Lisensefali: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Shinta Pradyasti
Lisensefali adalah kelainan genetik langka pada lapisan korteks otak yang berasal dari defek migrasi jaringan saraf yang terjadi diantara minggu ke-8 sampai 16 pada usia kehamilan. Kelainan ini menyebabkan... permukaan otak yang sangat halus, disertai agyria yaitu tidak memiliki gyri dan sulci atau tonjolan dan lipatan yang umumnya terdapat pada bagian cerebral cortex yang normal. Penyakit lisensefali terjadi pada 1 dari 100.000 kelahiran atau lebih, mencapai hingga 1 dari 13.000 sampai 20.000 kelahiran yang hidup. Kelainan kortikal ini dapat diturunkan secara genetik atau disebabkan faktor eksogen selama perkembangan embrionik. Faktor eksogen diantaranya termasuk infeksi CMV dan gangguan sirkulasi darah intrauterine selama kehamilan, sehingga berdampak terhadap migrasi patologis dari neuroblas yang menyebabkan terjadinya kelainan pada lipatan gyri dan sulci. Kelainan ini dapat menunjukan variasi manifestasi klinis yang ditandai dengan profil wajah khas dan kelainan neurologis berat, termasuk epilepsi, gangguan perkembangan, gangguan kognisi, dan spasme infantile atau apneu. Read more

Gangguan proses tumbuh dan berkembang dapat berdampak pada disfungsi organ tertentu, termasuk otak sebagai sistem syaraf pusat yang mengatur berbagai fungsi tubuh.

Salah satu penyakit yang dapat timbul adalah penyakit lisensefali. Berdasarkan studi seputar penyakit langka, 1 dari 100.000 individu yang dapat mengidap kelainan bawaan ini. [1] [2]

Apa itu Lisensefali?

Lisensefali adalah kondisi cacat otak pada janin yang disebabkan oleh kegagalan pembentukan daerah korteks otak.

Kegagalan ini ditandai dengan pembentukan korteks otak yang mulus tanpa kerutan. Pada kondisi normal, daerah korteks otak memiliki lipatan-lipatan yang berbentuk seperti kerutan. [3]

Lisensefali dapat disebabkan oleh mutasi genetik delesi pada kromosom. Gen yang berperan dalam penyakit ini beragam. Setiap jenis mutasi dapat berkorelasi dengan perbedaan gejala, komplikasi, dan tingkat keparahan pada tiap individu. [2] [3]

Menurut penelitian, penyakit lisensefali berasosiasi dengan mutasi pada salah satu gen yang terletak pada kromosom X. Hal ini sangat berdampak pada pria yang hanya memiliki satu buah kromosom X.

Di saat mutasi yang sama terjadi pada wanita, mutasi gen tersebut dapat dibantu oleh jenis gen yang sama pada kromosom X lain, mengingat wanita memiliki 2 kromosom X. [1] [3]

Tipe-tipe Lisensefali

Berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang diderita, penyakit lisensefali dapat diklasifikasikan sebagai berikut: [1] [2] [4]

  • Ringan

Penderita lisensefali ringan, memiliki sedikit kerutan pada korteks, meskipun jumlahnya tidak sebanyak orang normal.

Secara umum pasien ini dapat pulih meskipun tidak sempurna, lalu tumbuh dan berkembang hingga dewasa.

  • Sedang

Pasien dengan lisensefali jenis sedang memiliki gangguan fungsi psikomotorik yang cukup parah, disertai gangguan fungsi linguistik.

Kejang-kejang atau epilepsi juga sering ditemukan pada pasien tipe ini. Terjadi penebalan subcortical band heterotopia lebih dari 10mm, disertai pengurangan angka harapan hidup, meskipun sebagian besar pasien dapat bertahan hidup hingga dewasa.

  • Berat

Pasien lisensefali tipe ini dapat mengalami kejang-kejang tidak terkontrol dikarenakan gangguan parah pada pengaturan impuls syaraf.

Tingkat kematian pada pasien tipe ini adalah 50% dalam waktu 10 tahun dengan kondisi serebelum yang normal.

Hal ini dapat diperparah dengan adanya komplikasi hipoplasia (kegagalan pembentukan organ) otak kecil (serebelum).

Mekanisme Lisensefali dalam Tubuh

Mekanisme secara pasti penyakit ini belum diketahui dengan jelas, namun secara kasar mekanisme lisensefali dalam tubuh diketahui sebagai berikut: [4] [5]

  • Terjadinya mutasi pada gen-gen tertentu. Perubahan gen-gen yang yang mengatur protein dinein dan mikrotubula pada sel syaraf menyebabkan terhambatnya proses migrasi neuron sehingga menghambat pembentukan korteks otak.
  • Perubahan fenotipe otak. Gangguan pembentukan korteks berdampak pada perubahan bentuk otak yang menjadi lebih lebar dengan kerutan kortex otak yang sangat sedikit, pembentukan daerah operculum juga menjadi tidak sempurna.
  • Kalsifikasi (penumpukan kalsium secara abnormal). Kalsifikasi pada bagian periventrikel, dan densitas materi putih otak yang lebih rendah dibandingkan kondisi normal. Mekanisme ini juga ditemukan pada infeksi virus CMV, dimana virus ini akan menghambat proses pendewasaan neuron dan pada kasus ekstrim akan menyebabkan kematian neuron serta gangguan di sawar darah otak.

Penyebab Lisensefali

Berikut di bawah ini adalah penyebab munculnya lisensefali: [6] [7]

  • Turunan genetik

Faktor genetik merupakan penyebab utama penyakit lisensefali. Mutasi delesi pada gen LIS1 pada kromosom 17p13.3. Mutasi pada gen DCX pada kromosom X juga dapat memicu penyakit licensefali.

Mutasi terhadap gen ini dapat menyebabkan terganggunya migrasi sel neuron yang dimulai dari minggu ke-8 kehamilan, sehingga gagal atau tidak sempurna dalam pembentukan kerutan korteks otak.

  • Infeksi virus

Virus sitomegalovirus (CMV) diketahui dapat menyebabkan lisensefali pada janin melalui tali pusar ibu. Selain dapat menyebabkan lisensefali, infeksi CMV juga seringkali menyebabkan berbagai komplikasi penyakit pada bayi. Virus tersebut dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan sel syaraf, kemudian mengganggu perkembangan otak.

Gejala Lisensefali

Beberapa ciri utama pada penyakit lisensefali adalah sebagai berikut: [3] [7]

  • Ketidaknormalan bentuk otak, wajah dan kepala

Dengan metode deteksi MRI dan USG, ketidaknormalan bentuk korteks otak dapat dideteksi dari saat janin di dalam kandungan. Setelah lahir, bayi yang memiliki bentuk wajah dan/atau kepala yang tidak lazim dapat segera dibawa ke dokter untuk dilakukan diagnosis dengan scan MRI atau pun verifikasi faktor genetik atau faktor infeksi virus.

  • Gangguan sistem saraf

Hal ini dapat dilihat dengan gangguan motorik dasar seperti kesulitan menelan makanan. Kejang-kejang (epilepsi) secara berkala juga dapat dijadikan indikator gangguan sistem syaraf. Gangguan sistem sensori pada tubuh juga dapat ditemukan pada pasien.

Risiko dan Komplikasi Lisensefali

Komplikasi lain pada penyakit lisensefali adalah penurunan fungsi kognitif atau kecerdasan. Kemungkinan penyakit mikrosefali juga sering terjadi pada penderita lisensefali.

Kondisi ini dicirikan dengan pertumbuhan otak tidak mencapai ukuran yang normal dan menyebabkan perubahan bentuk kepala yang tidak wajar[7,8].

Diagnosis Lisensefali

Deteksi dapat dilakukan sebelum dan setelah kelahiran bayi. Deteksi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: [3] [7]

  • Bio-imaging

Observasi dan visualisasi kondisi otak anak dapat dilakukan menggunakan alat USG dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Deteksi ini dapat dilakukan pada usia kehamilan sekitar minggu ke-26 atau ke -27 dari awal kehamilan.

  • Enzymed-linked immunosorbent assay (ELISA)

Metode deteksi ini bekerja dengan mendeteksi peningkatan antibodi IgM yang spesifik terhadap CMV. Deteksi ini dapat dilakukan pada ibu hamil atau pada anak yang terindikasi mengalami lisensefali disebabkan CMV.

  • Pengamatan perilaku bayi

Hal ini dapat dilakukan pada pengamatan pola perilaku yang janggal, seperti keterlambatan berbicara, serta kemampuan tumbuh kembang yang terhambat dapat diobservasi setelah bayi lahir.

Cara Mengobati Lisensefali

Hingga saat ini, belum ada obat yang secara spesifik dapat mengubah alterasi gen ataupun memperbaiki proses tumbuh kembang yang terganggu tersebut. Pengobatan hanya bisa dilakukan dengan meredakan gejala-gejala yang muncul.

Kejang-kejang yang muncul dapat diatasi dengan obat golongan antikonvulsan (obat anti epilepsi) dengan pengawasan tenaga medis. Jika terdapat kesulitan menelan makanan, dapat dipertimbangkan untuk pemasangan selang bantuan. [3] [6] [8]

Cara Mencegah Lisensefali

Hingga saat ini belum ada tindakan pencegahan untuk mengurangi resiko lisensefali secara signifikan, mengingat penyebab utama penyakit ini adalah mutasi genetik.

Namun untuk mencegah lisensefali dikarenakan infeksi CMV, Ibu hamil disarankan untuk melakukan tindakan pencegahan seperti: [4] [7]

  • Rajin mencuci tangan menggunakan sabun.
  • Menggunakan peralatan makan, minum, serta alat-alat kebersihan pribadi secara terpisah.
    CMV adalah virus yang menular melalui cairan tubuh, sehingga penggunaan alat-alat tersebut secara bersama-sama dapat meningkatkan resiko penularan yang lebih besar.
  • Melakukan tes CMV sebelum merencanakan kehamilan
    Hal ini dapat dilakukan untuk meminimalisir resiko infeksi agar calon ibu tidak terinfeksi CMV.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment