Operasi Bahu: Jenis, Prosedur, dan Pemulihan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Sakit di bahu bisa disebabkan oleh berbagai hal, termasuk ketegangan otot, trauma, arthrosis, atau peradangan. Nyeri bahu seringkali menyebabkan sakit yang sangat parah hingga mengganggu pergerakan dan bisa berlangsung dalam waktu yang cukup lama. [1]

Karena penyebab nyeri bahu bisa lebih dari sekedar masalah otot, maka pemeriksaan oleh dokter perlu dilakukan. Bila dibutuhkan, operasi bahu akan dilakukan untuk mengatasi masalah ini. [1, 2, 3, 4]

Fungsi Operasi Bahu

Operasi bahu bisa menjadi cara untuk mengobati banyak masalah umum pada bahu, terutama yang tidak bisa dobati atau tidak merespon terapi konservatif. Operasi ini beragam, mulai dari prosedur pembedahan kecil yang disebut arthroscopy (menggunakan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan alat bedah mini) hingga operasi besar yang menggunakan pisau bedah dan jahitan. [1, 2, 3]

Pada beberapa kasus, metode konservatif seperti fisioterapi, suntik, atau terapi kejut bisa meredakan nyeri bahu secara signifikan. Namun, jika bahu sangat sulit digerakkan dan terasa kaku, maka operasi bahu lebih disarankan. [1, 2, 3]

Selain itu, kerusakan struktural pada ligamen dan tendon yang tampak setelah pemeriksaan ultrasound atau MRI seringnya membutuhkan pembedahan. Kondisi degenaratif akibat faktor usia (arthrosis) dan peradangan serta nyeri yang parah dan tidak mau hilang juga sering kali membutuhkan pembedahan jika rasa sakit tidak bisa lagi diatasi oleh pengobatan konservatif. [1, 2, 3, 4]

Masalah Pada Bahu dan Jenis Operasinya

Tergantung pada seberapa berat kondisi yang harus diobati, operasi bahu terbagi menjadi: [1, 2, 3, 4]

1. Arthroscopy untuk impingement syndrome

Salah satu alasan perlu dilakukannya operasi bahu adalah untuk mengobati impingement syndrome. Ini adalah kondisi dimana tendon dari rotator cuff (sendi putar) terjepit dan tertekan saat melakukan suatu gerakan. Hal ini menyebabkan kerusakan progresif pada tendon dan juga peredam di bagian dalam ruang sendi (bursa).

Prosedur arthroscopy digunakan untuk memperbaiki kondisi ini. Tujuan operasi jenis ini adalah memperlebar ruang antara rotator cuff dengan bagian atas bahu (acromion) agar rotator cuff bisa bergerak kembali dan tidak terjepit diantara tulang.

2. Arthroscopy untuk perbaikan SLAP

Robekan SLAP adalah cedera pada tepian tulang rawan yang mengelilingi soket bahu (labrum).

Istilah SLAP adalah singkatan untuk “Superior Labrum Anterior and Posterior”. Robekan SLAP terjadi pada bagian depan (anterior) maupun belakang (posterior) labrum. Bagian labrum ini penting karena berfungsi sebagai titik sambung bicep dan tendon.

Metode arthroscopy bisa digunakan untuk mengembalikan labrum ke posisinya semula, yaitu di tepian soket bahu. Setelah diperbaiki, tulang akan dijahit ke rulang rawan untuk menjaga agar posisinya tidak berubah. Jika kerusakan sudah melebar ke tendon bicep, maka dibutuhkan operasi tambahan.

3. Arthroscopy untuk dislokasi bahu

Cedera dislokasi bahu terjadi bila bola sendi bahu keluar dari soket-nya.
Untuk menstabilkan kembali bahu setelah terjadi dislokasi, operasi yang disebut Bankart repair bisa dilakukan untuk memasang kembali labrum ke kapsul sendi agar bola sendi tetap ada pada tempatnya.

Pada kasus dimana bahu mengalami pelemahan ligamen, sendi bahu bisa dengan mudah keluar-masuk soket. Operasi dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi ini agar kapsul sendi bisa dikencangkan kembali.

Dislokasi yang terus berulang bisa mengarah pada kerusakan bahu dan membutuhkan pembedahan yang cukup besar agar sendi bisa tetap berada di tempatnya. Meskipun ada beberapa cara untuk memperbaiki kondisi ini, namun prosedur yang paling umum adalah dengan mengembalikan posisi tulang di sekitar bahu untuk mengamankan bola sendi.

4. Arthroscopy untuk pembekuan bahu

Pembekuan bahu (frozen shoulder) adalah penyebab cedera bahu paling umum kedua selain robeknya rotator cuff. Meskipun kondisi ini biasanya bisa diobati tanpa operasi, namun ada beberapa kasus yang membutuhkan pembedahan.

Bila pembekuan bahu terjadi, kapsul yang mengelilingi sendi bahu akan menjadi kencang dan berkontraksi. Tujuan dari operasi ini adalah untuk melemaskan jaringan yang menciut agar bahu bisa bergerak dengan bebas kembali.

5. Perbaikan sendi putar (rotator cuff)

Salah satu prosedur operasi bahu yang paling umum adalah perbaikan rotator cuff. Ada banyak cara untuk melakukan prosedur ini, dan tiap ahli bedah memiliki tekniknya masing-masing.

Tujuan dari operasi ini adalah untuk mengidentifikasi bagian rotator cuff yang rusak dan untuk membersihkan dan memasang kembali tendon yang robek atau rusak. Begitu jaringan sehat ditemukan, dokter akan menggunakan teknik yang dipilihnya untuk mengembalikan tendon tanpa terlalu banyak menarik jaringan yang masih ada.

Pendekatan tradisional untuk memperbaiki kondisi ini melibatkan sayatan bedah sepanjang beberapa inchi untuk melepaskan otot di sekitar sendi putar, kemudian memperbaikinya secara langsung. Bila menggunakan teknik yang lebih modern, maka dilakukan dengan arthroscopy – namun hanya untuk cedera yang lebih kecil.

6. Perbaikan sendi acromioclavicular (AC)

Sendi acromioclavicular adalah pertemuan dari ujung tulang selangka dan acromion. Ada beberapa masalah yang bisa terjadi pada sendi AC.

Pertama, sendi ini bisa terkikis seperti pada kasus arthritis. Sendi ini juga bisa rusak perlahan akibat cedera berulang, seperti pada atlet angkat beban.

Jika salah satu kondisi diatas terjadi, pembedahan terbuka mungkin harus dilakukan untuk melepas ujung tulang selangka dan memperlebar ruang untuk sendi AC.

Ketidakstabilan juga bisa terjadi pada sendi AC, sehingga menyebabkan kerusakan progresif pada ligamen yang menyambungkan tulang selangka dengan ujung tulang belikat. Hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan terpisahnya bahu. Meskipun bisa diatasi tanpa operasi, namun kasus yang berat memerlukan pembedahan untuk memperbaiki atau merekonstruksi ligamen yang menyokong ujung tulang selangka.

7. Penggantian bahu

Operasi penggantian bahu biasanya dilakukan pada pasien arthritis pada sendi bahu tingkat lanjut, namun juga bisa dilakukan pada kasus tulang retak yang kompleks serta masalah lain yang tidak bisa diperbaiki dengan teknik lain.

Penggantian bahu umumnya akan mengganti bola dan soket sendi dengan dengan bola tiruan yang terbuat dari logam dan soket yang terbuat dari plastik.

Pada kasus dimana hanya bagian atas tulang lengan (humerus) yang patah atau soket bahu yang terdampak arthritis masih tersambung, maka hanya membutuhkan penggantian sebagian (hemiarthroplasty). Operasi ini hanya mengganti bola bahu tanpa menyentuh soketnya.

Pilihan lain adalah penggantian bahu terbalik. Seperti namanya, operasi untuk kondisi ini akan membalikkan lokasi bola dan soket sehingga bola yang diganti akan diletakkan di tempat soket, dan demikian pula sebaliknya. Operasi ini bisa memberikan keuntungan mekanis bagi pasien yang memiliki kondisi yang disebut rotator cuff tear arthropathy, dimana labrum maupun rotator cuff sudah rusak parah.

8. Operasi biceps tendon

Bicep adalah otot di bagian depan lengan. Ujung atasnya disebut tendon, atau kepala bicep, yang menyambungkan otot ke bahu. Tendon menjalar melalui sendi putar dan menempelkan dirinya ke labrum. Karena hubungan yang kompleks ini lah, tendon yang seringkali menjadi penyebab masalah pada bahu.

Operasi biceps tendon bisa dilakukan terpisah atau sebagai bagian dari perbaikan sendi putar. Secara umum, ada dua pendekatan yang bisa digunakan. Satu, dengan memotong sambungan tendon di bagian dalam sendi bahu kemudian menempelkannya di bagian luar.

Yang kedua, disebut tenotomy, hanya akan memotong tendon dan membiarkannya tertarik ke bagian bawah lengan. Operasi ini tidak akan mempengaruhi kekuatan dan fungsi bicep.

Prosedur Operasi Bahu

Persiapan

Secara umum, dokter akan melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh pada bahu. Pencitraan diagnostik akan digunakan untuk membantu menganalisa masalah yang terjadi. Pemeriksaan ini meliputi: [1, 3, 4]

  • Konsultasi mengenai riwayat kesehatan pasien
  • Pemeriksaan fisik termasuk tes mobilitas pada persendian bahu
  • Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui kondisi tulang
  • Pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging) dan ultrasound untuk menentukan tingkat kerusakan pada otot, tendon dan bursa

Setelah pasien dinyatakan memenuhi syarat untuk melakukan operasi, dokter akan membicarakan bersama pasien mengenai jalannya prosedur dan risiko serta komplikasi yang mungkin terjadi. Selain itu, ahli anestesi juga akan melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan pasien yang berhubungan dengan pemakaian obat bius saat operasi.

Setelah ahli anestesi dan ahli bedah menyatakan pasien boleh melakukan operasi, maka prosedur biasanya akan dilakukan sehari setelah pemeriksaan.

Langkah-Langkah Operasi

Tergantung pada jenis masalah yang terjadi pada bahu dan seberapa serius kondisinya, prosedur yang dijalankan bisa berbeda – seperti pada jenis-jenis yang sudah disebutkan diatas.

Tapi, semua operasi bahu dilakukan dibawah bius total. Ahli anestesi akan menyuntikkan kombinasi anestesi yang sudah disesuaikan dengan tubuh masing-masing pasien. Selama prosedur berlangsung, pasien akan tertidur dan tidak merasakan apa-apa. [1, 3, 4]

Ahli anestesi akan hadir selama operasi berlangsung untuk memonitor fungsi-fungsi organ vital sekaligus memastikan pasien tidak terbangun selama pembedahan.

Pasca Operasi

Setelah pembedahan, pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan dan akan diawasi selama 1 hingga 2 jam sebelum diijinkan untuk pulang. Perawat akan memonitor respon pasien dan menyediakan obat pereda nyeri, jika dibutuhkan. [1, 4]

Pemulihan

Tergantung dari jenis pembedahan yang dilakukan, masa pemulihan bisa berbeda-beda bagi tiap pasien. Pemulihan setelah arthroscopy biasanya lebih cepat dibandingkan operasi besar. Tapi, pemulihan total mungkin bisa membutuhkan waktu beberapa minggu hingga bulan. [1, 3, 4]

  • Selama beberapa hari pertama setelah operasi, pasien harus mengistirahatkan bahunya. Untuk memastikan ini, pasien akan dipasangi shoulder brace, yaitu penahan yang bisa menstabilkan bahu. Beberapa jenis cedera, seperti rotator cuff yang robek, perlu posisi bahu yang spesifik selama masa pemulihan. Untuk itu, pasien akan dipasangi abduction splint atau abduction cushion.
  • Beberapa minggu setelah operasi, rasa nyeri dan tidak nyaman akan terjadi. Jika operasi yang dilakukan cukup besar, maka rasa nyeri akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menghilang. Kompres es bisa membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan. Dokter juga mungkin akan meresepkan obat pereda nyeri, jika dibutuhkan.
  • Banyak obat pereda nyeri yang bisa digunakan setelah operasi bahu dan bisa membantu pasien merasa lebih nyaman. Kondisi ini bisa mempercepat tubuh untuk sembuh dan pulih setelah operasi.
  • Beberapa pasien merasa lebih nyaman tidur menggunakan kursi dengan sandaran yang bisa diatur kemiringannya atau menggunakan bantal yang cukup tinggi selama hari-hari pertama setelah pembedahan.
  • Beberapa hari setelah operasi, pasien bisa mengganti perban dengan plester bila sayatan yang dibuat tidak terlalu besar. Pasien juga bisa mandi begitu luka sudah mengering, tapi jangan sampai menggosok atau merendam bekas sayatan.

Rehabilitasi

Ini adalah langkah penting untuk mengembalikan kemampuan bahu agar pasien bisa kembali melakukan aktivitas harian seperti biasa. Program latihan khusus akan diberikan pada pasien untuk mendapatkan kembali kekuatan bahu dan kemampuan geraknya.

Ahli bedah akan merancang jadwal rehabilitasi berdasarkan prosedur operasi yang sudah dijalani oleh pasien.

Jika pembedahannya cukup serius, maka dokter akan merekomendasikan terapis yang tepat untuk mengawasi jalannya program latihan tersebut.

Peran dan kemauan pasien dalam menjalani program rehabilitasi ini sangat penting agar pemulihan dan operasi bisa mencapai hasil yang maksimal.

Risiko dan Komplikasi

Semua prosedur operasi bahu bisa dilakukan dengan aman dan efektif, namun bisa juga membawa risiko. Meskipun komplikasi jarang terjadi, namun hal-hal berikut bisa terjadi: [1, 2, 3, 4]

  • Infeksi
  • Pendarahan
  • Penggumpalan darah
  • Kerusakan pada pembuluh darah atau syaraf
  • Cedera jaringan (fibrosis)
  • Sepsis

Perawatan pasca operasi yang benar dan rehabilitasi bisa mengurangi terjadinya risiko dan komplikasi ini. Sebelum operasi berlangsung, pasien juga harus tahu dan berkonsultasi dengan dokter dan ahli bedah mengenai risiko yang mungkin terjadi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment