8 Penyebab Henti Jantung Mendadak dan Cara Mengatasinya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Riset menunjukkan bahwa diperkirakan terjadi 4-5 juta kasus henti jantung mendadak (Sudden Cardiac Arrest) di seluruh dunia setiap tahun. Sekitar 90% di antaranya berujung fatal dan kurang dari 10% yang berhasil selamat. Setidak-tidaknya terdapat 18% di antara penyintas menjadi memiliki komplikasi medis setelah berhasil selamat dari kejadian henti jantung mendadak yang menimpanya[1].

Henti jantung mendadak adalah kondisi di mana jantung secara tiba-tiba berhenti berdetak sehingga gagal memompa darah untuk mengalir ke otak dan organ vital lainnya. Jika tidak segera ditangani, henti jantung mendadak dapat berujung pada kematian hanya dalam hitungan menit[2].

Umumnya, penyebab dari henti jantung mendadak adalah adanya riwayat penyakit jantung yang boleh jadi disadari ataupun tidak disadari. Berikut adalah beberapa riwayat penyakit jantung kerap menjadi penyebab terjadinya henti jantung mendadak:

1. Ventrikel Fibrilasi

Ventrikel fibrilasi adalah salah satu tipe dari aritmia yang mana terjadi ketika ventrikel (ruang bawah jantung) tidak berdetak dengan normal sebagaimana mestinya. Ventrikel berdetak terlalu cepat atau berdetak dengan ritme acak sehingga gagal untuk memompa darah keluar jantung. Akibatnya adalah terjadi penurunan jumlah darah yang mengaliri tubuh secara drastis atau bahkan sirkulasi darah berhenti seketika[2].

Ventrikel fibrilasi merupakan penyebab paling umum dari henti jantung mendadak. Sekitar 70% kasus henti jantung mendadak terjadi akibat ventrikel fibrilasi. Tanpa penangangan yang tepat dan cepat, kondisi ini dapat berujung fatal[3].

2. Arteri Koroner

Arteri koroner terjadi ketika arteri yang mengalirkan darah ke jantung mengalami pengerasan dan penyempitan. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan kolesterol atau plak lainnya di dinding dalam arteri. Akibatnya jantung tidak mendapat pasokan darah dan oksigen dengan cukup[2].

Arteri koroner juga berpotensi menyebabkan pelemahan otot jantung sehingga meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung dan aritmia yang dapat berujung pada henti jantung mendadak[2].

3. Kardiomiopati Hipertrofi

Kardiomiopati hipertrofi adalah gangguan otot jantung yang kerap menjadi penyebab terjadinya henti jantung mendadak. Kardiomiopati hipertrofi ditandai dengan adanya penebalan otot jantung yang tidak normal. Sebagian besar pengidap kardiomiopati hipertrofi meninggal karena terkena henti jantung mendadak[4].

4. Miokarditis

Penelitian di Denmark menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun, dari 753 kematian akibat henti jantung mendadak, 6% di antaranya disebabkan oleh miokarditis. Miokarditis merujuk pada inflamasi (peradangan) otot jantung. Miokarditis dapat menurunkan kemampuan otot jantung untuk memompa darah dan menyebabkan aritmia (ritme jantung terlalu cepat atau tidak beraturan.

Disebutkan di atas, ketidakmampuan jantung dalam memompa darah dan ketidakteraturan irama detak jantung dapat menyebabkan henti jantung mendadak.[5]

5. Penyakit Katup Jantung

Penyakit katup jantung adalah kondisi ketika katup jantung mengalami kerusakan. Dalam kondisi normal, katup jantung bekerja dengan membuka dan menutup sepenuhnya guna mengalirkan darah masuk-keluar jantung. Namun, apabila katup mengalami kerusakan, katup tidak dapat membuka dan menutup sepenuhnya sehingga terjadi kebocoran dan darah tidak dapat masuk-keluar jantung dengan normal[6].

Jika ini terjadi, jantung tidak dapat memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah karena kebocoran katup (terutama pada katup aorta) menyebabkan darah tidak dapat keluar dari jantung. Hal ini dapat menyebabkan henti jantung mendadak yang berujung fatal[6].

7. Overdosis Obat-obatan

Satu dari enam kematian dalam kasus overdosis obat-obatan disebabkan oleh henti jantung mendadak. Sebagian besar dari kasus tersebut terjadi di kalangan usia muda. Obat-obatan yang umum menjadi penyebab kematian ini adalah opium, dan stimulan[7].

8. Penyebab Lainnya

Terdapat beberapa penyebab lain yang dapat meningkatkan risiko terserang henti jantung mendadak, antara lain:

Cara Mengatasi dan Pencegahan Henti Jantung Mendadak

Seseorang yang terserang henti jantung mendadak biasanya dalam sekejap langsung kehilangan kesadaran. Artinya, keselamatan nyawanya bergantung pada penanganan yang dilakukan oleh orang di sekitarnya. Penanganan ini biasa disebut pertolongan pertama karena sifatnya yang cepat dan tanggap.

Hampir 45% pasien yang terkena henti jantung mendadak berhasil selamat karena diberi pertolongan pertama berupa tindakan RJP (resusitasi jantung paru) dan pemberian alat kejut jantung atau defibrilator. Pemberian alat kejut jantung hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah terserang henti jantung mendadak, antara lain:

  • Menjaga pola makan sehat
  • Menjaga berat badan tubuh yang seimbang dan sesuai indeks massa tubuh.
  • Kelola stres
  • Rajin melakukan aktivitas fisik atau berolahraga tapi tidak berlebihan
  • Tidak merokok
  • Bagi seseorang yang berisiko tinggi terkena henti jantung mendadak (misalnya, memiliki riwayat penyakit jantung), konsumsi obat-obatan yang dapat menjaga kesehatan jantung. Ingat! Obat-obatan yang dikonsumsi harus selalu di bawah anjuran dokter.

Ketika mengalami henti jantung mendadak, korban menjadi tidak sadarkan diri dan sirkulasi pernapasan terhenti. Seseorang yang mengalami henti jantung mendadak boleh jadi memiliki ataupun tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Artinya, siapapun berpotensi mengalami peristiwa ini. Akan tetapi, seseorang dengan riwayat penyakit jantung memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena henti jantung mendadak[3].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment