14 Penyebab Wanita Memiliki Kumis

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Memiliki kumis bagi beberapa wanita dapat menjadi hal yang membuat tidak nyaman dan mengurangi kepercayaan diri. Tumbuhnya kumis pada wanita termasuk kondisi yang disebut hirsutisme, yaitu pertumbuhan rambut secara berlebihan pada bagian tubuh yang biasanya tidak ditumbuhi rambut[1, 2].

Hirsutisme termasuk kondisi yang umum ditemukan, dengan estimasi setiap 1 dari 10 wanita mengalami hirsutime. Normalnya, pada bagian wajah dan tubuh wanita ditumbuhi rambut tipis dan kecil-kecil, tapi ada pula yang memiliki rambut tebal dan membentuk kumis[2].

Berikut penyebab tumbuhnya kumis pada wanita:

1. Hormon

Pada banyak kasus, tumbuhnya kumis pada wanita berhubungan dengan kadar hormon pria (hormon androgen) yang tinggi. Tubuh wanita secara normal memproduksi hormon androgen dalam kadar rendah[3, 4].

Ketika produksi hormon androgen lebih tinggi dari kadar normal, dapat menimbulkan dampak pada tubuh wanita, seperti peningkatan dorongan seksual, mempengaruhi siklus menstruasi, dan tumbuh rambut berlebih pada tubuh dan wajah[4].

2. Sindrom Ovarium Polikistik

Sindrom ovarium polikistik merupakan salah satu penyebab umum hirsutisme. Menurut American Family Physician, sindrom ini berperan dalam 3 dari setiap 4 kasus hirsutisme[5].

Sindrom ovarium polikistik ialah kondisi umum yang mana menyebabkan pertumbuhan kista di sekitar tepi ovarium (organ yang menghasilkan sel telur dan hormon kelamin wanita)[4].

Sekitar 5-10% dari semua wanita usia reproduktif mengalami sindrom ovarium polikistik, dan 60-70% dari mereka mengalami hirsutisme[6].

Kondisi ini biasanya dimulai pada usia pubertas. Kista jinak yang terbentuk di dalam ovarium dapat mempengaruhi produksi hormon, mengarah pada siklus menstruasi tidak teratur dan penurunan fertilitas[5, 7].

Sindrom ovarium polikistik dapat menimbulkan gejala seperti[5]:

  • Keletihan
  • Perubahan mood
  • Sakit pinggang
  • Sakit kepala
  • Masalah tidur

Seiring progres kondisi, penderita dapat mengalami pertumbuhan rambut berlebihan, obesitas, jerawat sedang hingga berat, dan infertilitas[5, 7].

3. Hiperplasia Adrenal Kongenital

Hiperplasia adrenal kongenital merupakan kondisi menurun yang ditandai dengan produksi abnormal dari hormon steroid (meliputi kortisol dan androgen) oleh kelenjar adrenal[7].

Kelenjar adrenal ialah kelenjar yang terletak di atas ginjal. Kelenjar ini bertanggung jawab untuk produksi hormon. Orang yang mengalami hiperplasia adrenal kongenital terlahir tanpa atau dengan defisiensi enzim yang berkaitan dengan produksi hormon[5, 6].

Salah satu bentuk hiperplasia adrenal iala defisiensi enzim 17-hidroksilase. Defisiensi (kekurangan kadar) enzim ini menyebabkan peningkatan produksi hormon androgen[6].

4. Sindrom Cushing

Sindrom Cushing merupakan sebutan untuk sekelompok gangguan hormonal yang dicirikan oleh kadar tinggi hormon kortisol (sering disebut juga sebagai hormon stress)[1].

NHS melaporkan bahwa sindrom Cushing termasuk kondisi yang tidak umum. Kondisi ini umumnya mempengaruhi orang yang merupakan pengguna jangka panjang dari obat steroid. Obat steroid mengandung kortisol sintetik, yang mana dapat mengakibatkan kadar kortisol dalam tubuh tinggi[8].

Sindrom Cushing juga dapat terjadi karena kelenjar adrenal memproduksi terlalu banyak hormon kortisol[5, 7].

Pada kasus langka, tingginya kadar kortisol dapat disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar adrenal[8].

Sindrom Cushing dapat menimbulkan gejala seperti[8]:

  • Peningkatan berat badan
  • Wajah kemerahan dan bengkak
  • Penumpukan lemak pada punggung leher dan bahu
  • Kulit mudah memar
  • Kelemahan pada lengan bagian atas dan paha
  • Tanda kerutan ungu berukuran besar

5. Tumor

Tumbuhnya rambut berlebih pada wanita, seperti terbentuknya kumis, tidak selalu mengindikasikan kelainan medis. Akan tetapi, jika terjadi sejak sebelum pubertas, jika disertai dengan ciri kelamin pria seperti suara yang lebih dalam, atau jika diduga disebabkan oleh tumor sebaiknya segera mencari penanganan medis[9].

Tumor pada kelenjar adrenal, kelenjar hipofisis, dan ovarium terkadang memproduksi androgen, sehingga dapat memicu hirsutisme[1, 5, 9].

Studi oleh American Family Physician menemukan bahwa 0,2% dari kasus hirsutisme disebabkan oleh adanya tumor yang menghasilkan androgen[10].

Hirsutisme yang terjadi karena adanya tumor, umumnya akan lebih berat dan memiliki onset yang lebih cepat daripada hirsutisme yang disebabkan faktor hormonal[10].

Hirsutisme akibat tumor dapat disertai gejala seperti adanya massa di dalam perut atau pinggul[10].

6. Penggunaan Obat

Beberapa obat dapat mempengaruhi kadar hormon di dalam tubuh dan menyebabkan tumbuhnya rambut berlebih pada tubuh atau wajah[3, 5, 9].

Berikut beberapa obat yang dapat menyebabkan tumbuhnya kumis pada wanita[5, 9]:

  • Minoxidil: obat yang digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan rambut
  • Danazol: obat yang digunakan untuk mengatasi penderita endometriosis
  • Testorterone: yang mana digunakan oleh penderita defisiensi testosterone
  • Cyclosporine: obat imunosupresan yang sering kali digunakan sebelum transplantasi organ
  • Steroid anabolik: variasi sintetik dari testosterone (salah satu hormon androgen). Obat ini kadang digunakan untuk mendukung penampilan atletik dan meningkatkan massa otot.

Beberapa obat untuk mengatasi masalah tidur dan antidepresan dapat memicu pertumbuhan rambut berlebih. Jika tumbuhnya rambut terjadi setelah penggunaan suatu obat, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter[10].

7. Faktor Genetik

Tumbuhnya kumis pada wanita dapat disebabkan oleh faktor genetik. Faktor genetik juga dapat mempengaruhi keseimbangan hormon, sehingga berperan pada tumbuhnya kumis pada wanita[2, 11].

Semua orang memiliki rambut pada bagian wajah, tapi rambut wajah umumnya tipis, kecil, dan berwarna terang. Pada beberapa orang yang secara alami memiliki rambut yang lebih tebal dan gelap, rambut pada wajah dapat lebih tampak[11].

Ketidakseimbangan hormon ekstrim juga dapat menyebabkan rambut pada wajah menjadi rambut terminal, yang mana biasanya lebih tebal dan lebih gelap[11].

Wanita yang berasal dari keturunan dari ras Mediterranean, Asia selatan dan timur tengah lebih cenderung mengalami pertumbuhan rambut berlebih tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi[5, 12].

Selain itu, ada tidaknya anggota keluarga wanita yang memiliki kumis juga meningkatkan potensi wanita memiliki kumis. Hanya sebagian kecil kasus tumbuhnya kumis pada wanita yang disebabkan sifat menurun[12].

8. Obesitas

Obesitas ialah kondisi di mana seseorang memiliki berat badan melebihi normal. Seseorang dianggap sebagai obesitas jika memiliki 20% lebih besar dari berat badan ideal[13].

Berat badan ideal setiap orang bergantung pada tinggi badan, usia dan jenis kelamin. Berat badan ideal dapat ditentukan berdasarkan BMI (body mass index)[8, 13].

Suatu stdi yang dipublikasikan oleh US National Library of Medicine menunjukkan bahwa hirsutisme lebih umum ditemukan di antara pasien dengan BMI yang lebih tinggi[8].

Studi tersebut menyimpulkan bahwa wanita dengan berat badan berlebih berisiko lebih tinggi untuk mengalami hirsutisme akibat peningkatan resistensi insulin dan kadar androgen yang lebih tinggi[8].

Wanita yang mengalami obesitas dianjurkan untuk mengurangi berat badan melalui diet dan olahraga untuk membantu mengendalikan kadar hormon tubuh[1].

9. Hiperinsulinemia

Hiperinsulinemia ialah kondisi di mana kadar insulin dalam darah lebih tinggi dari kadar normal. Kadar insulin yang tinggi dapat berperan pada terjadinya hirsutisme[1, 7].

Insulin merupakan hormon yang berperan dalam absropsi glukosa untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Insulin dapat menstimulasi sel-sel ovarium untuk memproduksi androgen. Kondisi ini dapat terjadi pada wanita yang mengalami resistensi insulin, seperti penderita diabetes tipe 2[9].

Kadar insulin tinggi juga dapat mengaktivasi reseptor IGF-1 (insulin-like growth factor-1) pada sel-sel ovarium. Hal ini juga memicu peningkatan produksi androgen[9].

10. Hiperprolaktinemia

Hiperprolaktinemia ialah kondisi di mana kadar hormon prolaktin dalam darah lebih tinggi daripada normal[10].

Prolaktin ialah hormon yang berperan dalam produksi ASI. Wanita yang mengalami hiperprolaktinemia dapat menghasilkan ASI meski tidak sedang menyusui bayi[10].

Hubungan antara hiperprolaktinemia dan hirsutisme pertama kali dideskripsikan pada tahun 1975. Studi menunjukkan bahwa semua wanita dengan sindrom hirsutisme amenore memiliki kadar prolaktin yang lebih tinggi tanpa adanya bukti tumor pituitary[14].

Hiperprolaktinemia dapat menginduksi hirsutisme melalui beberapa mekanisme. Prolaktin menghambat sintesis hepatik dari hormon kelamin yang mengikat globin, sehingga meningkatkan konsentrasi testosteron bebas plasma[14].

Prolaktin juga bersinergi dengan hormon luteinizing dan emnstimulasi sintesis testosterone. Hiperprolaktinemia menstimulasi pembenntukan prohormone dehydroepiandrosterone sulfate oleh kelenjar adrenal. Prohormone ini akan dimetabolisme menjadi testosterone pada jaringan perifer[14].

Hirsutisme disebabkan peningkatan pertumbuhan rambut terminal akibat kerja androgen (termasuk testosterone) berlebih pada folikel rambut terminal. Pada wanita yang mengalami hirsutisme, ditemukan peningkatan kadar androgen sebesar 60%-80%[14]

11. Menopause

Waktu paling umum wanita menyadari perkembangan tiba-tiba dari rambut di wajah ialah setelah menopause. Menopause mengakibatkan perubahan besar pada keseimbangan hormon tubuh dan dapat mengarah pada perubahan penampilan wanita[2].

Saat wanita mengalami menopause, ovarium produksi hormon wanita estrogen akan berkurang dan lama-kelamaan berhenti. Sedangkan produksi hormon pria seperti androgen oleh ovarium dan kelenjar adrenal masih berlanjut[15].

Rasio dari hormon estrogen dan androgen akan berkurang dengan menopause, karena produksi estrogen oleh ovarium menurun tapi kadar testosterone tidak berubah secara signifikan. Perubahan ini dapat berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan rambut dan tumbuhnya kumis pada wanita[15].

Wanita yang sebelumnya memiliki rambut yang lembut dapat menjadi memiliki rambut kasar dan lebih tampak akibat menopause. Menopause juga mengarah pada penipisan rambut pada bagian atas kepala[2, 15].

Terjadinya pola kebotakan pria dan garis rambut surut merupakan kondisi yang tidak normal, bahkan sekitar atau setelah menopause. Hal ini dapat menandakan kadar testosterone yang lebih tinggi daripada kadar testosterone normal saat menopause[15].

12. Akromegali

Menurut NHS, akromegali merupakan suatu kondisi langka yang dapat menyebabkan pertumbuhan rambut pada tubuh dan wajah. Akromegali terjadi ketika kelenjar hipofisis memproduksi hormon pertumbuhan dalam kadar yang berlebihan[8].

Peningkatan hormon pertumbuhan juga dapat disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis[8].

Akromegali dapat menimbulkan gejala seperti[8]:

  • Tangan dan kaki yang berukuran besar secara tidak normal
  • Sakit sendi
  • Sakit kepala
  • Keletihan
  • Periode menstruasi abnormal

Akromegali dapat terjadi pada semua usia, tapi biasanya didiagnosa pada orang dewasa berusia antara 30 dan 50 tahun[8].

13. Gangguan Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon yang membantu mengatur metabolisme dan suhu tubuh. Terjadinya gangguan fungsi tiroid dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon yang dapat menyebabkan pertumbuhan rambut berlebih[9].

14. Idiopatik

Pada kasus tertentu tidak diketahui penyebab tumbuhnya kumis pada wanita. Pemeriksaan dokter juga tidak menemukan bukti jelas adanya gangguan yang menjadi penyebab kondisi[9].

Idiopatik ialah istilah yang digunakan saat suatu kondisi tidak memiliki penyebab yang jelas. Hirsutisme idiopatik terjadi ketika tubuh mengalami pertumbuhan rambut dari pada normal dengan penyebab yang tidak diketahui[9].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment