Hormon testosterone disebut sebagai hormon kelamin pria. Meski demikian, wanita dalam kondisi normal memproduksi sejumlah kecil testosterone dalam ovarium dan kelenjar adrenal.
Hormon testosterone, bersamaan dengan estrogen, membantu pertumbuhan, perawatan, dan perbaikan jaringan reproduksi wanita, massa tulang, dan perilaku[1, 2].
Kadar testosterone normal pada wanita ialah sekitar 15 hingga 70 mg/dl. Kadar hormon testosterone yang lebih tinggi dari normal dapat menyebabkan berkembangnya ciri kelamin pria, seperti peningkatan massa otot[1, 2].
Kadar testosterone yang terlalu tinggi pada wanita dapat mengakibatkan obesitas dan infertilitas[1].
Tingginya kadar testosterone pada wanita biasanya disebabkan oleh suatu kondisi medis, seperti:
Daftar isi
1. Hiperplasia Adrenal Kongenital
Hiperplasia adrenal kongenital ialah sekelompok gangguan menurun yang mempengaruhi kelenjar adrenal[1, 3].
Kelenjar adrenal memproduksi hormon kortisol dan aldosterone, yang mana berperan dalam mengatur metabolisme dan tekanan darah. Kelenjar adrenal juga menghasilkan hormon kelamin pria, DHEA dan testosterone[1, 3].
Orang dengan hiperplasia adrenal kongenital tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk mengatur produksi hormon-hormon tersebut. Akibatnya kelenjar adrenal menghasilkan terlalu sedikit kortisol dan terlalu banyak testosterone[1, 3].
Hiperplasia adrenal kongenital dapat berupa ringan (non klasik) atau berat (klasik)[1, 3]. Kondisi ini dapat mengakibatkan gejala seperti[1, 2]:
- Suara dalam
- Penampakan dini rambut pubis
- Klitoris berukuran besar
- Tumbuh rambut tubuh berlebihan
- Rambut wajah
- Periode menstruasi yang tidak teratur atau berhenti
- Jerawat berat
- Pertumbuhan cepat di masa anak-anak, tapi memiliki tinggi badan pendek saat dewasa
Sampai saat ini belum terdapat obat untuk hiperplasia adrenal kongenital. Umumnya penderita menerima penanganan yang dapat meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup[1].
2. Hirsutisme
Hirsutisme ialah suatu kondisi hormonal pada wanita yang menyebabkan pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan, khususnya pada punggung, wajah, dan dada. Jumlah rambut yang tumbuh sangat bergantung pada faktor genetik[1, 2].
Hirsutisme menimbulkan gejala meliputi pertumbuhan pola rambut pria yang gelap dan kasar. Pada kasus kadar testosterone tinggi, penderita dapat mengalami gejala seperti[1, 3]:
- Jerawat
- Kebotakan
- Suara menjadi dalam
- Pembesaran klitoris
- Peningkatan massa otot
- Penurunan ukuran payudara
3. Sindrom Ovarium Polikistik
Sindrom ovarium polikistik atau Polycystic ovary syndrome (PCOS) merupakan gangguan hormonal umum yang mempengaruhi wanita pada usia reproduktif. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sindrom ovarium polikistik mempengaruhi sekitar 8-20% wanita di seluruh dunia[1].
Sindrom ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen berlebihan pada wanita. Kondisi ini biasanya tidak terdiagnosis hingga usia 20an dan 30an tahun, tapi sindrom ovarium polikistik dapat terjadi pada anak berusia 11 tahun[1, 2].
Sindrom ovarium polikistik mempengaruhi siklus menstruasi dan menyebabkan penderitanya kesulitan untuk hamil[3].
Sindrom ovarium polikistik dapat mengakibatkan gejala seperti[1, 2, 3]:
- Pembesaran ovarium yang mengembangkan folikel dan tidak melepaskan sel telur secara teratur
- Rambut tubuh yang berlebihan
- Periode menstruasi yang tidak teratur, jarang, atau panjang
PCOS dapat mengarah pada beberapa komplikasi, meliputi:
Sindrom ovarium polikistik dapat mengarah pada peningkatan risiko penyakit jantung, tidur apnea, dan diabetes tipe 2[3].
Penyebab dari sindrom ovarium polikistik tidak diketahui dengan pasti, tapi kebanyakan penderita mengalami gejala yang sama dengan gejala kadar testosterone tinggi lainnya[3].
Faktor genetik dan insulin berlebih diduga termasuk faktor yang berperan dalam terjadinya sindrom ovarium polikistik. Selain itu, sindrom ovarium polikistik berkaitan dengan kadar HDL rendah, resistensi insulin, peningkatan trigliserida, kadar LDL tinggi, obesitas, dan penyakit kardiovaskuler[3].
4. Diabetes
Diabetes termasuk salah satu penyebab potensial tingginya kadar hormon testosterone pada wanita[4].
Penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kadar testosterone tinggi pada wanita dengan diabetes tipe 2[5].
Hormon testosterone mempengaruhi cara penyimpanan lemak di dalam tubuh. Lemak tubuh yang disimpan sebagai lemak visceral berkaitan erat dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2[5].
Pada wanita, kadar testosterone yang lebih tinggi dari normal berkaitan dengan peningkatan penyimpanan lemak visceral[5].
Gejala peningkatan kadar testosterone akibat diabetes sama dengan gejala akibat kondisi lain. untuk mengurangi gejala, penderita perlu memastikan diabetes terkendali[4].
5. Masalah Tiroid
Kelenjar tiroid berperan dalam berbagai fungsi tubuh, seperti metabolisme dan pengaturan produksi serta konsentrasi hormon dalam tubuh[3].
Studi menunjnukkan adanya hubungan tidak langsung antara hipotiroidisme (kondisi tiroid kurang aktif) dan kadar testosterone. Hipotiroidisme dapat menyebabkan penurunan produksi sex hormone binding globulin (SHBG), yang mana integral untuk menyeimbangkan hormon-hormon kelamin di dalam tubuh[3].
Jika kadar SHBG turun terlalu rendah, kadar testosterone dapat meningkat dan menimbulkan gejala[3].
6. Resistensi Insulin
Resistensi insulin terjadi ketika tubuh gagal mengenali hormon insulin, yang mana kemudian meningkatkan kadar gula darah. Insulin kemudian menjadi tidak digunakan dan tetap di dalam aliran darah[3].
Kadar insulin yang tinggi memicu produksi testosterone dalam ovarium. Kondisi ini lama kelamaan menyebabkan kadar testosterone melampaui batas normal dan menimbulkan gejala[3].
Berdasarkan studi yang dilakukan di University of Pennsylvania School of Medicine, resistensi insulin mengalami peningkatan dalam cara bertahap bersama dengan testosterone total (p=0,003) dan bebas (p=0,02)[6].
Kadar testosterone bebas dan total yang lebih tinggi juga disertai dengan penurunan bertahap sensitivitas insulin[6].
Kadar testosterone tinggi berkaitan erat dengan obesitas abdominal dan glukosa puasa tinggi, yang mana merupakan dua komponen dari sindrom metabolik yang berhubungan erat dengan resistensi insulin[6].
7. Penggunaan Obat Steroid
Penggunaan obat steroid dapat menganggu produksi normal hormon di dalam tubuh. Pada wanita penggunaan steroid anabolik mengakibatkan maskulinisasi akibat peningkatan kadar testosterone[7].
Wanita dapat mengalami pertumbuhan rambut berlebihan, perubahan suara menjadi lebih dalam, dan kulit menjadi lebih kasar. Dengan penggunaan steroid berlanjut, beberapa dampak menjadi tidak dapat kembali pulih[7].
8. Tumor
Tumor langka yang disebut sebagai tumor penghasil hormon kelamin dapat memproduksi hormon androgen (termasuk testosterone), estrogen, atau keduanya dalam kadar berlebihan. Tumor penghasil hormon dapat ditemukan pada ovarium dan kelenjar adrenal[8].
Tumor jenis ini ditemukan pada 2 dari setiap sejuta orang dan dapat bersifat jinak atau ganas[8].
Tumor yang memproduksi testosterone dapat menyebabkan kadar testosterone terlalu tinggi. pada wanita, kondisi ini dapat menimbulkan gejala seperti suara yang menjadi lebih dalam, peningkatan pertumbuhan rambut, jerawat, dan kelamin ganda[8].
9. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing ialah suatu kondisi hormonal yang terjadi ketika kadar hormon kortisol terlalu tinggi. Kondisi ini sering kali diakibatkan oleh penggunaan obat yang mengarah pada tingginya kadar kortisol di dalam tubuh[9].
Sindrom Cushing dapat menyebabkan produksi berlebihan hormon androgen, seperti testosterone oleh kelenjar adrenal. Kadar testosterone berlebih dapat mengarah pada peningkatan ciri pria, seperti tumbuhnya lebih banyak rambut pada wajah dan tubuh, jerawat, kebotakan, dan maskulinitas[9].
Konsultasikanlah dengan dokter untuk mengatasi kelebihan hormon testosteron pada wanita.