Gangguan bipolar yang biasa disebut dengan manik depresif atau manik depresi adalah gangguan mental yang disebabkan karena perubahan akan suasana hati, tenaga, akivitas, konsentrasi, dan kemampuan beraktivitas sehari-hari[1].
Seseorang dengan gangguan bipolar dapat mengalami periode emosi dengan perubahan waktu tidur, akitvitas sehari-hari, dan perilaku yang berbeda. Perbuatan yang dilakukan tidak disadari yang bisa mengakibatkan bahaya yang tidak diinginkan[1].
Suasana hati pada orang bipolar sangat berbeda dari perilaku dengan gejala berlangsung selama berhari-hari. Atau bisa juga berlangsung sangat lama hingga berminggu-minggu. Terdapat enam jenis gangguan biploar, dari keenam memiliki perbedaan yang berhubungan dengan suasana hati, energi, dan tingkatnya aktivitas. Suasana hati seperti naik turunnya rasa gembiara, mudah tersinggung, atau semangat dan bagian tersebut dinamakan dengan manik.
Ada juga yang berhubungan dengan turunnya rasa sedih, acuh tak acuh, putus asa yang biasanya berhubungan dengan depresi. Untuk manik yang tidak terlalu parah biasa disebut dengan hipomanik[1]. Berikut enam jenis penyakit bipolar[2] :
Daftar isi
1. Gangguan bipolar I
Gangguan bipolar I biasanya terjadi dalam kurun waktu 7 hari atau lebih. Sedangkan untuk mania parah butuh perawatan medis inap. Orang yang memiliki mania parah mengalamai depresif berat selama 2 minggu atau lebih. Orang yang mengalami gejala tersebut belum bisa di pastikan apakah seseorang mengidap bipolar I. Gejala pada Bipolar I paling umum terjadi, akan tetapi jika menjadi lebih parah dalam perihal gejala manik bisa disebut dengan gejala bipolar I.
2. Gangguan Bipolar II
Gangguan bipolar II memiliki gejala mania dan depresi, akan tetapi untuk gejala mania kurang parah jika dibandingkan dengan bipolar I atau dalam dunia kedokteran disebut dengan hipomania. Orang dengan bipolar II mengalami depresi mayor sebelum atau setelah manik. Gejala bipolar II sama dengan gejala bipolar I yang sangat umum terjadi, akan tetapi untuk bipolar I gejala manik sangat parah jika dibandingkan dengan bipolar II.
3. Gangguan siklotimik
Gangguan siklotimik disebut juga dengan siklotimia yang memiliki gejala hipomania dan depresi dalam kurun waktu selam 2 tahun atau lebih pada orang dewasa, dan untuk anak-anak bisa mencapai 1 tahun. Gejala pada gangguan siklotimik tidak sesuai dengan manik atau depresi.
4. Bipolar tertentu dan gangguan terkait lainnya
Bipolar ini adalah gangguan bipolar yang tidak terkait dengan diagnostik penuh dengan durasi dan tingkat keparahan akan penyakit. Hal tersebut mencakup[3]:
- episode hipomanik durasi pendek (dua-tiga hari) dan episode depresi mayor
- episode hipomanik dengan gejala yang tidak cukup dan episode depresi mayor
- episode hipomanik tanpa episode depresi mayor sebelumnya
- siklotimia durasi pendek (kurang dari dua tahun).
5. Bipolar yang tidak ditentukan dan gangguan terkait
Gejala dari bipolar dan gangguan terkait yang tidak ditentukan dan gangguan terkait digunakan untuk pengaturan ruang gawat darurat dengan informasi yang tidak valid atau tidak lengkap[3].
6. Bipolar dan gangguan terkait karena kondisi medis lain
Bipolar dan gangguan terkait karena kondisi medis lain dengan diagnosis gejala gangguan bipolar yang hadir dengan bukti yang kuat dari kondisi pasien yang mengidap bipolar. Contohnya saja seperti aktivitas tiroid yang berlebihan.
Gejala Bipolar
Gejala gangguan bipolar yang berhubungan dengan mania atau hipomania mencakup depresi. Seseorang kemungkinan mengalamai gejala yang stabil dengan berbagai variasi yang berhubungan dengan seiring waktu[1].
Gejala gangguan bipolar termasuk episode mania atau hipomania dan dapat mencakup depresi. Orang mungkin juga mengalami periode di mana mereka merasa cukup stabil[2]. Gejalanya bervariasi dan dapat berubah seiring waktu[1].
- Manik
- Merasa sangat naik, tinggi, gembira, atau mudah tersinggung atau sensitif
- Merasa gelisah
- Memiliki kebutuhan tidur yang berkurang
- Kehilangan nafsu makan
- Bicara sangat cepat tentang banyak hal yang berbeda
- Merasa seperti pikiran mereka berpacu
- Pikir mereka bisa melakukan banyak hal sekaligus
- Melakukan hal-hal berisiko yang menunjukkan penilaian buruk, seperti makan dan minum berlebihan, menghabiskan atau memberikan banyak uang, atau melakukan hubungan seks yang sembrono
- Merasa seperti mereka sangat penting, berbakat, atau kuat
- Depresi
- Merasa sangat sedih, “down,” kosong, khawatir, atau putus asa
- Merasa lambat atau gelisah
- Mengalami kesulitan tidur, bangun terlalu pagi, atau tidur terlalu banyak
- Rasakan peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan
- Bicara sangat lambat, merasa tidak punya apa-apa untuk dikatakan, banyak lupa
- Mengalami kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan
- Merasa tidak mampu melakukan hal-hal sederhana sekalipun
- Memiliki sedikit minat pada hampir semua aktivitas, penurunan atau tidak adanya dorongan seks, atau ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan (“anhedonia”)
- Merasa putus asa atau tidak berharga, berpikir tentang kematian atau bunuh diri
Faktor Resiko
Para peneliti sedang mempelajari penyebab gangguan bipolar, akan tetapi sebagian besar para peneliti setuju tidak ada penyebab tunggal. Ada beberapa faktor yang membuat seseorang tersebut bisa terkena penyakit tersebut, seperti[1,2].
- Genetika. Gen kemungkinan dapat meningkatkan resiko orang yang terkena gangguan bipolar mengembangkan penyakti tersebut. Akan tetapi, belum di ketahui secara pasti apakah gen tersebut menyebabkan gangguan bipolar.
- Keturunan. Jika di antara beberapa sodara memiliki gangguan bipolar, kemungkian keturunan yang lainnya dapat mengembangkan penyakit tersebut.
- Faktor lingkungan. stres yang tinggi seperti di tinggalkan oleh orang dicintai dapat memicu gejala bipolar. Jika ada seseorang pernah jatuh pada bagian kepala hingga traumatis serta penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat juga meningkatkan resiko terkena bipolar.
Perawatan dan Terapi
Perawatan dan terapi dapat membantu orang yang terkena bipolar, terutama bagi orang yang terkena bipolar yang cukup parah. Perawatan penting untuk direncanakan dengan matang terutama dalam mencakup obat kombinasi dan juga psikoterapi seperti terapi bicara[1].
Gangguan bipolar adalah penyakit seumur hidup, dimana gejala mania dan depresi bisa saja timbul kembali seiring dengan waktu. Sebagian banyak orang yang terkena gangguan bipolar sembuh dari gejala suasana hati. Perawatan dalam jangka panjang dapat membantu gejala-gejala tersebut[1].
Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat membantu gejala gangguan bipolar, dan beberapa orang dapat mencoba beberapa obat yang berbeda untuk membantu meringankan gejala. Obat-obatan yang umum untuk pengobatan gangguan bipolar seperti suasana hatu dan antipsikotik generasi kedua. Untuk perawatan sendiri berhubungan dengan obat-obatan yang memiliki obat tidur atau obat kecemasan[1].
Paramedis biasanya memberikan resep obat antidepresan bagi penderita bipolar yang memiliki gejala depresi.Dan biasanya digabungkan dengan obat antidepresan untuk menstabilkan suasana hati guna mencegah pemicu timbulnya gejala manik. Orang yang minum obat harus :
- Bicaralah dengan paramedis untuk lebih paham resiko dan manfaat obat tersebut.
- Beri tahu penyedia layanan kesehatan mereka tentang obat resep, obat bebas, atau suplemen yang sudah mereka konsumsi.
- Laporkan segala kekhawatiran tentang efek samping ke penyedia layanan kesehatan segera. Penyedia layanan kesehatan mungkin perlu mengubah dosis atau mencoba obat lain.
- Ingatlah bahwa obat untuk gangguan bipolar harus diminum secara konsisten, seperti yang ditentukan, bahkan ketika seseorang merasa sehat.
Jangan menghentikan pengobatan tanpa bicara terlebih dahulu paramedis. Menghentikan pengobatan tanpa pemberitahuan dapat mengakibatkan burukany gangguan bipolar[1].
Psikoterapi
Psikoterapi seperti terapi bicara dapat menjadi efektif untuk perawatan bagi orang yang terkena bipolar. Psikoterapi adalah teknik pengobatan yang memiliki tujuan membantu seseorang untuk mengubah emosi, pikiran, dan perilaku yang sangat mengganggu. Dukungan berupa pendidikan dan juga bimbingan dari keluarga sangat penting bagi penderita bipolar[1].
Terapi perilaku kognitif dan psikoedukasi dapat mengobati penyakit ini. Terapi baru seperti terapi ritme interpersonal dan sosial, dan juga terapi yang berfokus pada keluarga. Terapi tersebut menentukan apakah intervensi psikoterapeutik intensif pada tahap awal dapat dicegah. Atau dari terapi tersebut dapat membatasi serangan dari gejala yang akan menyerang[1].