Polip serviks adalah pertumbuhan jinak pada jaringan yang menonjol pada bagian permukaan saluran serviks. Polip serviks ini biasanya terjadi setelah bertahun-tahun reproduksi. Polip serviks ini terjadi pada usia 20 tahun ke atas[1].
Polip serviks ini dapat bervariasi dari segi ukuran, bentuk, dan penyebab. Polip serviks bisa terjadi sebagai jaringan tunggal atau ganda, berbentuk sobek atau lobular, berwarna merah ceria atau dapat juga berwarna putih keabu-abuan. Ukuran polip serviks biasanya berdiameter kurang dari tiga cm namun dapat juga berukuran cukup besar untuk mengisi vagina atau berada pada introitus[1].
Meskipun polip serviks umumnya jinak, polip ganas dapat muncul pada 0,2 hingga 1,5% kasus. Polip ganas lebih mungkin terlihat pada pasien pascamenopause. Polip serviks ini dapat terjadi karena infeksi atau peradangan kronis pada serviks dan dalam beberapa kasus bahan kimia juga dapat mengiritasi serviks dalam jangka panjang sehingga dapat menyebabkan perubahan abnormal pada sel[1].
Polip serviks ini berbeda dengan penyakit kanker serviks[2]. Berikut gejala polip servik diantaranya, yaitu :
Daftar isi
1. Menstruasi yang terasa berat
Menstruasi yang terasa berat mungkin tiba-tiba terjadi karena diakibatkan dari hasil fluktuasi hormon normal atau efek samping dari pasca melahirkan. Namun,menstruasi yang berat juga dapat mengindikasikan suatu masalah kesehatan tertentu[3].
Menstruasi yang berat dapat ditandai Ketika mengalami pendarahan hebat atau kram yang berlebihan hingga mengganggu aktivitas sehari – hari. Jika datang bulan yang berat terjadi dapat ditangani dengan mengkompres bagian yang kram dengan air panas dan mengganti pembalut secara berkala[3].
2. Pendarahan setelah berhubungan sex
Pendarahan setelah berhubungan sex bisa dikarenakan adanya tanda bahwa siklus menstruasi akan segera datang. Tetapi jika memang dalam jangka waktu tersebut belum waktunya untuk mengalami menstruasi maka bisa saja dikarenakan adanya infeksi pada vagina[4].
Namun bisa saja pendarahan pada vagina setelah berhubungan badan merupakan suatu tanda dari masalah Kesehatan yang serius seperti kanker serviks[4].
3. Pendarahan pasca menopause
Jika telah mengalami menopause maka tidak semestinya untuk mengalami siklus menstruasi. Menopause berarti masa dimana kita tidak mengalami siklus menstruasi kurang lebih selama satu tahun. Jika pada masa menopause mengalami pendarahan meskipun itu hanya bercak darah saja bisa jadi merupakan gejala suatu penyakit yang serius[5].
Pendarahan pasca menopause dapat didasari karena penyakit tertentu seperti polip, kanker, atau bisa merupakan efek samping dari terapi hormone[5].
4. Pendarahan diluar haid
Pendarahan diluar haid terjadi pada setelah siklus menstruasi atau haid terjadi, atau sebelum siklus menstruasi dimulai. Ketika pendarahan ini terjadi akan timbul bercak darah atau bahkan pendarahan seperti menstruasi pada umumnya[6].
5. Keputihan yang berlebihan
Keputihan memiliki fungsi atau peranan penting dalam sistem reproduksi wanita. Cairan yang dibuat oleh kelenjar di dalam vagina dan leher rahim ini bertugas untuk membawa sel-sel mati dan bakteri. Hal ini bertujuan untuk menjaga vagina tetap bersih dan membantu mencegah terjadinya infeksi[7].
Cairan keputihan ini akan sangat banyak produksinya Ketika wanita sedang mengalami ovulasi, atau menyusui, dan ketika terangsang. Bau dari cairan keputihan ini akan berbeda pada saat wanita hamil atau Ketika wanita tidak menjaga kebersihan organ intim[].
Namun, jika warna, bau, atau konsistensi tampak sangat berbeda dari biasanya, terutama jika mengalami gatal atau rasa terbakar pada vagina hal tersebut merupakan gejala adanya infeksi pada area vagina[7].
6. Pendarahan vagina setelah Douche
Vagina douching merupakan metode membersihkan area vagina menggunakan cairan pembersih. Cairan pembersih ini biasanya merupan campuran dari air dengan cuka , soda kue, atau yodium. kemungkinan 20% hingga 40% wanita yang memiliki rentang usia antara 15 hingga 44 tahun menggunakan douche vagina[8].
Selain membuat area kewanitaan lebih segar, bahwa penggunaan douche untuk menghilangkan bau yang tak sedap dari area vagina, membersihkan darah menstruasi setelah siklus menstruasi terjadi, menghindari tertularnya penyakit menular seksual, dan mencegah kehamilan setelah berhubungan intim dengan pasangan[8].
Namun, para ahli berpendapat bahwa sebenarnya penggunaan douche pada area vagina dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi disekitar area vagina, terjadinya komplikasi pada masa kehamilan, dan masalah kesehatan organ reproduksi lain nya[8].
7. Keluar nanah dari vagina
Selain pendarahan atau bercak darah yang keluar dari vagina ternyata dapat juga keluarnya nanah dari vagina. Nanah dapat keluar dari vagina dikarenakan polip ini mengalami infeksi sehingga selain keluar darah tetapi juga keluar nanah dari vagina[9].
Cara mengatasi polip serviks
Polip serviks ini dapat diatasi dengan dilakukan pengangkatan polip serviks. Jika menemukan polip serviks selama pemeriksaan panggul rutin dan Pap smear maka setelah itu kemungkinan akan diambil sampel jaringan (biopsi) untuk dilakukan pengecekan di laboratorium untuk memastikan itu bukan kanker melainkan polip[2].
Prosedur pengangkatan polip serviks ini menggunakan alat yang disebut dengan forsep polip. Setelah proses pengangkatan polip mungkin peasien akan merasa kram atau terjadi pendarahan dan terasa nyeri[2].
Obat nyeri yang dijual secara bebas seperti acetaminophen (Tylenol) atau ibuprofen (Motrin atau Advil) dapat membantu meredakan nyeri yang timbul pasca pengangkatan polips serviks. Sebagian besar polip serviks ini bersifat jinak dan kemungkinan tidak timbul kembali setelah dilakukan pengangkatan[2].
Belum ada Tindakan pencegahan khusus untuk polips serviks ini. Tetapi ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan agar dapat mengetahui polips ini sejak dini. Pemeriksaan panggul rutin dan tes Pap smear ini dapat membantu mendeteksi dan mengobati polip serviks sebelum menimbulkan gejala yang parah[2].