Hernia Scrotalis: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Hernia scrotalis merupakan suatu jenis hernia yakni kondisi organ dalam atau jaringan yang menonjol melewati otot. Organ atau jaringan yang terlibat dalam kasus hernia ini biasanya usus atau jaringan lemak dari perut bagian bawah. Organ ini menonjol ke daerah di dekat selangkangan atau dekat scrotum. [1]

Hernia scrotalis menonjol ke bagian selangkangan melalui celah/ saluran inguinal. Hal ini dapat terjadi di saluran inguinal kiri atau kanan. Saluran inguinal terdapat di bagian dasar dari rongga perut bagian bawah. Lemahnya dinding perut bagian bawah dan otot selangkangan dapat berperan andil dalam kondisi hernia. [2]

Kondisi ini tidak akan sembuh dengan sendirinya dan juga dapat berujung pada komplikasi yang mengancam nyawa. Prosedur bedah untuk memperbaiki kondisi hernia scrotalis merupakan prosedur yang umum dilakukan. [3]

Setiap tahunnya, para ahli bedah melakukan operasi bedah perbaikan hernia sebanyak 800 ribu kasus. Hal ini membuat operasi bedah perbaikan hernia scrotalis menjadi jenis operasi yang sangat umum dilaksanakan. [4]

Jenis Hernia Scrotalis

Ada 2 jenis dari hernia scrotalis yakni: [1]

  • Hernia Scrotalis Tidak Langsung

Hernia jenis ini terjadi akibat adanya cacat lahir pada dinding perut bagian bawah. Kondisi hernia scrotalis tidak langsung telah ada sejak bayi lahir. [1]

  • Hernia Scrotalis Langsung

Hernia jenis ini terjadi pada laki-laki dewasa. Kondisi hernia scrotalis langsung paling sering disebabkan oleh lemahnya otot pada dinding perut bagian bawah. Pelemahan ini terus berkembang seiring berjalannya waktu akibat mengejan secara berlebihan atau mengangkat beban berat. [1]

Gejala Hernia Scrotalis

Saat pertama kali muncul, hernia scrotalis mungkin tidak menimbulkan nyeri atau bergejala. Seiring berjalannya waktu, saat hernia scrotalis berkembang, beragam gejala akan muncul. [1]

Penderita hernia scrotalis mengalami beragam gejala yang berbeda. Akan tetapi, gejala yang terdapat pada kebanyakan kasus adalah adanya tonjolan atau merasa nyeri pada selangkangan. [4] Berikut ini gejala yang mungkin dirasakan pada penderita hernia scrotalis: [1,4]

  • Adanya tonjolan pada daerah selangkangan
  • Rasa nyeri pada daerah selangkangan
  • Nyeri atau tonjolan terkadang memburuk saat terjadi peningkatan aktivitas fisik, mengangkat beban atau batuk
  • Daerah selangkangan terasa terbakar atau tertusuk, lemas, berat
  • Rasa sakit dapat menjalar sampai skrotum dan tungkai kaki ke bawah
  • Tonjolan di area selangkangan ini akan hilang ketika tubuh rebah
  • Pembengkakan pada area skrotum

Gejala Hernia Scrotalis pada Anak

Hernia scrotalis pada anak memiliki gejala yang sama dengan hernis scrotalis pada umumnya yakni: [3,5]

  • Tonjolan atau pembengkakan pada daerah selangkangan
  • Tonjolan terlihat membesar ketika anak menangis, batuk, atau mengejan selama proses pergerakan usus, atau berdiri untuk waktu yang lama
  • Tonjolan akan mengecil ketika anak telah tenang setelah menangis
  • Ketika tonjolan ditekan saat anak tenang dan berbaring, ukuran tonjolan akan mengecil sebab isi tonjolan kembali ke rongga perut bagian bawah
  • Anak lebih rewel dan selera makan yang berkurang

Gejala Berbahaya Hernia Scrotalis

Apabila Anda merasakan gejala seperti di bawah ini, Anda membutuhkan penanganan segera. Berikut ini gejala berbahaya dari hernia scrotalis: [3]

  • Tonjolan tidak mengecil ketika ditekan dalam posisi tubuh tenang dan berbaring
  • Mual, muntah, atau keduanya
  • Demam
  • Nyeri yang rasa sakitnya meningkat secara tiba-tiba
  • Tonjolan berubah warna menjadi merah, ungu, atau berwarna gelap
  • Tubuh tidak mampu melakukan pergerakan usus bawah atau membuang angin

Penyebab Hernia Scrotalis

Pada beberapa kasus, hernia scrotalis tidak memiliki penyebab yang jelas. Sedangkan yang lainnya memiliki beberapa penyebab seperti: [3]

  • Peningkatan tekanan pada perut bagian bawah
  • Adanya bagian lemah pada dinding perut
  • Mengejan saat pergerakan usus bawah (buang angin, buang air besar) atau saat berkemih
  • Melakukan kegiatan berat
  • Batuk atau bersin kronis

Pada banyak kasus, lemahnya dinding perut berujung pada hernia scrotalis. Kondisi ini terjadi sebelum kelahiran ketika bagian lemah pada otot dinding perut tidak menutup secara sempurna. [3]

Pada kasus hernia scrotalis yang terjadi setelah kelahiran, melemahnya dinding otot perut berperan andil dalam menimbulkan penyakit ini. Dinding otot perut melemah atau merapuh akibat usia, melakukan aktivitas fisik yang berat, atau batuk akibat merokok. [3]

Pelemahan dinding perut yang terjadi setelah kelahiran dapat pula dipicu oleh kondisi seperti cedera pada rongga perut bagian bawah atau setelah menjalani prosedur bedah pada bagian perut. [3]

Faktor Resiko Hernia Scrotalis

Faktor resiko hernia scrotalis meliputi beberapa hal yakni: [1,2]

  • Berjenis kelamin pria
  • Berusia di atas 40 tahun (otot melemah seiring bertambahnya usia)
  • Adanya riwayat keluarga menderita hernia scrotalis
  • Merokok
  • Pria yang pernah menjalani bedah pada perut
  • Lahir prematur (hernia scrotalis umum terjadi pada bayi prematur dengan berat badan kelahiran yang rendah)
  • Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas
  • Mengidap fibrosis sistik
  • Menderita batuk kronis (akibat merokok)
  • Mengalami sembelit kronis (sembelit menyebabkan usus mengalami kesulitan bergerak dan mengejan secara berlebihan)
  • Pernah mengalami hernia scrotalis sebelumnya

Kompikasi Hernia Scrotalis

Hernia scrotalis dapat berujung pada komplikasi. Di bawah ini adalah beberapa komplikasi akibat hernia scrotalis yakni: [3]

  • Menimbulkan Tekanan pada Jaringan di Sekitarnya

Hernia scrotalis dapat membesar seiring berjalannya waktu jika tidak ditangani dengan prosedur bedah. Anda akan merasa nyeri dan bengkak pada bagian skrotum. [3]

  • Inkarserasi

Jika isi kantung hernia scrotalis tidak dapat kembali dan terjebak di bagian lemah dinding perut maka hal ini dapat menyumbat usus dan berujung pada kondsi nyeri berat, mual, muntah, dan usus bagian bawah tidak mampu bergerak atau buang angin. [3]

  • Strangulasi

Jika inkarserasi pada hernia tidak ditangani maka dapat menimbulkan kondisi strangulasi. Kondisi ini adalah putusnya pasokan aliran darah pada usus. Strangulasi dapat berujung pada kematian jaringan usus yang mengalami hernia. Kondisi ini mengancam nyawa dan membutuhkan pembedahan segera. [3]

Selain 3 komplikasi di atas yang diakibatkan langsung oleh hernia scrotalis, terdapat 2 komplikasi lain yang mungkin ditimbulkan setelah menjalani prosedur penanganan dengan bedah yaitu kambuhnya hernia dan nyeri kronis yang dirasakan pasien. [4]

  • Kambuhnya Hernia

Kambuhnya hernia pasca operasi hernia dapat terjadi pada seluruh metode bedah perbaikan hernia. Pada operasi menggunakan jaring tingkat kambuhnya berkisar 3-5%. Sedangkan pada operasi menggunakan jahitan tingkat kambuhnya hernia mencapai 10-15%. [4]

Faktor resiko yang diduga berhubungan dengan kambuhnya hernia di antara lain yaitu merokok, penggunaan obat golongan steroid, diabetes, malnutrisi, dan batuk kronis. [4]

  • Nyeri Kronis

Nyeri kronis yang terjadi pasca operasi bedah perbaikan hernia berkisar sebanyak 10% kasus. Meskipun komplikasi utama yang terjadi adalah kambuhnya hernia, nyeri kronis harus ditangani menggunakan obat-obatan anti peradangan sebagai langkah awal. [4]

Diagnosis Hernia Scrotalis

Jika Anda mencurigai adanya hernia scrotalis pada diri Anda atau anak maka Anda harus segera mencari bantuan medis. Hernia scrotalis akan berkembang menjadi kondisi kesehatan serius bila tidak ditangani dengan segera. [1]

Dokter akan menanyakan riwayat keluarga Anda tentang pengidap hernia scrotalis sebab resiko menderita penyakit ini semakin tinggi bila terdapat riwayat. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan cara menekan bagian yang menonjol ketika Anda berbaring. [1,2]

Tujuan dari menekan tonjolan ini adalah untuk melihat apakah isi tonjolan kembali ke bagian perut bawah. Bila isi tidak kembali, maka kemungkinan besar Anda telah mengalami hernia inkarserasi atau strangulasi. [2]

Anda mungkin akan diminta batuk sambil berdiri atau mengejan untuk melihat apakah tonjolan hernia keluar. Pada saat berdiri, tonjolan akan terlihat sangat jelas. Uji menggunakan sinar-X atau pindai CT juga dilakukan untuk melihat hernia mengalami inkarserasi atau strangulasi. [1,2]

Selain sinar-X atau pindai CT, dokter mungkin akan melakukan uji imaji lain seperti menggunakan USG abdomen atau MRI bila hasil pemeriksaan fisik dirasa kurang jelas. [3]

Pengobatan Hernia Scrotalis

Hernia scrotalis ditangani melalui bedah operasi untuk memperbaiki kondisi dinding perut bawah.

Pada umumnya, hernia scrotalis yang bergejala harus dioperasi ketika memungkinkan. Ada beberapa jenis bedah yang dapat ditempuh untuk menangani hernia scrotalis yaitu: [4]

Bedah Terbuka

Pendekatan bedah menggunakan bedah terbuka terbagi atas 2 jenis yaitu perbaikan menggunakan jaring (mesh) dan menggunakan benang jahit. [4] Metode ini melibatkan penyayatan menggunakan pisau bedah di daerah selangkangan. Dokter bedah akan mendorong hernia kembali ke rongga perut. [1]

Bila dibandingkan dengan bedah laparoskopik, bedah terbuka dilaksanakan bila pasien menderita hernia scrotalis yang besar atau pernah menjalani operasi bedah pada bagian perut. [1]

Setelah itu, dokter akan menguatkan dinding perut menggunakan jaring atau jahitan bergantung pada jenis metode yang digunakan. Operasi dilakukan baik dengan anastesia lokal pada bagian perut atau anastesia umum yang membuat Anda tidak sadar selama operasi berlangsung. [1]

  • Perbaikan Jaringan Menggunakan Jahitan

Operasi bedah metode ini menggunakan jaringan asli tubuh untuk menutup cacat hernia dengan jahitan. Tanpa menggunakan jaring. Operasi metode ini dilaksanakan ketika bagian yang akan dioperasi telah terkontaminasi atau berada dalam kondisi darurat. [4]

  • Perbaikan Jaringan Menggunakan Jaring/ Mesh

Operasi bedah menggunakan jaring merupakan bedah bebas tekanan. Sehingga metode ini mempunyai resiko hernia kambuh lebih rendah dibandingkan dengan metode jahitan. Metode ini tidak bisa dilaksanakan bila bagian yang akan dioperasi mengalami kontaminasi akibat tingginya laju infeksi. [4]

Bedah Laparoskopik

Bedah jenis ini tidak melibatkan pembedahan bagian yang sakit secara terbuka. Resiko kambuhnya hernia menggunakan metode ini sama dengan jenis bedah terbuka. Pasien yang menjalani bedah ini menunjukkan adanya pengurangan nyeri pasca operasi. [4]

Selain itu, pasien dapat dengan segera melanjutkan kegiatan sehari-hari secara normal bila dibandingkan dengan operasi bedah terbuka. Akan tetapi, bedah jenis ini memiliki biaya yang lebih mahal. [4]

Bedah ini melibatkan pembuatan sayatan sebesar setengah inchi pada perut bagian bawah. Lalu, sebuah alat bernama laparoskop dimasukkan ke dalamnya. Laparoskop merupakan suatu tabung tipis yang dilengkapi dengan kamera mungil. [1]

Laparoskop mengirim gambar ke layar dan dokter bedah akan memperbaiki hernia lewat sayatan kecil yang telah dibuat tersebut. Operasi jenis ini merupakan operasi dengan sedikit sayatan. [1]

Bedah laparoskopik merupakan pilihan bagus bagi mereka yang pernah menjalani operasi terbuka untuk memperbaiki hernia. Dengan prosedur ini, dokter bedah dapat menghindari jaringan parut yang terbentuk dari operasi hernia sebelumnya. [3]

Penanganan dini hernia scrotalis dengan prosedur bedah mampu menyembuhkan penyakit ini. Akan tetapi, terdapat sedikit resiko terjadinya kambuhan hernia dan komplikasi pasca operasi. Hal ini termasuk infeksi pasca operasi dan proses penyembuhan luka operasi yang lambat. [2]

Pada masa pemulihan, Anda biasanya membutuhkan obat-obatan selama beberapa minggu untuk menangani nyeri pasca operasi. Anda juga disarankan untuk tidak mengangkat beban berat atau melakukan aktivitas fisik berat. [1]

Bayi dan anak-anak biasanya membutuhkan waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan orang dewasa yang menjalani prosedur bedah perbaikan hernia ini. [1]

Pencegahan Hernia Scrotalis

Meskipun Anda tidak dapat mencegah hernia scrotalis dengan faktor resiko genetik, Anda bisa mengurangi faktor resiko lain agar hernia tidak kambuh atau mengidap hernia tidak terlalu parah. [2] Berikut ini beberapa tipsnya yakni: [2,3]

  • Menjaga berat badan tetap sehat. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter tentang asupan makanan dan olahraga yang boleh dilakukan untuk menjaga berat badan.
  • Mengonsumsi makanan yang tinggi serat. Buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh mengandung serat yang dapat membantu mencegah sembelit dan mengejan.
  • Berhenti merokok. Di samping karena berperan andil terhadap banyak kondisi medis serius, merokok kerap kali menyebabkan batuk kronis yang dapat menimbulkan hernia atau memperburuk kondisi hernia yang sudah ada.
  • Hindari mengangkat beban berat. Bila tidak bisa hindari, angkatlah barang dengan hati-hati. Jika akan mengangkat beban berat, selalu posisikan tubuh dari keadaan jongkok bukan dengan posisi berdiri dan melengkungkan pinggang.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment