Ketika merasa akan muntah, terapis akan memberikan solusi untuk mengendalikan ketakutan, kecemasan dan kepanikan yang dialami oleh penderita.

  • Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dokter kemungkinan resepkan adalah benzodiazepine dan beta blockers [1].

Benzodiazepine adalah jenis obat yang akan mengurangi tingkat kecemasan penderita, namun penggunaan jangka panjang akan berbahaya sehingga tidak dianjurkan [1].

Sementara itu, beta blockers adalah pencegah tekanan darah tinggi yang bisa saja terjadi ketika penderita mengalami kecemasan.

Kecemasan akan meningkatkan detak jantung dan tekanan darah sehingga dokter berpotensi memberi resep obat ini.

  • Perubahan Pola Hidup

Berolahraga rutin, meditasi, dan melakukan latihan Yoga adalah jenis aktivitas fisik yang akan mengelola stres dengan lebih baik [2].

Selain itu, perhatikan asupan makanan dan batasi konsumsi makanan maupun minuman yang mampu memicu kecemasan, seperti kafein.

Tinjauan
Emetophobia dapat ditangani melalui terapi perilaku kognitif, terapi eksposur, obat-obatan (benzodiazepine dan beta blockers), hingga perubahan pola hidup yang lebih baik dan sehat yang tidak memicu kecemasan.

Komplikasi Emetophobia

Ketika emetophobia tidak segera mendapatkan penanganan, maka hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi. Sejumlah potensi komplikasi yang dapat terjadi pada penderita antara lain adalah [1,9] :

  • Cibophobia atau fobia terhadap makanan
  • Diet ketat atau setidaknya enggan makan sampai kenyang karena takut bila kekenyangan dapat memicu muntah
  • Anoreksia karena kebiasaan makan terlalu sedikit
  • Kecemasan sosial atau agoraphobia

Pencegahan Emetophobia

Belum diketahui bagaimana cara mencegah fobia spesifik, termasuk emetophobia.

Namun dengan mendeteksi gejala dan kondisi secara dini serta menangani secepatnya akan meminimalisir risiko komplikasi.

Agar penderita emetophobia tetap dapat beraktivitas secara normal, maka kondisi ketakutan irasional ini perlu segera diatasi.

Tinjauan
Cara pencegahan emetophobia belum diketahui, namun untuk mengurangi risiko komplikasi, penanganan emetophobia perlu dilakukan secara dini.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment